Part 28

9.6K 378 4
                                    

Vita POV

Aku menutup pintu kamar dan berbaring di ranjang. Hatiku sangat berbunga bunga. Bagaimana tidak? He stolen my first kiss.

Aku menutup wajahku dengan bantal kodok pemberian Kak Dhavin. Wajahku pasti sudah semerah kepiting rebus atau tomat. Intinya, aku senang sekali.

Otakku terus memikirkan kejadian tadi yang ngebuat baper setengah mampus. Aku terus tersenyum senyum sampai akhirnya...

"WOY!"

"Eh anjir upil badak. Lo jadi kakak ngeselin amat sih!"

Kak Dhavin ternyata masuk kamarku dan mengacaukan khayalan indahku. "Ya abisnya gue ketok lo ga jawab, gue masuk aja. Taunya lo lagi senyam senyum sendiri ama tembok. Situ waras?", kata Kak Dhavin 'sok' polos.

"Ya ampun gue cincang juga lu Kak, ngapain kesini?", gerutuku. "Besok kita mau liat liat undangan. Supaya minggu depan kita bisa sebar", kata Kak Dhavin. Aku mengangguk kesal.

Kak Dhavin keluar kamar, tapi kemudian kepalanya menyembul di balik pintu, "btw, gue liat tadi lo diapain Doddy". Kak Dhavin menutup pintunya.

Aku makin malu bukan main. Ciuman kepergok kakak sendiri. Tau gitu tadi ciumannya di mobil aja kan ya, eh?

Esoknya, aku bersiap siap pergi dengan Kak Dhavin, Lisa, dan Doddy. Mereka menungguku di ruang tengah. Kami langsung datang ke salah satu toko undangan.

Kami melihat lihat undangan. "Yang ini bagus gak?", tanyaku pada Lisa. "Keramean Vit, yang simple aja tapi ada kesan mewahnya", jawab Lisa.

Kami terus mencari. "Ini mau gak?", tanya Kak Dhavin. "Gak ah, warnanya terlalu nge-jreng", tolak Vita. "Ini aja gimana?", tanya Doddy sambil mengacungkan sebuah undangan. Undangan itu berwarna hitam bertemakan vintage. (Cek mulmed)

"Waah bagus bagus itu aja deh", sorakku dan Lisa. Akhirnya kami mengambil undangan itu dan memesannya sebanyak 1000 undangan.

Setelah itu Mamaku dan Mama Doddy serta Mama Lisa bergabung dengan kami untuk mencari katering.

Pokoknya hari ini dan seterusnya sampai kami resmi menjadi sepasang suami istri, akan menjadi hari yang melelahkan.

Kami sibuk mempersiapkan segala sesuatunya. Untuk tempatnya, Papa-Papa kami telah mensurvey beberapa tempat yang cocok dijadikan lokasi untuk resepsi pernikahan.

Kami mempercayakan itu pada Papa karena kami sudah mengurus banyak hal. Papa papa kami bahkan sampai cuti sementara untuk mempersiapkan pesta pernikahan kami.

Saat ini aku baru sampai menyebar undangan bersama Doddy. Hari hari memang sangat cepat berlalu. Sampai sampai aku dan Doddy akan menikah minggu depan.

"Capek ya", gumamku sambil kipas kipas. Doddy mengangguk. "Gue buatin minuman ya", tawarku. Doddy hanya mengangguk. Mungkin dia lelah.

Aku membuatkan es sirup. Cocok untuk hari yang panas ini. "Nih, minum", sodorku pada Doddy. Dia langsung menenggak minuman itu sampai habis tak tersisa.

"Buset, aus apa doyan?", kagetku. Doddy hanya nyengir. Kami istirahat sementara dirumahku.

Tiba tiba Doddy mendapat pesan di ponselnya.

"Vit, gue tau dimana Diana sekarang"

Doddy POV

Aku menerima pesan dari Adit dan aku langsung membukanya.

Aditama
Gue tau dimana Diana. Sekarang dia ada di rumah orang tuanya. Lo masih inget kan?

Doddy
Ya gue inget. Thanks bro

"Vit, gue tau dimana Diana sekarang", kataku. Vita membelalakan matanya, "Yang benar? Lebih baik sore ini juga kita kesana", Vita bersikeras. Aku mengangguk.

Tapi aku masih sangat amat khawatir mengingat kebencian Diana pada Vita. Tapi Vita masih saja peduli tentang keadaan Diana. Aku takut nantinya Diana akan menyakiti Vita.

"Lo gak usah khawatir, gue gak akan diapa apain sama Bu Diana kok", Vita mengelus punggung tanganku. "Tapi Vit---", omonganku terputus.

"Lo sayang kan sama gue? Kalo gitu, lo percaya gue", tegas Vita. Aku mengangguk pasrah. Apapun yang terjadi, Vita akan menjadi tanggung jawabku.

Sore ini, kami langsung pergi ke rumah orang tua Diana. Aku masih ingat setelah sekian lama. Ya, dulu dia pernah cari perhatian saat kuliah. Dia berpura pura pingsan dihadapanku dan temannya menyuruhku mengantarnya pulang.

Aku memencet bel. Vita disebelahku nampak tenang tenang saja. Pintu terbuka dan menampilkan sosok Ibu dari Diana.

"Maaf cari siapa ya?", tanyanya. "Kami temannya Diana, Bu", kataku. Raut wajah Ibu Diana pun agak sendu. "Baiklah, silahkan masuk"

Ibu Diana membimbing kami menuju sebuah kamar. Beliau membuka pelan pintunya. Terlihat seorang perempuan berambut sebahu sedang duduk diatas kursi roda sambil menghadap ke jendela.

"Saya mau mengunjungi Diana, boleh bu? Tapi ibu tetap disini. Jaga jaga siapa tau ada sesuatu terjadi", pintaku. Ibu Diana mengangguk.

Aku berjalan mendahului Vita. Aku berjongkok di depan Diana. "Diana, ini gue Doddy".

Seketika Diana langsung memelukku. "Doddy aku sayang sama kamu. Tinggalin Vita. Dia udah jadi penghalang bagi hubungan kita!". Diana nampak sudah seperti kesetanan.

"Diana dengerin gue, lo harus bisa lupain gue. Gue minta dengan halus lo lupain gue", pintaku seraya memegang pundak Diana. "Kenapa?! Kamu lebih milih Vita daripada aku?! Dia itu perempuan murahan yang mengambilmu dariku!",

Aku menghadap ke arah Vita yang matanya sudah berkaca kaca dan mengangguk ke arahnya. Vita mendatangi Diana.

"Bu", panggil Vita pelan pada Diana. Namun, Diana malah semakin menjadi. "Kamu! Kamu sudah menjadi penghalang buat saya dan Doddy! Dasar perempuan murahan! Sini kamu!", Diana menarik narik Vita sampai penampilan Vita menjadi acak acakan.

"DIANA STOP DENGERIN GUE! DIANA STOP!!", aku tanpa sengaja membentak Diana. Diana menangis. "Kenapa kamu lebih pilih dia? Aku lebih baik dari dia", tangis Diana.

"Sekarang denger baik baik. Di luar sana masih banyak laki laki yang lebih baik buat kamu. Kamu jangan hanya bertahan pada satu laki laki. Kamu harus buka pintu hati kamu. Dan minggu depan aku akan menikah dengan Vita", kataku tegas.

Diana seperti di sambar petir di siang bolong. "KAMU SINI KAMU! DASAR KAMU SUDAH MEREBUT DODDY DARIKU!!", Diana kembali berteriak marah.

Ibu Diana menenangkan anaknya. "Tunggu saya di bawah", kata Bu Diana. Aku membawa Vita ke bawah. Tak lama Ibu Diana muncul.

"Maafkan Diana nak Doddy, nak Vita apalagi. Maafin Diana", Ibu Diana meminta maaf sampai terduduk di lantai. "Sudah, Bu. Gak apa apa", kata Vita merangkul Ibu Diana.

"Ini undangan pernikahan kami. Setidaknya, kami mengundang kalian. Jika kalian tidak datang, kami maklum", kataku menyerahkan undangan itu. Ibu Diana menerima undangan itu.

"Terima kasih nak. Semoga kalian baik baik saja", doa Ibu Diana. Kami pun pamit pulang.

"Lo gak apa apa kan?", tanyaku hati hati. Vita menggeleng, "Gue gak apa apa kok".

Menurutku, semenjak kembali dari Korea, Vita sudah sangat mandiri dan sifatnya lebih dewasa. Aku senang dengan sifatnya yang sekarang.

"Sekarang, gue anggep lo jadi tanggung jawab gue. Lo gak usah khawatir, gue bakal lindungin lo", kataku menggenggam tangan Vita.

Vita tersenyum manis. Aku ikut tersenyum. Aku dan Vita pun kembali pulang ke rumah.

---------------------------------------------

Hai guyss. Aku mau recommend cerita bagus buat kalian. Ini bikinan temen kelasku, VitaAPrastiwi. Judulnya "Purpose" bagus loh. Aku aja terharu bacanya hihi. Tambahkan Purpose sebagai reading list kalian ya^^

Vote and Comment juseyoo~

What Is Love? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang