Happy Saturday
Selamat libur panjang jugaaa
Maaf ya kalo nunggu updatenya lama, soalnya sedang sibuk juga
Masih banyak typo bertebaran, moga masih nyaman untuk di baca ya
Minta vomentnya dooong, biar tambah semangat ya
Dan cerita ini mungkin nggak akan lebih dari 20 bab, so masih agak lama nunggu takdir cinta Sasi yaaa
Happy reading, semoga enjoy
Jika malam semakin pekat gulita, lalu jalan mana yang akan menuntunku kepada cahaya?
"Ramon?" mataku nanar menatap sesosok pria berpenampilan kelimis di seberang ruangan. Beberapa kali aku mengerjapkan mata, berharap bahwa mungkin saja penglihatanku yang tidak normal. Tetapi tidak ada yang berubah, meski hampir dua tahun aku tidak melihat sosoknya. Dia berdiri sambil tertawa elegan, sementara satu tangannya memegang gelas dengan anggunnya, seolah dia memang terbiasa dengan pesta kaum borjuis seperti ini.
"Ada apa, sayang?" bisik Edward menggelitik telingaku. Tangannya melingkari pinggangku dengan posesif, seperti kami adalah pasangan yang teramat bahagia.
Hatiku menjerit pilu ketika menyadari kenyataan yang sebenarnya, bahwa dia membutuhkanku di depan publik hanya untuk pencitraan. Aku berusaha menjauhkan diri dari pesonanya, namun dia tidak mau melepasku. Harum aroma coklat menguar memenuhi rongga hidungku, hingga membuat seluruh persendianku seakan berubah menjadi elastis.
Setelah kejadian malam itu, Edward lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah. Ivone dan kroninya tidak berkutik, tapi hubungan kamipun sama sekali tidak ada kemajuan. Kami tidur satu kamar, makan satu meja, tetapi hatinya tidak pernah terbuka untukku.
Malam ini perayaan ulang tahun Reza, pesta mewah dengan tamu dari kalangan atas. Pria itu sudah jarang di rumah, sepertinya dia sibuk dengan bisnis barunya. Dan dia juga tidak pernah berusaha untuk ramah kepadaku, tiap kami bertemu.
"Sepertinya aku memerlukan ke belakang sebentar!" akhirnya suaraku dapat lepas juga dari tenggorokan. Rasa sesak sudah memenuhi rongga dadaku, jika bertahan sebentar lagi maka mungkin akan meledak di depan Ed.
"You right?" matanya menyiratkan makna terpendam, tetapi secepat itu pula aku menyingkirkannya dari dalam hatiku. Tidak mungkin pria itu bergairah hanya karena tidak sengaja menyentuh kulit punggungku yang telanjang.
"Yes!" dengan langkah cepat, aku meninggalkan ruang tamu luas rumah yang sudah disulap menjadi aula besar dengan hiasan pesta meriah. Makanan dan minuman dihidangkan dalam jumlah banyak, tidak terhitung jumlahnya pelayan berseragam yang hilir mudik melayani para tamu.
Sesungguhnya tidak banyak kolega bisnis Edward yang diundang ke pesta itu, selain kenalan almarhum ayah tirinya dahulu. Entah angin apa yang membuatnya membelikanku gaun pas badan, dengan bagian belakang terbuka hingga ke batas pinggang.
Dia memintaku menjadi pasangannya, dan aku harus menahan pegal di kaki berbalut sepatu berhak tinggi ketika tanpa canggung sedikitpun, memperkenalkanku sebagai istrinya kepada semua tamu yang hadir.
Aku tidak peduli lagi pada sorot setajam belati yang dilontarkan Ivone dan Lea kepadaku, dua wanita yang tampil begitu mahal malam ini. Gaun dan sepatu mereka didatangkan langsung dari Paris, dan mereka menyewa jasa make up artis yang biasa disewa artis papan atas Indonesia.
Aku duduk dengan perasaan lega di kursi rotan yang sengaja di letakkan di halaman belakang. Sepatu berlapis kilau mutiara yang tadi membalut kedua kakiku, terlepas begitu saja membuat sepuluh jariku dapat bernafas lega.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Sasi (Sudah Terbit)
RomanceSasi Kirania, gadis 19 tahun yang terpaksa terjebak dalam sebuah pernikahan yang tidak diinginkannya bersama seorang pria keturunan ningrat Inggris. Dia hanyalah pengganti dari kakaknya, yang melarikan diri di hari pernikahannya. Meski sesungguhnya...