10

1.4K 112 17
                                    

" Tuhan. Ini semakin menyakitkan. Apa menjadi pacar orang yang lama kita kagumi sesakit ini? Bantu gue bertahan Tuhan, agar perjuangan gue gak sia sia selama beberapa tahun ini. Demi lo Lang. Demi lo.. "

Hari ini Nindi absen tak datang ke kampusnya, ia terkena demam akibat kehujanan dan berlama lama dihalte yang jelas jelasnya sedang hujan lebat dan angin kencang. Kalian pasti tau kan bagaimana rasanya membeku? Itulah yang dirasakan Nindi saat ini.

Suhu badannya makin meningkat, bahkan panas dibadannya sudah melebihi batas normal. Ia menggigil dengan wajah pucat dan matanya yang sayu. Ia bahkan tak mengganti bajunya setelah semalam pulang dalam keadaan hujan.

Ia langsung membaringkan tubuhnya diranjangnya yang empuk dan mengunci pintu kamarnya. Ketukan demi ketukan audah berpuluh puluh kali Nindi dengar pagi ini. Itu suara pelayannya yang menyuruhnya sarapan, namun Nindi mengabaikannya dan seolah olah tak mendengar.

Lagi pula siapa yang peduli sarapan saat kau hanya sendirian dirumah yang besar tanpa ada orang tua dan hanya ditemani oleh para pelayan yang dibayar untuk mengurus rumah. Orang tua Nindi sedang ada urusan bisnis diluar kota dan Nindi enggan memberitahukan kedua orang tuanya kalau ia demam.

Ayolah, ini hanya demam biasa bagi Nindi. Bahkan rasa sakit dihatinya tak sebanding dengan demam nya.

Sekarang kalian percayakan kalau Nindi memang benar benar masokis??

" Non. Sarapannya sudah hampir dingin, mau saya antar ke kamar atau dimeja makan saja non? " tanya pelayannya untuk kesekian kalinya.

" Aku gak laper. " jawab Nindi yang akhirnya buka mulut. Ia bangun dari tidurannya dan bersandar dikepala ranjang dengan selimut yang membungkus tubuh mungilnya.

" Tapi non- "

" Aku gak laper! " ucap Nindi dengan suara serak yang dipaksakan berteriak.

" Ba-baik non. Kalau mau makan panggil saya saja ya non. " kata pelayannya yang kemudian meninggalkan pintu kamar nya.

" Bahkan disaat gue sakit gini lo biasa aja Lang. Lo gak tanya kabar gue dan lo juga gak ngirimin gue pesan kaya kebanyakan cowo yang sesalu ngasih kabar ke cewenya. Harus berapa lama lagi gue diam dan menahan kekecewaan sendirian? Gue mulai cape sama semua ini Lang. Gue cape Lang.. "

Setetes air mata mulai keluar dari sudut matanya, ia terisak dan mulai frustasi sendiri akan sikap Gilang. Ia mempertanyakan siapa ia bagi Gilang? Kenapa Gilang harus menembaknya kalau perasaan cinta itu masih buat Lita?
Pertanyaan itu terus memenuhi kepalanya sampai rasa sakit menghantamnya begitu keras dan ia tak sadarkan diri.

Perlahan lahan Nindi mulai membuka matanya dan menyesuaikan pandangannya. Ia mengejapkan matanya berkali kali menatap seisi ruangan. Seingatnya tadi ia ada dikamar sedang menangis sambil memikirkan Gilang dan kemudian kepalanya terasa pusing dan ia tak ingat apa apa lagi.

" Syukurlah lo sadar. " kata seseorang perempuan dengan nada suara yang lega.

" L-lita? " kata Nindi heran saat melihat Lita ada didepan nya dengan raut wajah panik.

" Kenapa harus Lita? Padahal gue berharap ada lo disini Lang. Gue berharap lo adalah objek pertama yang gue liat saat membuka mata. Tapi kenapa harus ada Lita? "

" Ah! Lo pasti bingungkan? Jadi gini ceritanya, tadi pagi Gilang ngajak gue ke kampus bareng dan kebetulan pacar gue lagi ada study tour ke Surabaya jadi gapapalah nebeng sama Gilang. Trus dijalan Gilang sibuk nelvonin orang dan dia kesel sendiri saat orang itu gak jawab jawab panggilannya. Saat gue tanya siapa, Gilang jawab lo. Dia nelvon lo tapi gak lo angkat, jadi dia memutuskan buat kerumah lo. Kata pembantu lo, lo ada dikamar dan gak mau keluar. Berkali kali lo dipanggil tapi gak ada sahutan akhirnya Gilang mendobrak pintu kamar lo sampe akhirnya kebuka dan kita nemuin lo dalam keadaan gak sadarkan diri, muka lo pucet, suhu badan lo tinggi dan lo keliatan gak bertenaga. Dan begitulah ceritanya kenapa lo ada dirumah sakit sekarang. " kata Lita panjang lebar menjelaskan kearah Nindi yang baru saja sadar.

Nindi hanya menangkap beberapa kata dari perkataan Lita. Yang ia tau; ia pingsan dan dibawa kerumah sakit sama Gilang.

" Maaf jadi ngerepotin lo. " kata Nindi sambil tersenyum samar.

" Gak usah gak enakkan gitu Nin. Kita temen. Oh ya, gue lagi buru buru nih ditungguin Gilang dibawah. Dia mau ngajak ke kampus, lo gapapa kan gue tinggal? Apa mau gue temenin? Sesekali bolos gapapa hehehehe.... " kata Lita yang sudah siapa bangun dari kursinya namun duduk kembali.

" Eh. Gak usah Lit. Gue gapapa kok sendirian, udah sana kebawah. Pasti Gilang lagi nunggu lo, lagi pula gak baik bikin orang nunggu lama lama. Udah sanaa. Makasih ya lo udah bawa gue kesini, semangat ngampusnyaa hehehe... " jawab Nindi sambil tertawa hambar dan dibalas oleh Lita dengan senyuman lalu ia pergi dari tuangan Nindi.

Nindi mengambil hand phone nya ada diatas meja nakas. Ia membuka kuncinya dan melihat ada 10 panggilan tak terjawab dari Gilang pagi tadi. Dan ada satu pesan juga dari Gilang,

From: Gilang.
Lain kali jangan cuekin telvon dari gue ya. Masih untung tadi pagi gue inget kalo kita harusnya berangkat bareng ke kampus, ya walaupun bareng Lita tapi gak masalahkan buat kita? Yaudah, cepet sembuh ya. Jangan alay ngunci ngunci kamar kalo lagi sakit.

Sebuah senyuman miris muncul menghiasi wajahnya. Matanya berkaca kaca siap menangis namun masih bisa ditahan oleh nya.

" Lita lagi ya Lang. Lagi lagi Lita lagi. Kenapa dia selalu dinomor satukan padahal dia udah duain lo. Kenapa juga lo gak peduliin gue? Sekarang gue gak bisa bedain mana sakit hati sama sakit fisik. Semua sakitnya sama.. Sama sama nyakitin. "










Next? Jangan lupa vomment yaa.
Lafyuguys ♡

- Intnrgl -

Do You Think It Makes Sense?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang