Update yah, dan harap maklum kalo banyak typo bertebaran
Tinggal satu bab lagi menuju ending, jadi ramein dong sama vote dan komen heee
Jangan lupa tinggalin jejak yaaaa yaaa yaaaa
Dan yang kemarin belum sempet beli novel Panji dan Anjani, sekarang sudah ada di Shopee ya, jadi buruan pada koleksi
Dan yang pengin pesen Novel Bukan Pernikahan Sandiwara dan Panji & Anjani, boleh PM author yaaa
"Aku tidak ingin kembali lagi ke rumah itu!" seruku marah, aku sungguh tidak habis pikir bagaimana mungkin orang-orang itu akhirnya menemukan tempat persembunyianku. Tentu saja bukan hal sulit bagi dia untuk menemukanmu bodoh! sentak hatiku penuh ironi.
"Saya tidak ingin berdebat dengan anda, Nyonya. Pilihannya hanya ada dua, anda ikut kami baik-baik atau sesuatu yang buruk akan terjadi kepada mereka." licik! Aku mendengus demi mendengar ancaman klise yang dilontarkan pria setengah baya yang diketahui sebagai pengacara keluarganya. Paman dan Bibinya tidak tahu menahu persoalan yang dahulu membelitku, tentu saja aku tidak ingin membahayakan nyawa kedua orang itu. Tapi kembali ke rumah itu sama halnya seperti harus menyerahkan nyawa kepada iblis.
"Apakah itu pesan darinya?" aku bertanya dengan nada sinis, tentu saja aku masih enggan menyebutkan nama pria itu.
"Anda sudah sangat paham karakter Mr. Castleford, Nyonya!" Ugh! Perutku melilit demi mendengar pria itu menekankan kata terakhirnya dengan dingin, jika bukan demi uang segunung aku sangat yakin seorang Theo Sembiring tidak akan berlutut di kaki pria itu. Putrinya sangat menawan, sebuah kekecewaan besar karena ternyata pria itu malah memilih diriku sebagai istrinya bukan anaknya atau wanita lain yang selalu mengharapkan cintanya.
Omong kosong dengan cinta, nyatanya kehidupanku tidak kalah menyedihkan dari di masukkan ke dalam kawah api gunung Bromo. Segalanya tidak seperti yang dibayangkan orang-orang, tidak seperti yang mereka lihat. Segalanya kacau, semuanya dilakukan hanya dengan satu tujuan, menyakiti dan membunuhku perlahan-lahan dalam balutan sangkar emas yang mungkin bagi orang lain sangat menggoda.
Tapi aku juga telah bertekad akan memperbaiki segalanya, setidaknya aku ingin memberikan sedikit pelajaran kepada orang-orang yang telah menyakitiku, membuatku harus kehilangan banyak hal, "Baiklah, aku akan ikut dengan kalian!"
"Apa kamu yakin nak? Ini pasti akan lebih sulit dari yang dulu, apa kamu siap menghadapi semuanya sendiri?" sorot mata Bi Imah dan Paman Suma terlihat khawatir, namun aku meyakinkan dengan mengenggam tangan mereka erat.
"Apa Bibi lupa? Selama di sini aku belajar banyak hal, dan semuanya membuatku lebih dewasa dalam memikirkan segalanya."
"Kamu harus selalu hati-hati dan jangan mempercayai siapapun kecuali suamimu."
"Iya Paman, dan aku mohon selalu doakan diriku agar mampu menghadapi mereka."
"Tentu saja, sayang. Kami akan selalu mendoakan untuk keselamatan dan kelancaran semua urusanmu di sana."
Setelah mengepak barang milikku yang tidak seberapa, akhirnya aku pergi dari rumah yang telah mengajarkanku banyak hal itu. Rumah yang telah memberiku banyak kenangan indah sekaligus merasa menemukan keluarga kembali. Airmata masih membasahi pipinya ketika dari kejauhan, aku melihat mereka, dua orang yang sangat kusayangi itu masih berdiri di halaman rumah, meski mobil yang membawaku kian menjauh.
Bahkan aku tidak sempat berpamitan kepada Mbah Warni, aku berharap semoga saja Bi Imah menyampaikan pesanku, doaku dalam hati. Bahkan diriku belum meninggalkan desa itu, tapi rasa rindu kepada orang-orang itu membuatku ingin kabur dan kembali ke desa. Kehidupan nyamanku kembali harus terenggut, memaksaku berpisah dengan mereka yang selama ini begitu peduli kepadanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Sasi (Sudah Terbit)
Storie d'amoreSasi Kirania, gadis 19 tahun yang terpaksa terjebak dalam sebuah pernikahan yang tidak diinginkannya bersama seorang pria keturunan ningrat Inggris. Dia hanyalah pengganti dari kakaknya, yang melarikan diri di hari pernikahannya. Meski sesungguhnya...