" Dari mana aja? " tanya Gilang penuh selidik saat lagi dicafe.
Sepulang kuliah Gilang mengajak Nindi makan dicafe langganannya, sebagai pacar yang hampir gak pernah diajak makan bareng, Nindi sih mau mau aja. Lagi pula, kapan lagi Gilang bersikap baik seperti ini?
Tapi dihari yang menurut Nindi penting ini, ia mengecewakan Gilang karna datang terlambat.
" Jalanan macet tadi, maaf g- "
" Udah tau jalanan macet bukannya dateng awal kek, lo tau gak gue disini berapa lama? Setengah jam tau gak gue kaya orang bego disini! " kata Gilang yang memotong perkataan Nindi.
Sementara Nindi yang baru saja duduk menatap tak percaya kearah Gilang.
" Maaf Lang, tadi ada perbaikan jalan jadi gue- "
" Udahlah gak usah minta maaf. Gak bakal balikin waktu gue yang kebuang sia sia juga kan? Gue udah gak nafsu makan. " kata Gilang yang lagi lagi memotong perkataan Nindi.
Melihat Gilang yang hendak bangun, tangan Nindi pun refleks menahan ujung kemeja yang dipakai Gilang dan menatap Gilang sendu.
" Jangan marah Lang, maaf udah bikin lo nunggu. " ucap Nindi dengan nada sedih yang nyatanya tak diperdulikan oleh Gilang.
" Yaudahlah, gue udah males juga. Gue mau pulang. " jawab Gilang sambil berlalu pergi meninggalkan Nindi yang kini menundukan kepala.
Bahu nya perlahan mulai bergetar dan setetes demi tetes air mata jatuh dari pelupuk matanya yang mengenai permukaan meja. Ia menggigit bibirnya guna mencegah suara isakan yang mungkin saja keluar.
Kepalanya ia angkat dan ia usap dengan kasar air mata yang mengalir diwajahnya. Bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman namun gagal, karna sangat sulit untuk tersenyum disaat hati bagai tertusuk pisau. Tajam dan dalam, sangat menyakitkan.
Bayangkan saja, disaat jam kuliah selesai Nindi dikabari oleh Gilang untuk datang kecafe langganannya untuk makan sore bersama. Namun disatu posisi Gilang sudah lebih dulu ada dicafe tersebut dan Nindi masih ada dikampus, dengan langkah seperti orang kesetanan Nindi berlari menuruni anak tangga sampai ia terpeleset jatuh namun ia abaikan.
Lagi pula jarak cafe langganan Gilangan dengan kampus itu cukup jauh, sekitar satu jam untuk dapat kesana. Namun apa balasan yang Nindi terima setelah ia mati matian berlari dari kampus untuk mencari taksi dan sial nya dijalan sedang ada perbaikan jalan sehingga menimbulkan kemacetan. Karna pada dasarnya Nindi tak mau membuat Gilang menunggu lebih lama, ia pun keluar dari taksi ditengah kemacetan dan berlari sampai menabrak orang untuk bisa sampai kelokasi tujuan.
Dan selanjutnya kalian tau kan? Nindi datang terlambat, ia malah dimarahi oleh Gilang dan ditinggal pergi begitu saja. Sebenarnya siapa yang bodoh disini? Gilang yang tak menghargai usaha Nindi atau Nindi yang terlalu bodoh berusaha menjaga perasaan Gilang?
Siapa pun itu, tolong sadarkan diantara mereka." Sakit gak sih saat lo berusaha keras buat bikin orang yang lo sayang merasa dihargai, tapi usaha lo justru bikin dia marah dan benci sama lo? "
Hanya karna datang terlambat Nindi ditinggal begitu saja oleh Gilang, ia hanya menunggu setengah jam sedangkan Nindi sudah menunggu Gilang bertahun tahun lamanya. Lihatalah, siapa yang lebih berkorban disini? Dasar lelaki tak tau diri.
Dengan langkah lesu, Nindi meninggalkan cafe dan berjalan kedepan untuk mencari taksi. Untuk saat ini ia hanya ingin pulang dan mengistirahatkan pikirannya.
Hari ini sangat menjengkelkan bagi Nindi, tak ada yang spesial seperti biasa. Begitu hambar dan monoton.
Tuhan..
KAMU SEDANG MEMBACA
Do You Think It Makes Sense?
RandomApa yang lo rasain saat lo akhirnya pacaran sama cowok yang udah bertahun-tahun lo sukai? Bahagia? Hahaha omong kosong macam apa itu, nyatanya gue cuma dijadiin alat buat dia biar bisa balikan lagi sama mantannya. Gimana rasanya saat ketulusan dibal...