[52]

3.2K 196 9
                                    

Lima puluh dua - kembali

[Edited]

Hari ini untuk pertama kalinya setelah beberapa bulan, Karina dan Zian berangkat ke sekolah bersama. Tak ayal mereka berdua kembali menjadi pusat perhatian. Zian tidak melepaskan genggaman tangannya pada Karina sejak turun dari motor tadi, cowok itu menatap lurus koridor yang ramai di hadapannya lalu menuju kelas Karina. Sementara Karina hanya bisa menundukkan kepalanya lesu.

Sesampainya di depan kelas, Silvy yang sepertinya sudah menunggu Karina sejak tadi langsung menghambur ke pelukan gadis berkacamata itu lalu di susul oleh Nita, Hani dan Dewi. Mereka berempat menampakkan wajah khawatirnya.

"Ekhm," Zian berdehem, menyadarkan cewek-cewek dihadapannya itu.

"Eh, ada Zian ya," Nita terkekeh dan mereka melepas pelukannya.

"Gue ada di sini dari tadi kali," Zian tersenyum simpul lalu menatap gadisnya.

"Aku ke kelas ya, jangan pulang dulu sebelum aku jemput," Zian mengusap lengan Karina, membuat bulu kuduk gadis itu bergidik namun ia hanya bisa mengangguk pasrah.

"Titip Karin, ya?" ucap Zian kepada empat orang yang sedang berdiri cengo itu dan tak lama Zian berbalik badan, punggungnya semakin menjauh.

Nita, Hani, Dewi dan Silvy membiarkan Karina untuk duduk terlebih dahulu. Mereka memandangi Karina dengan tatapan khawatir sekaligus memastikan kalau sahabatnya itu baik-baik saja.
Di rasa waktunya sudah tepat, Silvy memulai pembicaraan kali ini.

"Karina, are you okay?" Silvy menggenggam tangan Karina dengan hangat lalu Karina hanya membalasnya dengan sekali anggukan.

Nita dan Hani saling tatap, mereka merasa sahabatnya itu tidak sedang dalam kondisi baik sepenuhnya. Masalah seperti sedang datang bertubi-tubi menghampirinya.

"Are you sure?" kali ini Dewi mengusap pundak Karina, ia hanya menoleh dan tersenyum tipis.

"Kalian tau apa aja?" suara parau Karina terdengar, gadis itu menatap sahabatnya satu persatu secara bergantian.

Kemudian Silvy mulai menjelaskan, Alvin menceritakan semua kepada Silvy beberapa hari lalu. Ternyata selama ini Silvy dan Alvin sedang pendekatan, mereka dekat semenjak di kenalkan oleh Zian saat Jaya Baya membagikan cokelat gratis tempo hari.

"Please, don't tell anyone. Gue malu," Karina menyelipkan beberapa helai rambutnya ke belakang telinga, ia sengaja tidak mengikat rambutnya hanya untuk menutupi matanya yang masih agak sembab itu.

Karina masih menangis tiap malam ketika ia mengingat kejadian tidak menyenangkan beberapa waktu lalu dan hal itu sangat menyiksanya.

"No,we wont. We promise." Hani memeluk Karina erat, seakan mereka baru saja memperoleh beban yang sama seperti apa yang Karina rasakan.

--

Di sudut lain di belakang ruangan kosong pojok sekolah, dua remaja laki-laki sedang bertatapan. Yang satu matanya meneduh, menyiratkan dendam namun tidak bisa melampiaskan. Tubuhnya bersandar pada dinding yang sudah kusam, di lipatnya kedua tangan di depan dada sementara yang satu lagi hanya berkacak pinggang memperhatikan setiap gerak gerik lelaki di hadapannya.

Zian masih menunggu satu kata yang keluar dari mulut Lukas, sudah hampir lima menit mereka berdiri di tempat kotor dan berdebu yang kanan kirinya di kelilingi oleh kursi dan meja yang sudah usang. Mereka berdua harusnya saling melempar candaan atau sekedar sapaan seperti hari-hari kemarin namun kali ini sudah berbeda keadaannya. Yang Zian butuhkan adalah penjelasan sang wakil ketua osis atas kejadian tempo hari yang sangat tidak menyenangkan itu.

Stronger [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang