9

1.2K 95 26
                                    

Setelah kemarin malam Gilang menembak Nindi, pagi ini ia menjemput sang kekasih untuk berangkat bersama. Nindi sih mau mau saja, siapa yang tidak mau coba dijemput sang pujaan ah ralat! Sang kekasih nya? Tidak akan ada yang menyia nyiakan nya pasti.

Hampir seisi kampus menatap tak percaya pada kedua sejoli itu. Namun Gilang tak mau mempermasalahkannya, maka ia pun tanpa ragu menggandeng Nindi dari parkiran dan mengantarkannya kekelasnya.

Saat melewati tangga mereka berdua bertemu dengan Lita. Mantan kekasih Gilang yang tampaknya sedang kesusahan membawa beberapa tumpukan buku.
Lita pun terdiam saat berpapasan dengan mantan nya dan juga bisa dibilang teman sekampusnya dari jurusan lain yaitu Nindi.

Nindi pun menatap Gilang yang kini sedang bertatapan serius dengan Nindi.

" Tatapan mata itu masih memancarkan cinta. Apa cuma perasaan gue aja? Plis deh! Disini ada gue. Jangan tatap tatapan seolah olah ini dunia kalian sendiri! "

" Hai. Lit. " saja Nindi untuk mencairkan suasana dan mereka berdua pun membuang pandangan kesegala arah.

" H-hai juga. Nindi kan? " tanya Lita sambil tersenyum ramah.

" Iya. Mau kemana pagi pagi udah bawa bawa buku sebanyak itu? " tanya Nindi sambil tersenyum ramah juga.

" Mau ke kelas. Tadi gue habis dari perpus buat minjem buku buku ini buat tambahan nyari referensi bacaan, soalnya nanti siang gue ada presentasi gitu. " jawab Lita.

" Perlu bantuan? " tanya Gilang yang kini buka suara.

" A-ah. Gak usah Lang gu- "

" Udah sini gue yang bawa. Ke kelas lo kan? Ayoo.. " kata Gilang yang langsung memotong perkataan Lita dan dengan cepat merebut beberapa buku yang dibawa Lita lalu melangkahkan kaki kearah tangga menuju kelas Lita tanpa mengucapkan sepatah kata pun ke  Nindi.

" Ihh. Anak itu, keras kepala dasar! Hehehee Nin, gue duluan yaa. Dahhh... " kata Lita yang kemudian menyusul Gilang dan berjalan dengan sejajar. Sesekali Gilang mencoba menggoda Lita, namun Lita mengabaikannya dan terus berjalan sambil menggerutu.

" Lang. Disini ada gue. Kenapa kehadiran gue seolah olah gak ada diantara kalian tadi? Bahkan lo gak pamit atau sekedar ngomong apa kek. Mungkin belum waktunya gue mengisi kekosongan dihati lo itu, karna masih ada Lita yang memegang tahta paling tinggi dihati lo. "

Nindi tersenyum miris saat berjalan ke kelasnya. Hatinya terasa tercabik cabik tak dianggap ada oleh sang kekasih.

Yanh menjadi pertanyaannya adalah, Nindi itu siapa? Pacar atau sekedar tameng yang digunakkan Gilang untuk mencari perhatian Lita?



***



" Nin. Pulang kuliah nanti temui gue diparkiran yaa. Kita pulang bareng. " teriak Gilang yang baru saja lewat didepan Nindi dan kembali mengikuti Lita sambil mengobrol, namun Lita mengabaikannya.

" Sepenting itukah dia dimata lo? Lo gak pernah perduliin tentang gue. "

Nindi hampir saja meneteskan air matanya kalau para sahabatnya tak datang dan menemani nya dikantin. Nindi melupakan sejenak perasaan sesak yang mengganjal dihatinya. Bibirnya membentuk sebuah senyuman dan terkadang tertawa bahagia saat sang sahabat menceritakan hal konyolnya.

Sesuai permintaan Nindi, ia menunggu diparkiran padahal hari sudah mulai sore. Biasanya jadwal Gilang selesai sejam lagi tapi Nindi tetap menunggu nya diparkiran. Gadis imut itu selalu beranggapan bahwa menunggu adalah suatu hal membosankan, tapi demi sang kekasih Nindi rela menunggu. Bahkan ia sudah menunggu bertahun tahun lamanya, hanya menunggu satu jam itu tak masalah baginya.

" Apa Gilang ada materi tambahan ya? Atau ke perpus? Ini udah jam setengah lima, biasanya jam empat kelasnya udah bubar. Kemana sih tuh anak-_- "

Nindi memutuskan untuk tetap menunggu diparkiran, ia duduk dibawah pohon yang rindang sambil membaca sebuah novel untuk mengurangi rasa bosannya.

Area parkir mulai sepi, mobil dan motot bahkan tersisa beberapa saja disana. Namun Nindi tetap menunggu nya. Andai saja ia ingat warna motornya Gilang tadi pagi, pasti ia tau dimana letaknya kini dan bisa duduk diatasnya. Jadi kalau Gilang datang ia tak perlu mencari Nindi dulu. Tapi sayang, ia tak tau motor nya Gilang yang mana. Biasanya Gilang membawa mobil tapi kali ini lain.

Langit mulai gelap dan sepertinya akan turun hujan, namun orang yang ditunggunya tak kunjung datang.

" Loh, belum pulang? " tanya seseorang mahasiswa yang sedang mengambil kunci dan seseorang mahasiswi yang menatapnya dengan senyuman ramah.

" Nunggu cowonya? Jurusan apa? " tanya mahasiswi yang kini duduk disampingnya.

" Iya. Apa didalem masih ada kelas ya? " tanya Nindi sambil menengok kearah pintu.

" Tinggal anak jurusan ekonomi. Tadi beberapa kelas juga ada yang selesai lebih awal, dosennya lagi rapat. " jawab mahasiswi tersebut.

" Eh, lo Nindi kan? Wakil ketua festival waktu itu? " tanya si mahasiswa sambil naik kemotornya.

" Iya. " jawab Nindi seadanya.

" Lo nunggu Gilang ya? Tadi pas istirahat gue denger Gilang ngajakin lo pulang bareng. Bener? " tanya si mahasiswa tersebut sambil menyalakan mesin motornya.

" Oh, jadi lo nunggu Gilang? Yaampun kelasnya Gilang kan udah selesai lebih awal, dia tadi kekelas gue buat jemput Lita dan gue rasa dia udah dirumah. " kata si mahasiwi sambil memegang pundak Nindi.

" O-oh, gitu ya? Gue pikir dia lagi ada kegiatan. Makasih ya. " kata Nindi sambil bangun.

" Iya sama sama. Lo mau bareng gue gak? Kaya nya mau ujan ini. " kata si mahasiswi tersebut sambil ikutan bangun.

" Oh, ya. Gue Putri satu kelas sama Lita. Salam kenal yaa. " kata si mahasiswi tersebut yang bernama Putri.

" Put, kita kan berdua naik motor. Emang muat apa? Mau boti? . " kata si mahasiswa yang lagi duduk diatas motornya.

" Oh, iya ya. Hehehhe.... " kata Putri sambil nyengir.

" Gak usah. Gue naik bus aja. Makasih ya Put. Gue duluan, dahh.. " kata Nindi sambil tersenyum ramah dan mulai melangkah ke gerbang.

" Dua kali Lang. Dua kali lo bikin janji dan dua kali juga lo lupain janji yang lo bikin sendiri. Kenapa lo nembak gue kalo lo masih ngejar ngejar Lita? "

Belum sempat sampai dihalte, hujan mulai turun membasahi aspal yang kering. Yang semula hanya rintikan kecil kini menjadi deras dan membasahi seluruh tubuh Nindi.

Kini ia tak bisa membedakan, mana air hujan dan mana air mata.
Ia berjalan dengan pelan dan terisak sesekali.

" Kenapa lo lakuin ini dibelakang gue Lang? Gak bisa apa lo liat gue dan hargain perasaan gue sebagai pacar lo? Buat apa lo nembak gue kalau lo masih ngejar ngejar Lita buat balikan ke lo lagi? Kalau ini bisa bikin lo bahagia, gue rela diduain bahkan gak dianggap pun gak apa apa asal lo bahagia lagi sama dia. "

Tak lama hand phone nya bergetar dan terlihat jelas dilayar nama orang yang membuatnya  menunggu lama dan menangis.








Gilang is calling..








" H-halo.. " kata Nindi berbicara dengan nada gemetar namun Gilang menyahutinya dengan bahagia tanpa tau keadaan Nindi saat ini.

" Halo, Nin. Gue seneng banget! Lita ngerespon gue lagi. "

" Oh ya? Gue juga ikut bahagia. "

" Bahagia? Enggak. Gue sakit dengernya Lang. "


" Apa masuk akal kalau pacar lo deketin mantannya lagi buat balikan sementara dia selalu gak anggap lo ada? Kenyataannya lo adalah pacar dia tapi dia gak nganggap lo ada. Sakit? Lupakan. Gue udah kebal sama yang namanya sakit. "














Next? Jangan lupa vomment yaa:))
Lafyuguys♡

- Intnrgl -

Do You Think It Makes Sense?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang