Awal

3.1K 185 26
                                    

Anindiya Putri- garis remaja yang berperawakan tinggi, berwajah imut dan mempunyai kepribadian baik itu merupakan seorang mahasiswa semester 2 jurusan Sastra. Ia biasa disapa akrab dengan panggilan Nindi.

Nindi merupakan anak tunggal dari keluarga yang sibuk. Ayahnya merupakan seorang direktur utama perusahaan elektronik yang ternama, sedangkan ibunya merupakan seorang desainer yang karya nya sudah dikenal banyak orang bahkan ke mancanegara. Orang tuanya tak pernah melarang Nindi untuk menjadi pebisnis maupun seorang desainer, mereka membebaskan anaknya dalam mengambil keputusannya sendiri.

Walaupun Nindi dikenal ramah, baik, ceria dan tidak sombong, ia juga pernah merasakan kesal dan sedih dalam waktu yang bersamaan. Ia tidak kesal dengan temannya maupun orang tuanya, ia hanya kesal saat melihat pujaannya bersama kekasihnya.

Bohong saja kalau Nindi tak menyimpan sakit hati pada orang itu, setiap hari mereka selalu menempel seperti amplop dan perangko bahkan mereka sama sekali tak merasa terganggu dijuluki amplop dan perangko.

Dua tahun lebih Nindi menyimpan perasaan pada lelaki itu, namun apa daya ia tak pernah berani mengutarakannya. Jangankan untuk mengutarakannya, hanya menyapanya saja Nindi tak mempunyai cukup keberanian.

Gilang Pratama Putra- lelaki yang menjadi pujaan Nindi. Seorang yang mempunyai tubuh tinggi, kulit putih, berwajah tampan, mempunyai prestasi yang gemilang, mempunyai segudang penggemar, dan masih banyak kelebihan nya kalau ingin disebutkan semua.

Lelaki dengan sejuta pesona itu sayangnya sudah mempunyai seorang kekasih. Erlita Alexandra, itulah namanya. Gadis yang cantiknya bak seorang boneka, mempunyai kulit seputih susu, mempunyai senyuman manis yang mampu membuat laki laki diluaran sana terpikat padanya.

Lihat, bukankan mereka pasangan yang sempurna? Baiklah, kita lupakan sejenak tentang betapa sempurna nya dua sejoli itu.

***

Hari ini Nindi tak ada jadwal kuliah, namun ia tetap datang ke kampus. Sebenarnya ia bosan kalau tak ada jadwal kuliah, ia hanya duduk dibangku taman sendirian sambil memperhatikan sepasang kekasih yang sedang bercanda gurau. Sesekali bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman kecil saat melihat pujaannya bersikap romantis kepada kekasihnya.

" Entah kenapa aku menyukai senyuman mu itu, walau kau tersenyum bukan kepadaku tapi setidaknya aku senang melihatmu bahagia. Teruslah seperti itu, karna bahagiamu adalah bahagiaku. "

Setelah sepasang kekasih itu meninggalkan taman, Nindi menghela nafas kasar sambil menyandarkan kepalanya disandaran bangku. Matanya terpejam dan perlahan lahan air matanya turun, ia menangis secara diam.

" Disini. Tepat dihati ini, rasanya begitu menusuk dan sakit. Tapi aku tetap melihat mu setiap waktu. "

Setelah ia merasa baikan, Nindi menghapus air matanya dan mulai berjalan kearah perpustakan. Dimana disana ia akan kembali melihat pujaannya, namun kali ini tak bersama kekasihnya.

Nindi memposisikan duduknya dipojokan dengan beberapa buku yang ia ambil dan membolak balik halaman demi halaman agar terlihat seperti sedang membaca atau mencari kosa kata yang rumit. Beberapa menit kemudian, ia memandang lurus ke satu objek yang sedang mengerjakan tugasnya dengan serius.

Orang yang diperhatikannya adalah Gilang- sang pujaan.
Ntah kenapa Nindi hobi sekali memandang wajahnya itu, rasanya begitu damai dan menenangkan.

Segaris senyuman pun muncul diwajahnya saat melihat Gilang mengacak acak rambutnya karna kesulitan mengerjakan tugasnya. Rasanya ingin sekali menghampiri mejanya, bertanya ada apa dan kemudia membantunya mengerjakan tugasnya. Tapi apa daya, keberaniaan itu tak pernah ada dan tak pernah muncul.

" Tuhan.. kenapa setiap menatapnya aku tak merasa bosan? Dia adalah makhluk ciptaanmu yang begitu menakjubkan. Dia luar biasa tampan walau wajahnya tanpa ekspresi. "



***


Nindi prov

Kalian tau, gue ngerasa jadi orang bodoh. Tenggelam dalam pesona orang yang akan ngeliat gue dari segi mana pun. Memperhatikannya tanpa ada rasa bosan setiap hari, tersenyum ketika melihatnya tertawa bahagia, menagis saat tiba tiba rasa sakit mulai menggerogoti hati gue yang semakin rapuh ini dan bertahan dalam diam.

Mencoba menggapai cinta yang hanya bertepuk sebelah tangan dan berhayal suatu saat dapat berada disampingnya.
Gue pengen ngerasain dicintai bukannya malah mencintai. Dua kalimat itu hampir sama namun memiliki makna dan arti yang berbeda. Terkadang gue menyesal, kenapa gue harus suka sama Gilang yang jelas jelas udah punya pacar yang cantiknya kaya boneka.

Seharusnya dari awal gue tau kalau semua ini gak akan ada artinya dan bahkan semua pengorbanan gue buat bertahan selama 2 tahun lebih cuma dianggap candaan. Emang lucu ya ngeliat gue tersiksa dalam perasaan cinta yang gak terbalas? Hahaha.. nyatanya semua orang nganggap ini lucu. Aneh, bukan?



Holaaa aku bawa awal yang baru 😂
Semoga suka ya sama ceritanyaa..

Jangan lupa vommentnya, karna satu vote dan komenan kalian sangat berarti buat memacu semangat aku😄😘

- intnrgl -

Do You Think It Makes Sense?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang