[58]

3.2K 194 18
                                    

Lima puluh delapan - datang

[Edited]

D

isarankan untuk play mulmednya selama baca ya❤

"Yah, ujan."

Karina menggerutu sejak tadi, ia menengadahkan tangannya kearah air yang turun setetes demi setetes. Ia terjebak hujan di sekolah, dengan beberapa siswa dan siswi yang senasib dengannya.

Sejak jauh dari Zian, Karina melakukan semua hal sendirian, kecuali kalau Miranda sedang tidak sibuk dengan urusan cheers-nya. seperti hari ini, Miranda sedang sibuk latihan cheers untuk di lombakan bulan depan.

Gadis itu memikirkan banyak hal semenjak melihat Zian bersama Nadine di mall bulan lalu. Ia ingin menangis sepuasnya, berteriak sekencangnya. But she can not.

Karina mengambil earphone berwarna putih dari tas ransel birunya, mendengarkan musik adalah pelarian nyata untuk Karina belakangan ini.

Yang, yang patah tumbuh yang hilang berganti.

Yang hancur lebur akan terobati.

Yang sia-sia akan jadi makna.

Lagu Banda Neira mengalun lembut di telinga Karina. Dulu, ia sering mendengarkan lagu ini berdua dengan Zian. Setiap minggu pagi, sehabis jogging di kompleks perumahan yang Karina tinggali, mereka selalu berbagi earphone, menyenandungkan bait demi bait lagu dari Banda Neira ataupun Bara Suara.

Kenapa seorang Zian berefek sangat besar bagi kehidupan Karina? Mengapa setelah Zian pergi, Karina merasa hidupnya hampa, lebih hampa dari yang ia bayangkan.

Sebuah tepukan di bahu Karina membuat ia melepas sebelah earphone yang sejak tadi mendengarkan lagu yang berjudul yang patah tumbuh yang hilang berganti itu.

"Belum pulang, Rin?"

Karina menggeleng sambil tersenyum tipis, sisa uang jajannya hari ini hanya cukup untuk naik angkot.

"Mau gue anter sampe pangkalan angkot seberang sana gak?" tanya orang yang berdiri di samping Karina sambil menunjuk arah pangkalan angkot di pertigaan jalan sana.

"Gak usah, nunggu ujan reda aja deh hehe." Karina melihat jam di pergelangan tangannya lalu ia kembali memperhatikan hujan yang selalu rela jatuh berkali-kali demi semesta, demi mendamaikan orang-orang di bumi.

“Lo lebih banyak diem deh Rin. Kenapa?" Karina di rangkul orang yang mengajaknya bicara sejak tadi.

Ia menggeleng lemah, memastikan bahwa sakit hati yang ia rasakan hanyalah miliknya dan orang lain tak perlu tau.

"Gue gak kenapa-napa, Dew. Kalo ada apa-apa gue bakal cerita kok."

Karina membalas rangkulan Dewi dengan mengusap punggung sahabatnya itu. Karina rindu berkumpul dengan sahabat-sahabatnya. Bukan karena mereka sudah punya kehidupan masing-masing tapi Karina yang pure tidak ingin membebani keempat sahabatnya dengan masalah receh yang Karina punya. Masalah hati yang perlahan mati dan Zian yang pergi bersama gadis lain. Lagipula, mereka sudah kelas dua belas, sudah pasti fokus dengan bimbel dan segala macamnya. Ah, sudahlah.

"Lo gak akan cerita kalo gak di paksa, Rin."

Karina tidak menyahut, ia hanya tersenyum kepada Dewi dan memberikan sahabatnya itu pelukan singkat. "Masalah gue gak jauh dari Zian dan semuanya masih bisa gue tahan, Dewi."

Stronger [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang