Part 3

17.9K 711 9
                                    

Doddy POV

Demi apapun hari ini sial sekali bagiku. Bagaimana tidak? Bu Sri menyuruhku membenarkan nilai Vita. Dan satu satunya cara adalah mengajarkannya.

Astaga kenapa harus aku sih? Vita itu menyebalkan sekali. Kalau bukan adeknya Dhavin, udah ku buang ke sungai dah.

Tapi aneh, kenapa aku selalu memikirkan anak itu? Akhir akhir ini dia selalu ada di otakku. Seakan akan dia nggak mau pergi.

Apa mungkin aku menyukainya? Ah gak mungkin! Orangnya rese gitu abisan.

Aku melihat Lisa yang sekelas dengan Vita.

"Ah, Lisa! Sini", panggilku. Lisa menoleh dan berjalan ke arahku. "Ada apa Pak?", tanyanya.

"Tolong nanti Vita suruh ke ruangan saya ya. Penting, makasih", kataku. "Oh baik pak, sama sama", dia pun kembali menuju kelas. Aku tau, Lisa itu adalah perempuan yang disukai oleh Dhavin.

Aku kembali berjalan menuju ruanganku. Ah banyak sekali pekerjaanku hari ini. Inikah rasanya menjadi pemilik yayasan sekolah ini? Oh iya aku lupa memberi tahu, bahwa ayahku adalah mantan rektor yayasan sekolah ini. Jabatannya diturunkan padaku. Yah tidak ada yang tahu kecuali keluarga, sang kepala sekolah dan keluarga Dhavin kecuali Vita.

Vita POV

Aku membuka buku catatan Matematika ku. Mengingat aku akan mengikuti olimpiade besok yang di dampingi oleh Bu Sri, wali kelasku.

"Vit.. Vita", panggil Lisa yang baru kembali dari kamar mandi. "Apaan?", kataku tanpa menatap Lisa.

"Lo dipanggil Pak Doddy, penting katanya", Lisa duduk di sebelahku. "Hah? Ngapain tuh orang manggil gue?", kataku malas. "Mollayo(?)", kata Lisa. Dia memang suka sekali drama Korea jadi dia bisa mengucapkan kata kata Korea. "Ne, arasseo. Gomawo Lisa", kataku.

'Ish itu orang ngapain lagi manggil gue', aku ngedumel dalam hati sambil nunduk. Tiba tiba DUK!! Aku seperti menabrak pundak seseorang.

Jrengg!! Jrengg!! Kak Jullian lagi.

"Astaga maaf kak gue gak lihat", kataku mundur dua langkah. "Haha perasaan kalau kita ketemu pasti nabrak ya? Iya ga papa, gue juga gak liat kok", katanya tertawa.

Aku tersenyum manis untuk sang pujaan hatiku a.k.a Kak Jullian. Haha alay memang. "Lo mau kemana emang?", tanya Kak Jullian. "Gue mau ke ruang guru kak", jawabku.

"Oh gue anterin ya?", tawarnya. Aku menggeleng, "engga usah kak. Sendiri aja masih sanggup kok", kataku nyengir. "Oke, gue duluan ya dek", katanya senyum. Aku membalas senyumannya.

Demi apapun manis banget. Bisa bisa diabetes kalau dia senyum mulu haha.

Aku mengetuk pintu ruangan Pak Doddy dengan malas. "Masuk!", sahutnya dari dalam. Aku masuk ke dalam ruangannya dan duduk di depannya.

"Gue sebenernya gak mau ngelakuin ini. Tapi ini demi kebaikan lo juga. Bu Sri nyuruh gue buat perbaiki nilai bahasa Inggris lo", katanya melipat tangan di meja.
"Teru?", kataku malas. "Lo harus mau belajar sama gue. Kapanpun gue mau", katanya angkuh. Aku melotot, "ih, kenapa harus lo? Kenapa bukan Bu Tian aja? Ish", katanya menggerutu.

"Eh Bu Sri nyuruh gue. Terpaksa nih gue!", katanya kesal. "Yaudah bawel amat lo, kapan?", tanyaku. "Nanti sore", katanya lagi.

"Eh buset kutu marmut, gue mau belajar. Besok gue olimpiade Math", kataku sebal.

"Eh, gue guru lo ya", katanya marah. "Yaudah sih maaf. Gue ga sengaja", kataku melipat lengan. "Nilai sikap lo C baru tau rasa", katanya dengan nada mengancam.

What Is Love? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang