"Eomma.... aku...." "Aku akan ke Amerika"
"M..mwo??"
"J..jiyeon-aa...." lirih Tae Hee tak percaya dengan ucapan Jiyeon,
"Eoh, aku benar-benar ingin ke Amerika" ucap Jiyeon mantap,
"Yah Jiyeon-aa, wae irae(apa yang terjadi)? Gabjagi wae?" tanya eommanya, ia langsung pindah tempat duduk di samping Jiyeon dan merangkul anak semata wayangnya itu, Jiyeon hanya tersenyum,
"Anhiya eomma, hanya saja aku ingin ke Amerika dan hidup bersamanya lagi" terang Jiyeon, Tae Hee semakin tak tahu pemikiran putrinya itu,
"Kau... kau sudah menemukan dia?" tanya Tae Hee, Jiyeon mengangguk sambil tertunduk,
"Hmmm,, aku sudah mengetahui dimana ia berada. Aku ingin kembali bersamanya" ucap Jiyeon lalu menoleh ke arah eomma yang tengah khawatir dengannya itu,
"Andwe Jiyeon-aa.. andwe... eomma tak ingin kehilangan dirimu eoh, eomma tak ingin jauh darimu lagi... andwe Jiyeon-aa" ucap Tae Hee, air matanya menetes, ia sungguh menyayangi Jiyeon. Jiyeon tak kuasa menahan air matanya, ia ikut menangis,
"Eomma tenang saja, aku takkan melupakanmu eoh. Aku janji, aku pasti selalu menjengukmu. Aku sangat menyayangimu eomma..." ucap Jiyeon menenangkan eommanya,
"Andwe Jiyeon-aa.. khajima(jangan pergi). Apa ada sesuatu yang tidak bisa kau raih disini hmm? Aku bisa memenuhinya untukmu eoh. Jebal(tolong) khajima Jiyeon-aa..." lirih eommanya menangis,
"Mianhe eomma... aku sangat merindukannya juga eoh, biarkan aku menemuinya eomma. Keurigeo, aku juga ingin mengejar cita-citaku di Amerika. Jeomal mianhe eomma, keunde, aku ingin segera pergi" ucap Jiyeon dalam tangisnya. Tae Hee mencoba mengusap air matanya,
"Arrasheo... kapan kau akan pergi?" tanya Tae Hee mencoba tegar, Jiyeon menghirup nafas terlebih dahulu,
"Aku akan mengikuti olympiade satu minggu lagi. Setelah aku memenangkannya, aku akan pergi" ucap Jiyeon setengah percaya diri. Tentu saja, di kamarnya penuh dengan piala, setiap kali ada lomba ia selalu memenangkannya,
"Apa kau benar-benar yakin?" tanya Tae Hee sambil memegang bahu Jiyeon, Jiyeon mengangguk. Bahu Tae Hee menjadi luruh, ia benar-benar harus merelakan putrinya itu menggapai apa yang diinginkannya. Ia sadar, Jiyeon mungkin begitu menderita berada di Korea dengan kasih sayang yang hanya dicurahkan olehnya
Keesokan Harinya. Sekang Senior High School, Istirahat.
Jiyeon melangkahkan kekinya keluar kelas, tapi tidak menuju kantin. Ia dipanggil Lee Saem untuk menuju ke ruangan guru tersebut, begitu pula dengan Myungsoo. Sekarang namja itu tengah melangkah di belakangnya,
"Kau sudah baikan?" tanya Myungsoo yang masih di belakangnya,
"Eoh..." jawab Jiyeon,
"Aku sudah membacanya" ucap Myungsoo , nafas Jiyeon tiba-tiba tercekat, ia sangat penasaran dengan reaksi namja itu, "Aku ingin mengajakmu bicara nanti. Jebal" pinta Myungsoo. Jiyeon hanya mengangguk pelan lalu mempercepat langkahnya. Satu minggu mendekati olympiade, itu cukup lama baginya
KAMU SEDANG MEMBACA
No Perfection
Fanfiction||COMPLETED|| In Minho's eyes, she is not perfect. She is just in a fragile crystal, embracing herself and her bitter past. Until someone comes and breaks the crystal, also breaks her for second time. He is the man who gives Jiyeon pain and comfort...