[46]

3.1K 176 14
                                    

Empat puluh enam - broke

[Edited]

Zian baru saja merebahkan tubuhnya di atas sofa dengan satu gelas coklat panas di tangan. Dwinus tadi menang telak 5-1 dari SMK Kanjuruhan di babak semifinal turnamen futsal pelajar SMA se-DKI. Walaupun ia berhasil mencetak dua dari lima gol yang terjadi selama pertandingan berlangsung, hal itu tak ayal membuat pak Guntur kembali menjadikan Zian sebagai kapten team lagi. Zian sudah tidak pernah memikirkan hal itu, yang ia fokuskan hanyalah bermain bagus dan mencetak gol, serta pikirannya yang masih di penuhi oleh Karina.

Berkali-kali Zian mengabaikan panggilan dari Nadine, gadis itu selalu mengganggunya. Zian memang sudah melakukan kesalahan terbesar dalam hidup yaitu dengan meniduri cinta pertamanya. Zian dengan tanpa sadar menyerahkan kejantanannya untuk yang pertama kali pada gadis yang pernah menyakiti hatinya saat di SMP dulu. Kurang bodoh apa dia?

Mungkin Zian tidak sepenuhnya bodoh, ia hanya di kuasai oleh vodka saat itu sampai ia tak sadar bahwa Nadine sudah membawa Zian pulang ke rumahnya yang tidak di huni siapapun. Saat itu, pembantu Nadine sedang izin untuk pulang ke rumahnya yang terletak di Tangerang selama dua hari.

Dua anak manusia yang tubuhnya hanya terbalut selimut putih itu masih meringkuk memeluk satu sama lain. Si gadis mencium bibir si lelaki dengan ganas namun lelaki itu masih menutup mata dan sepertinya masih dalam pengaruh alkohol. Gadis itu perlahan mencari pakaian yang tadi di lempar ke sembarang arah oleh Zian dan setelah ia menemukan seperangkat pakaian miliknya, dengan cepat ia mengenakannya.

“Karina, gue sayang sama lo. Argh shit.”

“Rin, kalo sakit bilang ya gue bakal berenti.”

Hanya kata-kata itulah yang terdengar di telinga Nadine saat ia memberikan tubuhnya kepada Zian.

Nadine terkesiap dan ia buru-buru turun dari ranjangnya untuk mengambil segelas air putih karena dahaganya sangat kering.

Pukul 3 pagi, ketika Zian tersadar dari tidur lelahnya dan ia menemukan Nadine yang sudah berpakaian lengkap –dengan tanktop hitam dan celana jeans pendek satu jengkal tertidur disampingnya. Nadine menaruh wajahnya di lekukan leher Zian dan lelaki itu sekarang sudah sadar sepenuhnya dengan apa yang baru saja di lakukan dengan Nadine.

Zian buru-buru menarik selimut putih yang sejak tadi membalut tubuhnya serta tubuh Nadine lalu lelaki itu memunguti pakaian yang berserakan di lantai. Ia merasa ingin mati sekarang juga.

“Anjing kalo aja gue gak ke bar malem itu.” Zian melemparkan gelas yang sejak tadi di genggaman ke sofa di depannya.

“Anjing cowok macem apa gue ini?”

Zian masih berteriak frustasi di rumahnya yang kebetulan sedang sepi karena ibu, pembantu dan supirnya sedang ke acara pernikahan salah satu tetangga komplek rumahnya.

“Giliran gue tau kalau ternyata Karina juga cinta sama gue, kenapa harus kayak gini akhirnya?”

Lagi, Zian menjambak rambutnya. Hatinya hancur ketika melihat Karina menangis di kantin sekolah kemarin. Bahkan Zian belum sempat bilang ke Karina tentang gejolak sama yang tumbuh di hatinya. Dan di keadaan seperti ini, Zian ingin sekali ke bar dengan geng kelas dua belasnya namun Zian masih trauma. Nadine bilang kalau bercinta dengan Zian beberapa waktu lalu adalah bukan yang pertama namun tetap saja Zian merasa bersalah dan bodoh.

Zian juga kaget saat ia tau kalau ternyata gadis yang ia pikir gadis baik-baik itu menyimpan cukup banyak alat pengaman di laci kamarnya. Seperti de javu.

Stronger [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang