[22]

3.6K 204 29
                                    

Dua puluh dua - unexpected

[Edited]

Still Karina POV.

Sudah sekitar hampir satu jam gue dan Lukas di jalanan, entah akan kemana dia membawa gue hari ini.

Aneh, gue gak pernah sedikitpun menaruh rasa curiga ke dia. Bisa aja kan dia nyulik gue gitu? Atau dia mau jual gue? Ih kok serem amat haha.

Sejak tadi, Lukas juga gak berhenti ngomong. Dia cerita soal pelantikan massal di Puncak yang katanya seru banget gara-gara bisa ngerjain adik kelas. Gue cuma menggeleng mendengar cerita dari Lukas, dia itu udah kaya anak kecil yang sedikit-sedikit ketawa kalo abis cerita satu hal.

"Kas, masih jauh?" gue mendekatkan badan gue kepada Lukas, supaya dia bisa denger omongan gue karena saat ini angin bertiup cukup kencang.

Gue udah di Jakarta hampir empat tahun dan gue gak tau banyak daerah di sini apalagi gue itu termasuk anak rumahan yang gak pernah kemana-mana.

Mama terlalu sibuk sama kerjaannya dan urusan jualan kue dan gue gak pernah mau nuntut apapun ke Mama karena itu buat masa depan gue dan Bagas juga. Zian, kalopun dia ngajak gue jalan ya palingan masih di daerah deket-deket rumah atau cuman ke mall. Kebanyakan dia yang nginep dirumah gue dan ngabisin waktu cuman main playstation atau ngegodain Bagas yang lagi ngerjain pr-nya.

"Bentar lagi sampe kok."

Dan bener aja gak lama setelah Lukas jawab pertanyaan gue, dia memarkirkan motornya dan gue baru sadar ternyata dia ngajakin gue ke Ancol.

Beach, I'm coming.

"Kaassssssss, pantai."

Lukas baru saja melepas helmnya, dia memperhatikan gue dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Seneng?"

Cuma pertanyaan singkat itu yang ia lontarkan, membuat gue mengernyitkan dahi. Gak lama dia ngelanjutin omongannya, "Gue mau lemparin lo ke laut." Lanjutnya datar.

Gue langsung membulatkan mata dan dia malah ketawa.

"Arin mukanya lucu ih, haha." Lukas bener-bener ngakak sementara gue mendengus kesal.

"Gak lucu." Jawaban terdatar, tersingkat yang pernah gue ucapkan didepan Lukas. Wajahnya berubah seketika dan dia turun dari motor lalu menarik tangan gue kedalam genggamannya.

"Arin maaf, I was joking. Maaf, maaf." Ucapnya pelan, wajahnya menyiratkan penyesalan.

"Gak lucu," sahut gue singkat, Lukas menggenggam tangan gue semakin erat. Sorot matanya mengakui kesalahan, raut wajahnya penuh penyesalan.

Gue gak menanggapi Lukas, gue hanya menunduk dan gak lagi menatap matanya. He is still begging and i can not handle this at all.

"Gotcha!" teriakan gue membuat Lukas kaget.

He pinch my cheek instead of say something.

Lukas menarik tangan gue kedalam sebuah restaurant. Gila, baru kali ini gue dateng ke restaurant yang langsung menghadap pantai kaya gini.

Gue speechless, gak tau mau ngomong apa saking bahagianya. That's why I call Lukas as my happy little pill.

"Kas," panggil gue ketika Lukas baru aja menarikkan satu kursi untuk gue.

View-nya perfect banget, menghadap langsung ke laut. Pengen nangis.....

"Kenapa Arin?" tanya Lukas yang sekarang udah duduk di hadapan gue. masih gak nyangka aja dia ngelakuin ini semua.

Stronger [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang