Bab 3

14.7K 1K 9
                                        

Jumat berkah

Terima kasih untuk semua reader  yang sudah mau mampir membaca cerita ini

Sudah pesen novel BPS? Jangan lupa nanti tanggal muda sisihkan uang buat beli ya

Soalnya bukunya sudah ready ya, bagi yang kemarin sudah pesen novelnya,  Maya hanya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga kalian suka dengan ceritanya, kalau ada yang mau memberi kritik dan saran untuk revisi dibolehkan banget, silahkan inbox di fb maya yaa

Tapi...harus memakai bahasa yang sopan dan tidak mengandung unsur bullying, sekali lagi terima kasih untuk kalian semua

Happy enjoy  reading all



"Ed, dia melamarku." Ucapan Kak Luna sukses membuat diriku terjatuh dari sofa bulu kesayanganku di pojok kamar.

"Sumpah demi apa?" teriakku nyaring, hingga membuat Kak Luna sedikit meringis dan menutupi kedua telinganya. Aku berlari menghampirinya, untuk kemudian menghambur memeluknya sambil meloncat-loncat seperti anak kecil baru dibelikan balon lima warna. "aku bilang juga apa, dia memang terlihat serius dengan kakak!"

Kak Luna melepaskan pelukanku, dengan perlahan ia menjauh untuk kemudian menyandarkan tubuhnya di tepi akusen jendela yang terbuka lebar. Matanya terlihat menerawang melihat ke taman kecil di samping kamar kecilku, begitu hijau dan sejuk, dan aku selalu betah berlama-lama di sana.

"Ada apa? Kakak masih merasa belum yakin?" sentuhanku di bahu telanjangnya sepertinya berhasil membawanya kembali ke alam nyata.

"Kamu lihat cincin ini? Sangat indah dan berkilau bukan?" Kak Luna melepaskan cincin emas 24 karat berhiaskan permata sebesar biji kelengkeng dari jari manisnya. Ia meraih tanganku, kemudian meletakkan cincin itu di telapak tangan polosku.

"Kakak tidak menyukainya?" Aku menatap cincin itu dengan perasaan kagum. Cincin itu terlihat berkilau dan mewah, sangat sesuai dengan selera kak Luna. Entah mengapa, ada sedikit perasaa iri menelusup di dalam rongga dadaku mengingat James Bondku akan segera menjadi kakak iparku yang sesungguhnya.

Ed sudah memberikan cincinnya kepada kak Luna, artinya di hati pria itu memang hanya ada kakakku. Namun mengingat hubungan mereka yang memang sudah terlalu jauh, menurutku sudah saatnya kak Luna mengakhiri petulangan nakalnya. "Apa ayah dan ibu sudah mengetahuinya?"

"Malam ini keluarga Ed akan datang melamaraku secara resmi. Apa menurutmu aku harus menerimanya?" Ada awan mendung terlihat menggayut di wajah cantik kak Luna. Ia terlihat memain-mainkan jemari lentiknya dengan perawatan supermewahnya, terlihat begitu gelisah dan tidak bahagia.

"Ada apa, kak?" Aku duduk di atas akusen jendela, ia menatap kakaknya yang terlihat kian kehilangan keceriaannya. Andaikan ia yang di posisi kakaknya, mungkin dunia adalah miliknya sekarang. Dilamar oleh lelaki yang dicintai, merupakan impian setiap perempuan di muka bumi ini.

Tetapi kelihatannya tidak demikian dengan kak Luna.

"Terserah kamu ingin mengatakan apa pada kakak. Aaku memang bejat dan kelakuanku sama sekali tidak pantas untuk ditiru. Jangan mengikuti jejakku, jangan pernah mengecewakan ayah dan ibu seperti yang sudah aku lakukan."

"Kak..."

"Kamu harus menjaga dirimu, jangan pernah menghancurkan dirimu dengan menyerahkan keperawananmu kepada pria yang belum resmi menjadi suamimu. Semua pria itu brengsek Sas, begitu mereka sudah menghisap habis madumu, mereka akan meninggalkanmu seperti sampah!"

Dear, Sasi (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang