Sekarang semua telah kembali seperti semula, seperti dulu. Kenal, namun tak berani menyapa. Saling memendam ego yang sama sama besar, memendam perasaan untuk saling memiliki, menahan cemburu yang semakin berkejolak, menahan luka dan perih sepihak dan menahan rindu yang semakin besar.
Bukankah waktu senang mempermainkannya? Kapan keduanya akan kembali menyapa? Apa sampai detik pada jarum jam terhenti? Itu tidak masuk akal.
Namun jika ini memang takdir Tuhan, kita sebagai ciptaannya bisa apa? Hanya bisa menjalankannya sesuai naskah yang sudah tertulis tersebut.
***
Nindi, pihak yang terluka paling banyak itu kini sedang berada diperpustakaan. Semenjak memutuskan untuk melupakan Gilang, ia sering mengunjungi perpustakaan kampus untuk menyibukan diri agar ia tak memikirkan Gilang, dan tentunya agar tak bertemu dengan Gilang yang kini kabarnya sedang dekat kembali dengan sang mantan; Lita.
Jujur saja, dalam hati kecilnya ia masih merasakan cemburu.Cemburu yang tak masuk akal.Cemburu yang ia sendiri pun tak tau bagaimana menjelaskannya.
Yang jelas, ia merasakan jantungnya seperti diremas saat melihat Gilang yang semakin dekat dengan Lita.
Tak lain dari Nindi, Gilang pun sama. Ia merasa hampa mulai menyapanya dan ia juga merasakan ada yang hilang dari bagian hidupnya saat Nindi tak ada disampaingnya.
Kalimat - saat kau sudah terbiasa dengan seseorang disampingmu, saat ia pergi kau baru merasakan sakitnya nanti saat kau sudah kehilangan. - ternyata benar. Kini Gilang baru menyadarinya.
Ini karma. Ya. Karma. Karma yang harus gue terima dan jalanin. -Gilang.
Dalam hati, Gilang masih merasa bersalah dan menyesal yang amat mendalam. Hati kecilnya menjerit miris kehilangan orang yang amat berharga, orang yang mencintainya setulus jiwa tanpa alasan lain ataupun maksud tertentu.
Ia kehilangan sosok lembut serupa malaikat yang setia dari tahun ke tahun hanya untuk bertahan demi dirinya.
Kenapa baru sekarang Tuhan nyadarin gue? Kenapa gak dari dulu aja? Sekarang gue udah kehilangan dia yang mungkin gak akan ngasih kesempatan kedua buat pecundang macam gue. -Gilang.
"Lang? " sapa Lita yang kini sedang kesulitan membawa buku entah apa yang terlihat berat.
"Ya? Ehh, sini biar gue bantu. " kata Gilang yang langsung merebut beberapa tumpuk buku dari Lita.
"Ihh.. Gak usah. Bentar lagi juga nyampe kok. " kata Lita yang merasa tak enak hati.
"Gausah. Gue ikhlas kok, lagian lo keliatan cape gitu. Kenapa? " tanya Gilang yang kini mulai melangkahkan kaki seirama dengan Lita.
"Hahh.. Iya. Banyak tugas, kurang tidur, telat makan juga. Emang keliatan banget ya? " tanya Lita sambil membuka pintu dosen yang dituju.
Setelah selesai dengan urusannya, mereka berdua keluar dari ruangan dan berjalan beriringan lagi.
"Eh, mau kemanaaa.... " tanya Lita kebingungan saat tiba tiba Gilang menarik paksa tangannya.
"Kantin. Lo butuh makan, katanya laper? Kebetulan gue juga laper hehehee..." kata Gilang sambil merangkul pundak Lita mesra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do You Think It Makes Sense?
RandomApa yang lo rasain saat lo akhirnya pacaran sama cowok yang udah bertahun-tahun lo sukai? Bahagia? Hahaha omong kosong macam apa itu, nyatanya gue cuma dijadiin alat buat dia biar bisa balikan lagi sama mantannya. Gimana rasanya saat ketulusan dibal...