Bab 5

13.2K 956 11
                                        


alllow, aku mau minta maaf nih

Iya, yang kemarin lupa lom di edit ternyata heheee, mohon maklum ya

Dan ini yang nyambung sama kemarin, maaf ya lom bisa bales komennya satu-satu

Aku cuma mau ngucapin terima kasih karena kalian ada yang mau nungguin ceritaku ini

Happy sunday


Aku akhirnya terbangun kesakungan, ketika akhirnya turun dari kamar ternyata seluruh anggota keluargaku telah pergi bekerja semuanya. Ayah dan ibu memang rutin berangkat ke toko pagi-pagi sekali, dan kak Luna ada pemotretan untuk majalah dan beberapa brand yang mengontrak jasanya.

Dengan mata masih setengah terbuka, aku melangkah terseok menuju ke dapur. Aku membuka pintu kulkas, mengambil sebotol air mineral untuk kemudian di bawa ke atas meja dapur. Aku meraih sebuah gelas, lalu mengisinya dengan air. Aku baru saja hendak mengangkat gelas, ketika samar-samar telingaku mendengar seseorang mengetuk pintu rumah.

Denan setengah menggerutu, aku menyeret kaki menuju ke ruang tamu. Aku melirik sejenak pada jam dinding besar yang dipajang di ruang tengah, ruang dimana seluruh keluarga selalu berkumpul. Aku membelalak tidak percaya, bahkan aku mengucek mata beberapa kali hanya untuk memastikan, tetapi jarum jam tetap tidak bergeser dari angka sebelas.

Seperti tersadar dari mimpi buruk, aku segera berlari setengah terbang ke dalam kamar tidur kembali. Aku tidak peduli lagi kepada orang yang dengan tidak sopan mengetuk pintu rumah, aku lebih peduli kepada penampilan bangun tidurku yang jauh dari rapi.

Begitu sampai di kamar, aku segera menyambar handuk di lengan kursi belajar. Tidak berapa lama kemudian,aku keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit rambut dan tubuh. Wajahku yang tadi berantakan, sudah terlihat segar berseri kembali. Tentu saja karena aku sudah mandi dan menggosok seluruh tubuhku hingga berbau harum dan segar.

Sambil berdendang salah satu lagu boyband Korea kesayanganku, aku mengambil salah satu kaos gombrong bergambar Disney Princess yang dipadu dengan celana legging selutut berwarna hitam. Butuh waktu beberapa lama untuk mengeringkan rambut panjangku dengan hair drayer, menguncirnya, untuk kemudian mengurainya lagi dan alhirnya memilih hanya dipermanis dengan salah satu banda polos.

Aku baru menyemprotkan parfum di belakang telinga, ketika suara ketukan pintu samar-samar terdengar lagi dari kamarku yang letaknya memang tidak begitu jauh dari ruang tamu. "Siapa sih tamu tidak tahu malu itu?"

Dengan gemas, aku akhirnya membawa tubuhku keluar dari kamar. Aku memang terbiasa tidak diganggu ketika menikmati liburan, rumah sepenuhnya adalah milikku. Kak Luna hanya beberapa kali saja akan datang menginap ke rumah, selebihnya ia akan sibuk berhari-hari mengurusi pekerjaannya di luar sana. Jika sudah sangat lelah, kak Luna akan memilih menginap di apartemennya.

"Iya, tunggu sebentar!" Aku berteriak ketika sudah sampai di pintu penghubung antara ruang tengah dan ruang tamu. Entah mengapa, di saat seperti itu aku justru merasakan perutku melilit tidak karuan.

Aku menepuk jidat keras, ketika ingat jika aku belum mengisi amunisi apapun dari pagi. Pantas saja perutku bernyanyi keroncongan tanpa henti, rupanya aku memang melewatkan waktu makan yang sangat penting.

Meski tadi malam menunya sangat mewah, namun sepertinya itu tidak cukup mengganjal perutku yang sangat mudah kelaparan. Terlebih jika aku tengah menganggur, tidak melakukan aktifitas apapun sepanjang hari. Maka nafsu makanku akan bertambah berkali-kali lipat, dan aku tidak heran jika awal semester bobot tubuhku akan bertambah lagi beberapa kilo.

Dear, Sasi (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang