Part 6

12.6K 507 2
                                    

Vita POV

Akhirnya jam pulang kedengeran juga. Aku dan Lisa berjalan menuju gerbang. Dan jeng jeng, Kak Jullian sudah duduk gagah di atas motor ninja nya.

Aku menyapanya, "Kak Jullian". "Eh elo, yuk", kata Kak Jullian menyerahkan helm. Aku tersenyum dan mengambil helm itu lalu memakainya. Kami pun jalan dan Kak Jullian berhenti di Bamboo Caffe. Kami pun memesan makanan.

"Oh iya, katanya kakak mau ngomong sesuatu sama gue? Mau ngomong apa kak?", kataku membuka pembicaraan. "Ehm.. gini.. aduh gimana ya gue ngomongnya?", kata Kak Jullian sambil garuk garuk kepala.

"Yaudah ngomong aja sih kak", kataku santai padahal dalem hati deg deg an luar biasa. "Gue ngomong sekali aja dan nggak ada pengulangan. Dengerin baik baik. Vita, gue suka sama lo dari zaman lo masih kelas 10. Lo mau jadi pacar gue?", kata Kak Jullian sambil memasang tampang memelas.

Astaga astaga. Jantungku berhenti mendadak. Ya kalian bisa bayangin lah. Namanya di tembak sama orang yang kita sayang it's something. Aku nunduk sambil nahan senyum, "gimana ya kak".

"Kalo lo gak mau juga gak apa apa dek, gue gak maksain lo kok", kata Kak Jullian dengan nada bicara yang agak lemas. "Eh maksud gue, gue mau jadi pacar lo kak", kataku senyum. Kak Jullian semangat, "sumpah lo demi apa? Yess makasih ya Vita". Aku mengangguk dan tertawa melihat Kak Jullian.

Akhirnya, Kak Jullian mengantarku pulang. Setelah melambaikan tangan pada Kak Jullian yang hari ini resmi jadi pacarku, aku masuk ke dalam. Mama sama Papa sedang nonton tv.

"Pulang sama siapa?", tanya Papa. "Temenku", kataku singkat lalu menaiki tangga menuju kamarku. Akhirnya aku pun merebahkan badanku di kasur. Ah seneng banget hari ini. Rasanya udah kayak mimpi semuanya.

Esoknya, aku di jemput Kak Jullian ke sekolah. Setelah pamit sama Bonyok dan Kak Dhavin, aku pergi ke sekolah sama Kak Jullian. "Nih kak helmnya. Makasih ya", kataku menyerahkan helm. "Ye kamu kaya sama siapa aja. Sama sama sayang", kata Kak Jullian mengusap kepalaku. Aku pun dibuat terbang. Aku duluan ke kelas.

Sampai dikelas, aku senyum senyum sambil duduk. "Masih pagi senyun mulu", tegur Lisa yang baru datang. "Serah gue dong. Gue lagi bahagia banget", kataku semangat. "Oh gitu lo ya ga cerita lo ga mau berbagi kebahagiaan gitu sama gue?", kata Lisa cemberut. "Lah si kampret ini gue mau cerita", kataku menyentil dahi Lisa.

Aku pun cerita tentang hubunganku dengan Kak Jullian. Dahi Lisa agak mengkerut tapi kemudian tersenyum, "wah gila. Congrats ya Vit. Semoga hubungan lo baik baik aja sama dia", kata Lisa senyum sambil menjabat tanganku.

"Lo kenapa sih Lis?", tanyaku. "Gue sebagai sahabat lo seneng denger lo jadian sama Kak Jullian. Tapi lo harus hati hati. Lo kan gak tau dalemnya Kak Jullian gimana", kata Lisa. "Maksud lo Kak Jullian bukan anak baik baik gitu?", nada bicaraku meninggi. Syukur masih sepi.

"Bu..bukan gitu maksud gue..", kata Lisa terpotong. "Udahlah. Gue kira lo seneng dengan ini. Ternyata gue salah. Lo gak ngedukung sama sekali. Sahabat macam apa lo?", kataku sambil pergi. "Vit.. Vita dengerin gue!", Lisa berteriak memanggil namaku. Aku terus berlari menuju kantin, aku memutuskan membeli sebotol air mineral.

"Eh by, ngapain disini?", kata Kak Jullian sambil duduk disebelahku. "Haus", kataku singkat. "Muka kamu kok di tekuk gitu sih by? Senyum dong tadi pagi kan gak papa. Kalo senyum kamu cantik tau", kata Kak Jullian menarik bibirku agar senyum. Akhirnya aku bisa tersenyum lalu aku balik ke kelas.

Aku memindahkan tasku ke samping si Kutu Buku, Adinda. "Vit.. lo..", kata Lisa menghampiriku. "Stop. Gue lagi gak mau ngomong sama lo", kataku tanpa melihatnya. Lisa pun pergi dari hadapanku.

Selama pelajaran, aku sama sekali tak berkonsentrasi. Pikiranku kemana mana. Saat istirahat pun aku sama sekali tak menoleh ke arah Lisa.

Alhasil aku ke kantin sendirian. Setelah memesan segelas jus strawberry, aku segera duduk di meja dekat kaca. "Byy, sendiri aja?", tiba tiba Kak Jullian menghampiriku. "Engga, kan ada lo", kataku senyum. "Yee elu bisa aja by, gue mesen dulu ya. Lo ga makan? Gue pesenin", kata Kak Jullian.

"Siomay satu deh". "Oke, tunggu ya by", kata Kak Jullian. Sambil menunggu, aku termenung. Kak Jullian baik gini kok dibilang bukan baik baik sih. Lisa emang nggak ngedukung banget.

Dhavin POV

Pekerjaan ini sangat banyak. Apalagi pasien terus datang silih berganti. Untungnya aku mendapat shift pagi. Jadi jam 5 aku sudah pulang.

Tring... Tiba tiba bunyi Line mengagetkanku. Oh, Lisa?

Lisandra
Kak dhavin, gue mau ngomong sesuatu sama lo. Kapan lo pulang kerja?

Dhavin
Gue pulang jam 5, di Cafe Flasisco aja ya. Ntar pulang kerja gue langsung kesana. Atau lo gue jemput?

Lisandra
Gak usah kak. Gue bawa mobil juga oke jam 5

Sebenarnya apa yang mau diomongin? Kenapa kesannya beda gini? Akhirnya aku pun ber konsentrasi dengan pekerjaanku agar cepat selesai.

Pukul 5 aku selesai, aku langsung menuju Cafe Flasisco. Sampai di sana ternyata Lisa sudah menunggu. Aku langsung menghampiri Lisa.

"Udah lama Lis?", tanyaku sambil duduk. "Engga baru kok", kata Lisa. "Lo udah mesen minum?"

"Udah, gue pesenin lo Capuccino kak. Pesenan biasa lo", kata Lisa. Aku mengacungkan jempolku. "Lo mau ngomong apa?", tanyaku langsung.

"Gini kak. Ini demi kebaikan Vita juga. Si Vita baru aja jadian sama kakak kelas yang namanya Kak Jullian", kata Lisa. Aku terkejut, "Vit.. Vita punya pacar? Pantas aja dia gak mau dianterin lagi. Terus terus?", tanyaku.

"Jadi, gue pernah pulang malem banget sekitar jam 2 an dari rumah sakit karena pas itu Tante gue sakit. Dan gue lewat salah satu club malam. Gue liat disitu Kak Jullian lagi di papah sama cewe masuk mobil dalam keadaan mabuk. Gue gak mau Vita kenapa kenapa kak", kata Lisa sambil berkaca kaca.

Aku menggenggam tangan Lisa, "lo tenang aja. Gue bakalan buktiin ke Vita kalo dia emang kaya gitu. Lo gak usah khawatir. Karena sebenernya Vita sama guru baru lo si Doddy udah di jodohin", kataku.

"Lah demi apa lo kak? Yaampun Pak Doddy? Emang sih masih muda. Tapi kok bisa?", Lisa mencercaku dengan berbagai pertanyaan.

"Iya. Besok mereka bakalan mutusin bakal nerima perjodohan ini apa enggak. Dan ya, ortu kami sahabatan", kataku singkat. Lisa manggut manggut. "Gue pikir, Pak Doddy juga bisa bikin Vita berubah pikiran", kata Lisa tiba tiba.

"Maksud lo?", tanyaku tak mengerti. "Iya. Seandainya mereka nerima hal ini, kita bisa minta Pak Doddy buat lebih perhatiin Vita. Jadi Vita bisa berpaling", kata Lisa semangat. "Wah ide lu bagus juga", kataku seraya ber high five dengan Lisa.

Saat pulang, aku melihat Vita diantar seseorang. Apa itu yang namanya Jullian? Setelah Jullian pergi, aku memasukkan mobilku ke pekarangan rumah. Vita hendak membuka pintu.

"Oy dek, lu pulang ama siapa? Itu tadi siapa?", tanyaku. "Ada deh", katanya sambil menjulurkan lidahnya. Aku geleng geleng kepala.

Doddy POV

Beredar kabar bahwa Vita telah pacaran dengan Jullian. Biasa aja memang, tapi kenapa rasanya sesakit ini? Apa memang pintu hatiku sudah terbuka buat Vita?

Esoknya, kami berkumpul di rumahku. Aku duduk di sofa bersebelahan dengan Mama. Sementara Vita di seberangku. Kami sudah memikirkan matang matang perihal perjodohan ini.

"Jadi bagaimana? Doddy. Apa kamu menerimanya?", tanya Papa. Aku menarik nafas panjang.

"Iya. Saya menerima perjodohan ini. Tapi, itu semua masih tergantung Vita. Kalau dia bilang tidak, saya akan mengatakan tidak juga", kataku menatap manik mata Vita.

"Bagaimana Vita?", tanya Mama Vita.

"Saya....."

-------------------------------------------------------------

Hai, i'm back. Tolong dong Vote nyaa^^
Terima Kasih~

What Is Love? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang