Update lagiiii
Adakah yang penasaran dengan kisah ini?
Jangan lupa vote dan komentnya ya
Typo bertebaran
"Minum ini dulu, non." Bibi keluar dari pintu penghubung dapur dan ruang makan dengan langkah tergopoh. Dia menyodorkan segelas jus mentimun dingin yang langsung aku teguk dengan rakus, setelahnya aku merasa tenggorokanku agak sedikit membaik.
"Terima kasih, bi." Perutku kian terasa penuh sekarang, rasanya berat sekali meski hanya sekedar menggeser pantat mencari posisi nyaman. Aku masih tidak bergerak dari kursi, mencoba bernafas dengan udara sesak.
"Non mau dibuatkan sesuatu?" Tanya bibi dengan raut khawatir.
Aku hanya menggeleng sambil menatap bibi dengan sebal, bahkan mungkin aku akan tahan untuk tidak makan seharian ini.
"Kenapa mereka jahat sekali kepadaku, bi?"
Bibi berhenti sejenak dari kegiatannya mengumpulkan piring kotor, ia menghela nafasnya berat sembari menatapku dengan mata berkaca-kaca. "Non yang sabar ya."
"Kenapa Ed belum pulang juga?"
"Tuan biasanya perginya tidak tentu, tapi tuan memang jarang berkunjung ke rumah ini. Biasanya tuan lebih senang tinggal di apartemennya setelah pulang dari kantor."
Jadi pria itu sengaja menempatkanku di kandang Serigala? Tubuhku benar-benar luruh di atas kursi sekarang, bukan hanya karena rasa kenyang yang dipaksakan tetapi juga karena kenyataan pahit yang baru saja menamparku. Lelaki itu memang tidak pernah menginginkanku, dia tidak pernah menjanjikan menjamin keamananku jika aku tinggal bersama mereka.
Aku kembali menyeka air di sudut mataku, mengapa segalanya terasa begitu sulit sekarang? Apakah aku bisa kabur dari tempat ini? Pemikiran gila itu seketika mencerahkan sedikit pikiranku yang buntu dan gelap.
"Apa rumah ini memiliki penjaga khusus bi?"
"Non akan ngeri melihat mereka di luar sana."
"Benarkah?"
Aku tidak pernah menyangka jika keadaannya sedemikian mengerikan. Aku menarik nafas panjang sebelum beranjak dari kursi, aku mengikuti bibi yang sudah berjalan terlebih dahulu menuju ruang tamu.
"Maaf ya non, bibi tidak mampu berbuat apapun untuk menolong non Sasi." Sesal bibi dengan raut muka sedih, ia mengelus lenganku dengan lembut. Aku melihat ada garis airmata di pipinya yang sudah keriput, bibi menangis untukku padahal kami belum lama bertemu. "mereka mengancam akan memecat bibi jika sampai bertindak menolong non Sasi, padahal di kampong bibi memiliki dua anak yang masih sekolah."
Aku menghela bibi untuk duduk di sofa ruang tamu, mulanya ia menolak namun aku menatapnya penuh pemaksaan hingga iapun menurutinya. Aku memeluk tubuh ringkihnya, menumpahkan segala kegelisahan dan kebingunganku, hingga rasanya hatikupun begitu lega.
Kami menangis bersama, saling memberikan penguatan satu sama lain. Aku sekarang tidak memiliki teman, hanya bibi satu-satunya orang yang baik kepadaku. Entah berapa lama kami hanya saling berpelukan dan menangis, hingga dentang jam di dinding mengejutkan kami.
Sudah jam 9, dan kami hampir lupa tujuan kami pergi ke ruang depan. Dengan agak jengah, bibi akhirnya beranjak dari kursi yang baginya mungkin seperti jok membara. Aku mengikutinya, ikut mengintip dari balik tirai yang dibukanya.
"Jadi mereka disewa oleh Edward?" Tanyaku tercekat, aku tidak percaya dengan banyaknya penjaga berseragam hitam dan berbadan kekar yang hilir mudik di sekitaran halaman rumah nan luas itu. Tidak satupun dari mereka, bertampang ramah. Bagiku semuanya berwajah datar dan menakutkan, seolah mereka memang bertugas untuk mencegahku dapat keluar dari tempat ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/68200480-288-k956049.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Sasi (Sudah Terbit)
RomanceSasi Kirania, gadis 19 tahun yang terpaksa terjebak dalam sebuah pernikahan yang tidak diinginkannya bersama seorang pria keturunan ningrat Inggris. Dia hanyalah pengganti dari kakaknya, yang melarikan diri di hari pernikahannya. Meski sesungguhnya...