4

1.7K 115 2
                                    

" Apa ini rencana-Mu Tuhan? Mendekatkan dia disamping ku dengan cara seperti ini? Kalau memang iya. Terima kasih. "

Tidak terasa tiga hari sudah berlalu. Semenjak Nindi menjadi wakil ketua acara festival, ia dan juga pujaannya semakin dekat saja. Dalam artian 'dekat' sebagai panitia. Walau pun begitu si gadis yang memiliki wajah imut itu tetap bersyukur, setidaknya ia tak perlu mengikutinya secara diam diam lagi kan?

Ia tetap berterima kasih pada Tuhan walau setiap harinya ia harus melihat pemandangan menyakitkan didepan matanya. Memangnya pamandangan seperti apa? Tentu saja kemesraan antara Gilang dan Lita.

Nindi benar benar bersikap seolah olah tidak ada apa apa dengan hatinya saat melihat itu, justru ia sering menggoda keduanya dan akan berakhir dengan tertawa bersama. Tertawa? Tentu saja sebuah tawa hambar yang akan muncul dari mulut kecilnya dan sebuah fake smile.

Seperti saat ini contohnya, setelah melakukan rapat dengan panitia yang lainnya mereka bertiga makan dikantin bersama. Sebenarnya Nindi sudah melonak untuk ikut makan bersama Gilang dan Lita, namun apa daya kedua sejoli itu tampak kompak memaksa Nindi untuk bergabung makan bersama.

Tak tau kah mereka Nindi harus berpura pura tegar dan ceria didepan mereka saat ini? Mereka tak tau kan kalau kelakuannya itu justru menggores luka baru dihatinya.

" sayang sendirian itu sakit yaa... "

" Ah, ya. Nindi? " panggil Lita yang terlihat antusias sehingga mau tak mau Nindi harus tersenyum untuk menanggapinya.

" Ya. Kenapa? " tanya Nindi sambil mengaduk aduk makanan nya yang hampir dingin itu. Sedari tadi gadis imut itu hanya duduk-mengaduk aduk makanannya tanpa memakannya-memasang senyum palsu-dan memandangi kedua sejoli yang sedang dimabuk cinta.

" Ngomong ngomong lo punya gebetan gak? Atau orang yang lo suka mungkin? " tanya Lita yang seketika membuat Nindi menatap Gilang sendu namun langsung memasang senyum palsu.

" Tentu aja punya. Bahkan orang itu ada didepan gue saat ini, tertawa bahagia sama lo. Lo mau tau? Dia Gilang... "

" Gebetan? Hahahaa... gak punya. Kalau orang yang gue suka mungkin ada. " jawabnya sambil melanjutkan acara mengaduk adukan makanan.

" Pertanyaan macam apa itu? Gak tau apa gue sakit nahan semua ini! Andaikan lo itu makanan Lit, udah pasti gue tusuk tusuk muka boneka lo itu kaya makanan ini. "

" Siapa? Siapa? Ayo dong kasih tau gue, siapa tau gue kenal dan gue bakal bantuin lo buat deket sama orang yang lo suka itu Nin. " serunya heboh sambil menggoyang goyangkan tangan Nindi yang tergeletak diatas meja.

" Dia Gilang. Pacar lo sendiri. Apa lo yakin mau bantuin gue buat dapetin Gilang ? "

" Gak usah. Lagi pula orang yang gue suka udah punya pacar. " tolak Nindi sambil melirik Gilang sekilas yang lagi serius makan tanpa peduli obrolan antara Nindi dan Lita.

" Udah punya pacar? Yahhh susah dong deketin dia kalau udah punya doi, Nin. Namanya siapa? Jurusan apa? Semester berapa? Dikampus ini juga? " tanya Lita yang begitu penasaran.

" Gak usah kepo sama privasi orang sayang... " kata Gilang yang menyahutinya sambil mengacak acak rambut Lita dengan gemasnya.

" Hmm.. gitu deh. Tiap hari juga ketemu kok gue sama dia, cuman yaa... gitu deh. Dia gak pernah mandang gue lebih dari sekedar temen. " kata Nindi yang terdengar sedang memberikan kode keras ke orang yang dimaksud, Gilang.

" Tiap hari ketemu? Siapa? " tanya Gilang yang mulai penasaran.

" Lo, Lang. Orang itu elo Gilang! "

Do You Think It Makes Sense?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang