Minho langsung menarik Naeun ke halaman belakang rumahnya. Ia melepas genggamannya lalu berbalik menatap kekasihnya itu,
"Oppa! Bagaimana bisa? Bagaimana bisa yeoja cacat itu ada disini?" bentak Naeun menuntut keras penjelasan dari Minho,
"Naeun-aa, kumohon dengarkan aku. Mian(maaf) telah menyembunyikan ini darimu, Park Jiyeon...." Minho menghela nafas sebelum melanjutkan kalimatnya, "Ia dongsaeng(adik) tiriku" ucap Minho akhirnya dengan menunduk,
"M..mwo(a..apa)??" ucap Naeun sangat tidak percaya,
"Naeun-aa. Kumohon percayalah, aku tak ada hubungan apapun dengannya selain itu. Aku bahkan tak menganggapnya sebagai adik, aku juga sangat membencinya. Aku tak pernah peduli padanya eoh, percayalah" ucap Minho memohon untuk menenangkan Naeun,
"Keunde(tapi) oppa! Bagaimana bisa kau menyembunyikan semua ini?" balas Naeun, Minho menundukkan kepalanya kembali,
"Aku hanya terlalu malu untuk mengatakannya. Jika kau mengetahui itu, aku takut kau tak akan mau menjadi milikku" lirih Minho. Naeun masih kesal, ia sangat tak suka memiliki kekasih yang mempunyai adik cacat seperti Jiyeon, apalagi melihat Jiyeon yang tak sempurna ia takut jika Minho terlalu sayang kepada adiknya itu.
"Cukup!!!" bentak Naeun, ia langsung melangkah pergi, 'tap' Minho menahannya
"Lepaskan!!" ucap Neun tanpa berbalik memandang Minho,
"Andwe(tidak)!!"
"Kubilang lepaskan" ucap Naeun lagi sambil melepaskan genggaman Minho lalu berlari pergi. Minho hanya melihat kepergian Naeun sambil mengendus kesal, ia mengacak rambutnya frustasi. Sangat tak mungkin baginya melepaskan yeoja yang sangat dicintainya dan telah lama menjalin hubungan dengannya, bahkan seluruh penjuru sekolah telah mengetahui hubungan kedua hagsaeng yang cukup populer itu. Ia mengusap wajahnya lalu pergi menuju kamar Jiyeon,
'brak..' ia langsung mendobrak pintu Jiyeon dengan penuh amarah, yeoja pucat yang tengah membaca buku membelakanginya itu langsung menoleh ke arahnya. Minho berjalan ke arah Jiyeon dan, 'plak' ia langsung menampar pipi kiri Jiyeon dengan keras hingga berdarah, yeoja itu langsung mengusap pipinya namun ia hanya diam tak membantah,
"Tsk, micheoseo(apa kau gila)?!! Bagaimana bisa kau muncul di hadapan kami hah??!!!" ucap Minho penuh amarah kepada Jiyeon yang sangat ketakutan, ia menghela nafas sebentar, "Saekki, kau merusak segalanya!! Sekali lagi kau menggangguku, akan kupastikan kau tak bernyawa. Cih, yeoja cacat sepertimu tak ada gunanya hidup di dunia ini. Saekki!!" ancam Minho penuh penekanan dan dengan suara keras, 'tap..tap' Minho langsung pergi keluar dari kamar Jiyeon. 'tes' air mata Jiyeon langsung menetes, ia sangatlah takut dan perih menahan pipinya yang terus mengeluarkan darah,
"Oppa.. tak bisakah kau menganggapku ada? Sekali..saja..." lirih Jiyeon dalam hatinya
***
Gudang, 2005
"Appo(sakit)..hiks..hiks..oppa..hiks..hiks" seorang yeoja kecil menangis dengan menahan sakit di sekujur tubuhnya. Ia terus menjerit saat sebuah tongkat terus mendarat di tubuhnya dengan kerasnya. Di sampingnya, seorang namja kecil yang umurnya 5 tahun lebih tua darinya juga ikut menangis tak tega melihatnya dipukuli berkali-kali tanpa henti, namun apa daya tangan mereka diikat sehingga tak bisa berbuat apapun hingga ayah mereka datang untuk menyelamatkan mereka.
Seorang namja kecil yang memukuli yeoja itu sebenarnya juga tak tega, ia dipaksa oleh seorang preman untuk memukuli yeoja cantik di depannya, jika tidak nyawanyalah yang terancam. Hatinya bahkan sangat ngilu, ingin sekali ia menggantikan yeoja itu tak peduli berapa sakitnya,
KAMU SEDANG MEMBACA
No Perfection
Fanfiction||COMPLETED|| In Minho's eyes, she is not perfect. She is just in a fragile crystal, embracing herself and her bitter past. Until someone comes and breaks the crystal, also breaks her for second time. He is the man who gives Jiyeon pain and comfort...