Bertahan dalam posisi untuk terus disakiti memang menyakitkan, harus kuat dan rela mengorbankan sesuatu. Tentunya soal perasaan.
Semua orang tahu bukan, kalau cinta bertepuk sebelah tangan itu bagaimana rasanya? Ya, tak perlu dijabarkan lagi kalau begitu.
Sakit? Itu sudah menjadi resiko.
Sempat terlintas dibenak gue buat akhiri sampai disini, tapi nyatanya perasaan gue jauh lebih besar dibanding ego yang gue punya dan gue putuskan buat tetap bertahan demi lo Lang.
Katakanlah Nindi itu gadis bodoh yang masokis. Ia tidak perduli hatinya sesakit apa, yang jelas ia akan tetap disini. Disampaing Gilang.
Gadis imut itu masih dirumah sakit setelah menemani Gilang makan, dan kini ia sedang menjaga Gilang yang sedang beristirahat.
Nindi masih bingung sebenarnya apa yang dialami oleh Gilang, tapi ia mengurungkan niatnya sampai Gilang sendiri yang memberitahunya.
" Gue gak tau, Lang sampai kapan gue bisa bertahan. Tolong jangan buat gue nyerah sama perasaan ini, karna gue bener bener sayang sama lo. " ucap Nindi yang berbicara sendiri.
Ia memperhatikan wajah yang sedang terpejam itu, wajah damai yang sayangnya amat tampan itu sangat sulit untuk diabaikan.
Tangannya dengan ragu bergerak perlahan mengusap sayang kepalanya. Nindi tersenyum perih saat menatap Gilang.
" Cepet sembuh Lang. Gue gak bisa ngeliat lo kaya gini. " lanjutnya sambil menangis.
Sebenarnya Gilang belum sepenuhnya tertidur, ia hanya berpura pura tidur karna ia tak tau harus bicara apa kepada Nindi.
***
Seminggu lebih Nindi selalu menemani Gilang. Kini keadaannya mulai pulih dan hari ini dokter mengijinkan Gilang untuk pulang karna kondisinya yang sudah sehat kembali.
Gilang dan Nindi sama sama diam dalam mobil tersebut. Keduanya larut dalam pikiran masing masing, sampai Gilang membuka suara.
" Makasih ya, Nin. " kata Gilang dengan pandangan lurus kedepan.
" Buat apa? " tanya Nindi sambil menatap Gilang bingung.
Gilang tersenyum dengan sangat menawannya, namun pandangannya masih fokus ke jalanan.
Apa gue bakal kehilangan senyuman itu saat lo memilih buat ninggalin gue Lang?
" Buat seminggu ini. Lo selalu dirumah sakit bareng gue, bahkan lo gak pernah ngeluh cape ngerawat gue. Padahal lo harus kuliah juga. " kata Gilang sambil menginjak rem mobilnya sehingga mobil tersebut terhenti. Gilang pun menghadap kearah Nindi yang menatapnya lembut.
Gilang tersenyum sambil memegang kedua tangan Nindi. Bagaimana dengan Nindi? Dia sudah gugup setengah mati dengan jantung yang berdetak tak beraturan.
" Dan.... " ucap Gilang yang menggantung membuat Nindi seketika pucat pasi.
Jangan bilang lo mau bilang kita akan berakhir? Plis jangan bilang itu. Gue belum siap dan gue gak akan pernah siap dengan perpisahan.
Nindi pun menundukan kepalanya berharap cemas.
" Dan... Makasih karna selalu ada buat gue. Makasih ya- sayang. "
Cup
Nindi membulatkan matanya saat benda tak bertulang tersebut sedang menempel dikeningnya dengan lembut.
Ini bukan mimpi kan? Bukan kan? Dia manggil gue.... Sayang? Trus, ciuman ini? Gue gak mimpi kan?
Saat Nindi masih larut dengan pikirannya, Gilang melepas kecupannya dan mengusap pipi Nindi dengan lembut sambil tersenyum tulus.
" B-bisa ulangi lagi ta-tadi lo p-panggil g-gue apa, Lang? " ucap Nindi dengan wajah bodohnya yang seketika membuat Gilang tertawa.
" Makasih sayang... " kata Gilang sambil tertawa.
" J-jangan ketawa! " kata Nindi yang kini membuang wajahnya kearah jendela dengan pipi yang merona.
" Lagian lo lucu hahahah... " jawab Gilang yang belum berhenti tertawa.
" Apaan sih! Gak ada yang lucu. " sahut Nindi sambil menutup wajahnya menggunakan jaketnya.
Setelah itu Gilang mengantarkan Nindi pulang kerumahnya. Walaupun hanya sekedar ucapan terima kasih dan kecupan singkat, bagi Nindi ini sangat berarti.
Apalagi kalau itu semua Gilang yang melakukannya. Semua terasa jauh lebih istimewa saat seorang Gilang yang melakukannya.
" Makasih ya, Lang. " kata Nindi sesampainya didepan gerbang.
" Aku yang harusnya makasih. Kamu- "
" Itu bukan apa apa kok Lang. Aku seneng bisa nemenin kamu sampe sembuh gini. " poto Nindi sambil tersenyum manis.
" Bagi aku ini berarti. Bahkan Lita pun gatau soal aku masuk rumah sakit hahhaa.. "
Kenapa harus ada nama dia disaat kita lagi berdua? Apa nama gue gak sebegitu spesial ya? Ternyata bener, lo masih ngarepin dia. Gue bisa apa? Gak bisa apa apa gue.
" Y-yaa. Anything for you hahaha... " kata Nindi sambil berjalan masuk kedalam rumahnya.
Sementara itu Gilang masih memperhatikannya dari depan gerbang.
Seharusnya gue ngerasa beruntung bisa disayangin sebegitu besarnya sama dia, tapi kenapa hati gue selalu mengharapkan Lita? Maafin gue Nin, gue janji bakal bales perasaan tulus lo. Gue janji, tunggu aja saatnya. Saat dimana gue yang bakal perlakuin lo layaknya putri raja. -Gilang.
Pendek? Sengaja:v
Mau tau gimana respon nya sama cerita aku yang ini. Next? Vommentnya ku tunggu😂- Intnrgl -
KAMU SEDANG MEMBACA
Do You Think It Makes Sense?
RandomApa yang lo rasain saat lo akhirnya pacaran sama cowok yang udah bertahun-tahun lo sukai? Bahagia? Hahaha omong kosong macam apa itu, nyatanya gue cuma dijadiin alat buat dia biar bisa balikan lagi sama mantannya. Gimana rasanya saat ketulusan dibal...