Sasi Kirania, gadis 19 tahun yang terpaksa terjebak dalam sebuah pernikahan yang tidak diinginkannya bersama seorang pria keturunan ningrat Inggris. Dia hanyalah pengganti dari kakaknya, yang melarikan diri di hari pernikahannya. Meski sesungguhnya...
Jadi gini, kemarin Author tak kece ini ikutan lomba antologi menulis wattpad yang diadakan oleh Penerbit Diandra Creative.
Isinya cerita mengenai suka duka nulis di sini dari awal sampai jadi buku gitu. Alhamdulillah, ternyata saya masuk sebagai salah satu pemenang dari 11 orang yang diunggulin.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Menurut penerbit Buku ini akan diterbitkan secara Major, yang artinya bisa kamu dapatkan di toko buku se-Indonesia. So, menabung ya dari sekarang, buat adopsi buku itu.
Eh iya, judulnya "11 KISAH KECE PENULIS WATTPAD" dengan harga Rp 50.000 aja. Dan buku akan mulai ready akhir MEI ini.
Atau misal mau pesen sama penulis juga boleh, tinggal hubungi Akun FB Maya Batari yaaa
Ayuuuk, nanti pada beli yaaaa
Happy Reading,
Tubuhku seperti membeku, tidak pernah mengira apa yang aku temukan saat ini. Pandanganku menyapu sosok maskulin di hadapanku, yang sepertinya juga melakukan hal yang sama kepadaku. Wajahku sudah seputih kapas, terlebih tertimpa cahaya dewi malam yang pucat. Bibirku bergetar menyebutkan namanya, hingga tanpa sadar tanganku menutupnya dengan keringat dingin mulai mengucur di sepanjang garis tulang belakangku.
"Kau? Kenapa-kenapa kau ada di sini?" tanyaku tergagap, ketika akhirnya bunyi dentingan gelas dari dalam ruang pesta menyadarkanku.
Garis wajahnya yang semula menegang, terlihat merileks begitu melihat tubuhku limbung ke atas kursi kembali. Sebuah senyum kecil terukir di bibirnya yang tipis, membuatku ingin menangis sekaligus mencakar wajah tampannya yang tanpa cela.
Tubuhnya yang semula menjulang, dalam sekejap sudah berlutut di hadapanku. Tatapan kami bertemu pada satu titik, ada kerinduan sekaligus keresahan terpatri jelas di dalam manik kelamnya.
"Hai cantik, ternyata benar kau sekarang tumbuh menjadi gadis yang sangat menawan," jemari jenjangnya mengelus pipiku dengan lembut, seperti tengah menggodaku agar menghambur ke dalam dekapannya.
"Ramon! Aku kangen sekali kepadamu! Kenapa kau menghilang dariku? Kenapa kau tega sekali kepadaku?" rintihku disela sedu sedan yang segera menyergapku. Tangan kecilku memukuli dadanya yang bidang, dan sepertinya tidak berpengaruh apapun kepadanya.
Ramon menarikku ke dalam lekuk dadanya yang hangat, membiarkanku meluapkan segala perasaanku yang teredam selama ini. Kami tetap dalam posisi seperti itu, entah hingga berapa lama.
Deheman keras di belakang kami, membuatku langsung melepaskan diri dari pelukan Ramon. Dengan gugup, kuusap sisa airmata yang masih menggenang di sudut mata. Sementara Ramon terlihat tenang, meski tatapan setajam mata pedang tengah menghujamnya tiada ampun.