[63]

4.1K 211 24
                                    

Lima puluh tiga - Bandung

[Edited]

Jangan lupa buat play mulmed ya!x

Suasana dingin menyelimuti mobil jazz berwarna hitam yang sedang melaju dengan kecepatan normal tersebut. Zian melirik jam digital yang letaknya di dekat speedometer, masih pukul 5 pagi. Tadi setelah selesai shalat subuh, Zian yang memang sengaja menginap di rumah Karina langsung melajukan mobilnya menuju kota Bandung. Sebenarnya, Zian sudah mengajak Rika dan Bagas untuk ikut juga ke Bandung namun ibu dan anak itu menolak karena mereka punya acara masing-masing hari ini.

Perut Zian keroncongan, ia memang belum sarapan begitu juga dengan gadis di sampingnya yang sedang tertidur nyenyak. Sejak berangkat beberapa menit lalu, Karina mengeluh kalau ia masih mengantuk. Jadilah Zian berasa seperti sendirian di mobilnya ini.

Zian merasa beruntung karena Thalia -sahabat karib Nadine- bersedia menemani Nadine saat Zian izin untuk ke Bandung. Di tambah ia juga tidak merengek lagi. Perempuan hamil itu hanya bilang ingin di belikan oleh-oleh apa saja yang penting makanan khas bumi Pasundan.

Perut Zian kembali ramai, cacing-cacing di sana masih berdemo. Saat ini mereka masih berada di dalam tol yang kanan-kirinya belum terlihat rest area. Zian yang mengenakan sweater berwarna hitamnya memilih untuk diam, menahan rasa lapar.

Setelah beberapa kilometer melajukan mobil, akhirnya ia bisa menemukan rest area juga. Pada rest area kilometer 19-lah Zian berlabuh. Ia menghentikan mobilnya tepat di depan restoran cepat saji favoritnya Karina yaitu McDonalds.

Zian menarik rem tangan yang berada di sebelah kiri lalu mematikan mesin mobil. Mata elang Zian beralih kepada Karina yang sepertinya tidak merasa terganggu dengan apapun yang ia lakukan. Karina terlalu lelap.

Mantan kapten team futsal sekolah tersebut mengusap pelan rambut Karina, lalu tangan kiri Zian beralih ke pipi gadisnya.

"Aku sayang kamu, Rin," ucapnya lembut sambil tersenyum. Perlahan, Zian melepas seatbelt yang sejak tadi melingkar di badannya serta mencabut kunci mobil.

“Rin, Ayin, bangun.”

Iya, sekarang Zian punya panggilan sayang untuk Karina. Ayin.

Zian emang alay.

Lelaki itu menepuk pundak Karina dan tidak butuh waktu lama agar Karina terbangun dari tidurnya.

Gadis itu menggumam, dengan nada khas orang bangun tidur.

“Cari sarapan dulu yuk, aku laper.”

Karina mengerjapkan mata berkali-kali, ia juga menguap. “Aduh ngantuk, Zi.”

Dengan cepat, Zian menarik-narik tangan Karina, memaksa gadisnya untuk turun dari mobil karena ia sudah sangat lapar.

“Aku laper, yuk.”

Pada akhirnya, seperti biasa. Karina luluh dan menuruti Zian. Ia menegakkan tubuhnya lalu membuka seatbelt.

--

Karina yang awalnya ogah-ogahan untuk mencari sarapan, malah lebih dulu menghabiskan satu porsi besar bubur ayam di hadapannya. Sementara Zian baru saja akan menyuapkan sendok terakhir soto ayam yang ia beli. Tadinya, Zian ingin mengajak Karina untuk makan di McDonalds namun ini terlalu pagi untuk menikmati makanan cepat saji.

Karina menyandarkan tubuhnya di kursi, tangannya terlipat di depan dada dan matanya terpejam. Mungkin dia kekenyangan sekaligus masih mengantuk.

“Yin, Ayin, jangan tidur.”

Stronger [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang