Jiyeon and Minho's House, 08.00 pm
Jiyeon tidak terkonsentrasi dalam belajarnya. Sakit, ya ia masih sakit dengan perilaku Myungsoo. Namja itu memang sukses dengan permainannya, tapi sekarang ia juga tahu bagaimana perasaan namja itu. Jiyeon menghela nafas, entah kenapa ia merindukan namja yang pernah berstatus namjachingunya meski hanya permainan. Ia pun mengambil smartphone-nya di samping bukunya dan membuka kotak pesan. Ia kembali membaca seluruh pesan yang sering ia kirimkan kepada Myungsoo, ia bahkan tersenyum sendiri membacanya,
"Kita berhenti di apotek saja"
"Apa kau pernah melihat film anime Jepang 'Kokoro Ga Sakebitagatterunda'?"
"Anhiya, hanya malas untuk berbicara. Jika aku salah bicara, bukankah aku sendiri yang akan tersiksa?"
"Seharusnya saat itu kau tak memilihku"
"Lalu, apa kau masih memenuhi perjanjianmu dengan Minho?"
"Eoh, kau tinggal di Amerika kan?"
"Anhi.. pagi tadi di Jeju aku belum makan"
"Ei, gwaenchana. Itu sudah biasa"
"Aku bisa naik taksi sendiri. Geokjeongma(jangan khawatir)"
"Anhiya, nan gwaenchana. Geokjeongma"
"Nan gwenchana"
"Gumawo.. Myungsoo-aa"
"Nan gwaenchana. Gumawo.. kau telah menolongku lagi. Jeomal gumawoyo, Myungsoo oppa"
"Ige mwoya? Oppa, kenapa kau menjemputku?"
"Gumawo, Myungsoo oppa"
"Nan arra. Aku akan mencoba menerimanya seperti kau menerimaku, oppa..."
"Eoh, dwaesseo. Wajahmu penuh luka, aku akan mengobatinya"
"Samakan saja denganmu"
Jiyeon nampak tersenyum, banyak sekali pesannya yang mengucapkan kata terima kasih. Ia juga ingat, "Samakan saja denganmu", ia bahkan tak sadar itu akan menjadi pesan terakhirnya untuk Myungsoo. Ia kembali menghela nafas. Ingin sekali rasanya untuk memaafkan Myungsoo atas semua kesalahan namja tersebut dan ia yakin selanjutnya mereka akan berhubungan kekasih lagi, namun jauh di lubuk hatinya, ia masih trauma dengan peristiwa 10 tahun silam yang dialaminya seolah sangat sulit untuk memaafkan Myungsoo,
"Eotteokhae?" batinnya. Ia kembali menaruh smartphone-nya di meja tanpa berniat sekalipun untuk menghapus kontak pesannya tersebut.
Di luar sedang hujan, dan Jiyeon cukup membencinya. Namun kali ini, ia mencoba keluar dan berdiri di balkon, entah kenapa ia ingin menikmati suasana hujan malam itu, seperti suasana hatinya. Ia menjulurkan tangannya ke depan, gemericik air mengenai tangannya, Jiyeon nampak tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Perfection
Fanfiction||COMPLETED|| In Minho's eyes, she is not perfect. She is just in a fragile crystal, embracing herself and her bitter past. Until someone comes and breaks the crystal, also breaks her for second time. He is the man who gives Jiyeon pain and comfort...