11

1.4K 121 9
                                    

Ini sudah memasuki hari ke tujuh Nindi dan Gilang berpacaran, atau bisa dibilang pura pura pacaran? Ntahlah mana yang benar namun keduanya tak mempermasalahkan.

Sering kali Nindi dinomor duakan setelah sekian lama Gilang mendekati Lita akhirnya mereka dekat kembali namun statusnya sudah berbeda. Bukan lagi kekasih namun sepasang mantan.

Terkadang Nindi miris saat Gilang lebih perhatian ke Lita dari pada ke dia yang sudah jelas pacarnya, namun Nindi bisa apa? Memaksa seorang Gilang untuk menatap nya? Dia tak seperti itu.

Bagi Nindi biarlah waktu yang menyadarkan Gilang. Mungkin saat ini belum saatnya, ia hanya perlu bersabar menahan sakit. Ia percaya tak ada hal yang sia sia. Pasti ada kebahagiaan dibalik sakit yang ia rasakan kini.

" Seandainya lo tau Lang, gue rela lo apain aja sela itu bikin lo seneng. Walaupun harus disakitin tiap hari, gue rela. Mungkin kebahagian lo bukan gue. Tuhan hanya sedang berbaik hati sehingga gue bisa milikin lo walaupun tanpa cinta.. "

Nindi lagi lagi mengurungkan niatnya saat melihat Gilang sedang makan berdua bersama Lita, mereka asik tertawa bersama tanpa sadar telah melukai hati seseorang.

Bekal yang ia buat pagi pagi sekali berakhir sia sia lagi. Ia pun melangkahkan kaki kearah taman tanpa berniat bergabung dengan Gilang dan lita. Ia sadar diri, kalau pun ia disana ia hanya akan menjadi obat nyamuk. Tak ada gunanya jadi sebaiknya ia menyendiri.

" Boleh gue duduk disini? " tanya seorang mahasiswa laki laki yang nampak asing diwajahnya.

" Ya. Ini tempat umum, duduk aja. " jawab Nindi sambil tersenyum dan memandangi bekalnya yang lagi lagi harus ia buang.

" Lo gak makan? " tanya mahasiswa tersebut.

" Udah. " jawab Nindi singkat.

" Bekal lo utuh tapi. " ucap orang tersebut lagi.

" Sebenernya ini buat seseorang tapi kayanya dia lagi asik makan sama cewe lain, jadi gue simpen aja lagi. " kata Nindi yang ntah kenapa justru menceritakan nya pada orang yang tak ia kenal.

" cowo lo? " tanya orang tersebut yang dibalas anggukan kepala oleh Nindi.

" Kenapa lo malah diem disini? " tanya orang tersebut lagi.

" Gue gak mau ganggu mereka. Gue gak sejahat itu kali dateng tiba tiba dan bikin mereka risih karna ada gue. " jawab Nindi yang masih setia menundukkan kepala.

" Kan dia cowo lo. Gapaplah, lo punya hak. Masa lo diem aja disini sementara cowo lo sama cewe lain. Gimana kalo mereka ternyata selingkuh? Atau jangan jangan- "

" Gue udah biasa dinomor duain bahkan gak dianggap ada. Jadi mau diapain? Udah biasa. " sahut Nindi yang motong perkataan prang tersebut.

" Ihh gila tuh cowo lo. Harusnya lo marah kenapa biasa aja? Lo sayang dia gak sih? " tanya orang tersebut yang emosi.

" Sayang banget. Ngelebihin dia sayang ke gue, tapi gue gak yakin dia sayang beneran gak sama gue. " jawab Nindi dengan senyuman miris.
" Gue gak ngerti.. "

" Kadang gue mikir dia nembak gue cuma buat dapet perhatian mantannya atau emang dia emang beneran suka sama gue. Tapi gue gak pernah ngerti. Dia susah ditebak. Kadang perlakuin gue kaya temen, kadang layaknya prang pacaran, kadang kaya gak kenal dan kadang gue dianggap musuh. Gue gak ngerti perasaannya dia gimana. " kata Nindi dengan kekehan pelan.

" Kenapa gak lo putusin aja tuh? "

" Gue terlalu sayang sampe gue takut kehilangan dia. Perjuangan gue panjang buat bisa deket sama dia, bertahun tahun gue nunggu dia, setia sama dia, dan gak pernah sedikit pun ada niatan berhenti ngejalanin ini semua tapi terlalu sakit buat dirasa. "

" Yaampun. Banyak cowo yang bisa hargain lo ngapain pertahanin cowo gak tau diri? "

" Banyak yang bilang gitu ke gue. Tapi gue bisa apa? Hati gue udah mati rasa sama namanya sakit, gue gak perduli sedalam apa dia goresin luka, sedingin apa sifatnya, sebanyak apa dia nyakitin gue. Cinta ini gak bisa kemana mana lagi. " kata Nindi yang membuat orang disampingnya kagum mendengar pengorbananya.

" Baru kali ini gue memu cewe kaya lo. Hebat.. " pujinya.

" Biasa aja. Gue gak sehebat itu, justru gue lemah. " sahut Nindi.

" Oh ya, kita udah ngobrol banyak tapi belum tau nama masing masing. Kenalin, gue Novan. Lo? " tanya orang tersebut sambil mengulurkan tangan dan dibalas oleh Nindi sehingga mereka berjabat tangan.

Novan terpanah saat Nindi menatapnya dengan senyuman yang ntah kenapa membuat dadanya berdesir hangat. Jantungnya berbacu dengan cepat.

" Gue Nindi. Jurusan sastra. Lo jurusan apa? " tanya Nindi yang membuat Novan tersadar setelah memuji kecantikan Nindi.

" Ehh nama kita sama sama berawalan N ya? Bisa gitu hahaha... Gue jurusan manajemen, gue mahasiswa baru. " jawab Novan dengan cengiran yang membuat matanya menyipit.

" Iya hahaha... Lo mahasiswa baru? Pindahan dari mana? " tanya Nindi antusias sehingga melupakan kesedihannya.

" Hmm. Dari Bandung, baru dua hari gue disini. " jawabnya.

" Ohh Bandung. Kenapa pindah? " tanya Nindi penasaran.

" Bokap nyokap pindah tugas disini jadi gue ya ikutan aja. " jawabnya dengan santai.

" Ooohhhh gitu. Eh, lo udah makan? Dari pada nih bekel gue buang mau gak nyobain masakan gue? " tanya Nindi.

" Ini lo yang masak sendiri? Wahh kerenn. Sini deh gue makan kebetulan tadi gue mau ke kantin tapi tempat duduk nya penuh jadi gue kesini dulu, gapapa nih? "

" Makan aja. Gue juga masih belajar masak kok belom ahli baget, kalo gak enak gak usah dimakan gapapa kok hehehe... "

" Eumm... Enak, kurang asin sedikit sih tapi rasanya pas kok. Enak sumpah.. Sayang banget cowo lo gak bisa rasain ini, dia pasti nyesel. "

" Seandainya lo kaya Novan Lang, bisa muji masakan gue yang gue buat susah payah, banyak omong asik, gak cuek dan keliatan perhatian. Kapan lo ngeliat kearah gue? "

" Seandainya aja gue punya pacar kaya lo Nin. Gue pasti bahagia banget diperhatiin dari hal terkecil, gue bakal tunjukin kesemua orang kalo cewe gue hebat dan gue ngerasa jadi cowo paling beruntung karna punya pacar kaya lo yang bikin semua orang iri. Sayang nya gue jomblo hahhaha... " kata Novan yang mulai akrab dengan Nindi.

" Gapapa kali jomblo, banyak yang bahagiain. Lah gue? Gak usah ditanya deh. " ucap Nindi.

" Hahahhaha... " mereka pun tertawa bersama dan tanpa sadar ada seorang yang memperhatikan mereka dari jauh sejak tadi.

Mengepalkan tangannya kuat menahan emosi untuk tidak melayangkan tinjuannya kearah lelaki yang ada disamping Nindi.

" Tunggu aja saatnya, gak ada yang boleh deketin Nindi kecuali gue! "

Next? Vomment jangan lupa😘😘😘😘😘

- Intnrgl -

Do You Think It Makes Sense?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang