[21]

3.8K 212 4
                                    

Dua puluh satu - #GammaDay

[Edited]

Masih Karina POV.

Berhubung hari ini cerah dan sepertinya tidak akan hujan, jadi gue memutuskan untuk memakai atasan shiffon kotak-kotak berwarna dasar putih dan jeans biru gue yang udah agak lusuh.

Tadinya Mama ngelarang gue buat pake jeans ini soalnya jeans ini udah sedikit robek di bagian paha karena kesangkut paku hehe. Seneng aja sama jeans ini, walaupun udah jelek tapi masih enak buat di pakai.

Oh iya, tadi Mas Pandu udah pulang ketika semua pesanannya jadi. Gue sama Mama minta maaf sama mas Pandu soalnya gak bisa dateng di acara pertunangan dia dan kekasih hatinya itu. Mas Pandu mengerti, dia malah bilang kalau tunangan itu sebenarnya cuma suatu hal simbolis aja karena yang penting itu pernikahannya.

By the way, gue masih menunggu Hani menelpon, udah hampir jam satu dan dia belum juga ada kabar.

Rencananya gue bakal ke halte ujung jalan sana di anter sama Pak Udin, tuh dia udah standby duduk diatas motornya sambil merokok.

Gak lama, ponsel yang ada di genggaman gue sejak tadi ini berdering dan terdengarlah suara merdu Harry Styles lewat lagu drag me down-nya One Direction. Dengan sigap, gue langsung menggeser icon telepon berwarna hijau dan sudah ada suara cempreng Hani di seberang sambungan telepon ini.

Dia menyuruh gue untuk ke halte sekarang karena dia, Hani, Dewi, Silvy dan tentunya Julian sudah sampai disana.

"Ma, Arin berangkat. Assalamualaikum."

Gue berteriak kearah Mama yang sedang menonton tv dengan Bagas. Tanpa menunggu jawaban dari Mama, gue langsung naik keatas motor dan Pak Udin dengan sigap mengendarai motornya itu.

Singkat cerita, gue udah sampe di aula Dinas Pendidikan Jakarta Timur tempat diselenggarakannya lomba sains ini.

By the way gue kesini pake tas selempang kecil dan nenteng brownies buat Zian, terpaksa karena Mama yang nyuruh.

Gue pun gak berharap ketemu Zian disini, gak banget lah. Yang ada nanti gue gak semangat buat dukung Gammanya.

Gue dan beberapa murid Dwinus duduk-duduk di gazibu yang ada di sekitaran aula, Bu Yanti menghampiri kita dengan muka tegangnya.

Ternyata banyak juga yang dateng buat liat Gamma lomba, anak-anak Dwinus kebanyakan sih memilih untuk membawa kendaraan masing-masing dibandingkan harus ikut dengan bus sekolah. And I don't know why.

"Panitia bilang, yang boleh masuk cuma pihak sekolah aja tapi kalo kalian mau ngintip gitu boleh kok di luar aula syaratnya gak boleh rusuh, harus tertib."

Bu Yanti menjelaskan, semua anak-anak yang emang lagi ngadem di gazibu itu langsung berdecak kecewa bahkan Rian, Azhar dan Kadam yang notabene siswa ngeselin di kelas gue mem-booing Bu Yanti.

"Bu, saya udah siapin chant khusus buat Gamma bu," celetuk Azhar dan cowok berkumis tipis itu mendapat toyoran dari sobat karibnya, Rian. "Lo kira mau nonton bola pake chant segala?"

"Maaf, peraturannya gitu. Kalian masih boleh nonton kok lewat jendela aula disana itu," kata Bu Yanti sambil menunjuk sebuah ruangan yang jendelanya besar-besar.

"Gak apa-apa bu, nanti kita bakal kesana," Julian bersuara, pacar Hani emang dikenal irit bicara selama ini.

"Oke, sepuluh menit lagi lombanya mulai. Ingat, jangan rusuh."

Bu Yanti memperingatkan lalu ia pergi meninggalkan murid-muridnya.

Bersamaan dengan itu, gue melihat seseorang memarkirkan motornya gak jauh dari tempat gue dan anak-anak duduk sekitar 20 meter. Mata gue terbelalak dan hati gue seperti tertusuk.

Stronger [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang