Part 34

9.5K 317 4
                                    

Doddy POV

Kami berpamitan pada Nenek, Seung Ho, Ani dan Paman Kim. "Makasih Nek, kita berangkat ya", pamitku. Nenek tersenyum dan mengangguk, "Hati-hati kalian ya. Inget! Secepatnya Nenek ingin mendengar kalau Nenek akan punya cicit", tegas Nenek.

Aku tertawa kecil, "Insya Allah secepatnya Nek". Vita memerah, "Aaa i'll miss u, Nek" Vita memeluk Nenek. Nenek memeluk Vita balik. "Hati-hati Hyeong, kapan-kapan aku yang ke Indonesia", kata Seung Ho memelukku. "Ya, kau harus ke Indonesia", kataku.

"Hati-hati ya Vit", Ani memeluk Vita. Vita mengangguk. "Hati hati Vita Doddy", Paman Kim menepuk pundak Vita. "Pasti Paman", kataku. "Paman harus ke Indonesia pokoknya", kata Vita. "Insya Allah".

Paman Jung mengantar kami ke Bandara Incheon. Paman Jung membantu kami menurunkan koper, "Disini aja Paman. Nanti kita yang bawa pake troley", kataku mencegah Paman Jung. "Baiklah, kalau begitu hati-hati ya. Sampai jumpa lagi", Paman Jung menyalami kami. "Paman, jika Nenek ke Indonesia, Paman harus ikut", pinta Vita. "Baiklah", Paman Jung tersenyumm

Kami baru saja check in di bandara Incheon. Ya, kami akan melanjutkan perjalanan kami ke Jerman! Negara yang sangat diidam-idamkan Vita itu menjadi destinasi Honeymoon kita yang kedua.

Di pesawat, Vita tak berhenti tersenyum, "senyum mulu. Ntar robek bibirnya", godaku. Vita cemberut, "Ih masa ga seneng liat istrinya bahagia".

Aku tertawa dan mencolek dagunya, "Haha iya iya bercanda kok. Jangan ngambek". Vita kembali menatap jendela. Pemadangan luar jendela memang bagus. Luar biasa Allah menciptakan dunia beserta isinya.

"Kira-kira nanti anak kita berapa ya?", gumamku tapi masih bisa di dengar oleh Vita. "Tergantung Allah ngasih berapa sih", timbrung Vita. Aku manggut-manggut. "Semoga Allah ngasihnya bisa bikin kesebalasan sepak bola", kataku dengan wajah tak bersalah.

"Ya enak di kamu gak enak di aku dong", gerutu Vita. Aku tertawa terpingkal-pingkal. Vita menyenggol lenganku dan aku meminta maaf pada penumpang lain. Duh malu...

"Lama yaa gak sabar mau sampe Jerman", kata Vita semangat. "Sabar aja, ntar lama lama sampe kok", balasku.

Setelah menghabiskan 11 jam di pesawat, kami tiba di Bandara Internasional Frankfurt. Dan kami akhirnya menginjakkan kaki di pintu gerbang menuju Eropa ini. Vita nampak kelelahan, jadi aku memutuskan untuk mencari Hotel terdekat.

Akhirnya kami menemukan Hotel dan menginap disana untuk semalam atau dua malam. "Capek banget ya ampun", Vita menenggelamkan badannya di kasur. Aku meletakkan koper di sebelah ranjang dan ikut berbaring di sebelah Vita.

"Rasanya pengen berendam air anget", tutur Vita. Aku langsung bangun dari posisiku, "Yuk". Aku menggendong Vita ke kamar mandi, "Yaaaaakk!!!". Dan yang terjadi selanjutnya adalah menciptakan cucu yang imut untuk Mama dan Papa.

Vita POV

Badanku serasa remuk karena peristiwa semalam. Aku bahkan merasakan sakit di bagian bawah. Untuk ke kamar mandi saja aku sedikit tertatih. Jam masih menunjukkan pukul 7 pagi. Lalu aku memakai pakaianku kembali dan tidur.

Baru saja setengah jam tidur, badanku di guncang. "Vitaa bangun belum sarapan kan". Doddy membangunkanku. Aku menarik kembali selimutku, "apaan sih baru aja tidur setengah jam", gerutuku. "Setengah jam eyangmu, ini udah jam 10 tauu", Doddy berteriak di telingaku. Aku menutup telingaku dengan bantal.

"Iya iya bangun nih ck", aku melempar bantal tadi ke Doddy. Aku mandi dan ke ruang makan. Sudah ada 2 piring nasi goreng, 2 gelas susu vanilla, dan puding coklat. "Kok ada ini?", tanyaku seraya menunjuk makanan itu.

"Tadi room service", aku dudk di bangku dan mulai melahap makanannya. "Nanti jalan-jalan yuk", ajak Doddy. "Kemana?", tanyaku. "Udah ikut aja ntar kamu suka kok", kata Doddy. Aku mengangguk.

Setelah bersiap-siap, kami berangkat jalan-jalan. Aku menikmati pemandangan Kota Frankfurt, Jerman, yang sangat indah. Tak kalah indah sama Indonesia kok. Kami berjalan cukup lama.

"Nah sampe kan", Doddy berhenti. Aku melihat sekeliling dan melihat papan, 'Palmengarten Botanical Garden'. Aku menganga, "Keren banget". "Kan aku bilang juga apa, pasti kamu suka".

Kami pun memasuki kebun raya yang terkenal di Frankfurt itu.

Dari informasi yang Doddy bicarakan, Palmengarten Botanical Garden ini didirikan pada tahun 1868 oleh sekelompok orang di Frankfurt, kebun Raya ini akan membawa Anda pada sebuah perjalanan hortikultura dari savana Afrika dan hutan hujan tanaman eksotis ke taman bunga di Eropa.

Disini terdapat lebih dari 6.000 spesies botani dari seluruh dunia. Bahkan, kebun raya yang mempunyai luas 50 hektar rumah hijau ini memiliki Tropicarium, yaitu kompleks rumah kaca terbesar.

"Liat deh ini bagus banget", aku menunjuk semua yang indah. Spesies botani di sini memang sangat cantik. Sudah 1 jam kita berkeliling disini.

"Iya di sini emang bagus. Oh iya yuk lanjut lagi", Doddy melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

Aku kembali mengikuti kemana Doddy akan membawaku.

Rupanya Doddy membawaku ke Main Tower. Menara utama di Frankfurt ini terbuka untuk umum. Kita dapat menggunakan lift untuk menikmati pemandangan Cityscape Frankfurt dari 200 meter menara tinggi ini. Selain itu Anda juga dapat makan di restoran menara tertinggi keempat di Frankfurt.

"Gila ini keren! Aku selalu pengen kesini ya ampun!!!", aku bersorak. Doddy tersenyum, "kan sudah kubilang kalo kamu pasti suka". Aku berlarian kesana kemari. "Vita jangan lari-lari! Malu sama umur", teriak Doddy. Aku berhenti dan tersenyum.

"Ke atas yuk", aku dan Doddy berjalan ke arah lift dan naik ke tingkat ketiga Main Tower ini. Kami melihat pemandangan kota Frankfurt dari atas sini. Bagus sekali.

"Gak nyangka sekarang ada di sini. Thanks ya Dy", kataku. Doddy merengkuh pinggangku dan mencium puncak kepalaku. "Anything for your happiness bae", aku tersenyum.

Kami pun kembali ke hotel setelah makan di Main Tower. "Capek ya. Jerman keren lah", aku merebahkan diri di kasur. "Seenggaknya kita udah kesini. Aku lagi nabung buat kita ke Mekkah", tutur Doddy. Aku bangkit dari posisiku dan memeluk Doddy.

"Kita nabung sama-sama ya, aku bantu kamu", kataku. Doddy mengangguk dan mengusap kepalaku. "Saat ini roda kehidupan kita sedang di atas. Jangan lupain Yang Maha Kuasa", kata Doddy. Aku mengangguk.

Setelah puas jalan-jalan di Jerman selama kurang lebih seminggu. Kami kembali ke Tanah Air. Mama dan Papa Doddy menjemput kami. Dan malam ini, kami berkumpul di ruang keluarga.

"Ayo cerita gimana kalian disana?", tanya Papa. "Seru Pa, kita banyak ngunjungin tempat-tempat wisata disana. Asyik", kataku girang. "Wah enak ya", sahut Mama.
Tiba-tiba perutku merasakan mulas tak tertahankan. Aku melarikan diri ke kamar mandi dan memuntahkan semua yang sudah kumakan. Doddy mengikutiku ke kamar mandi, "Kamu kenapa? Udah 3 hari kamu gini loh", Doddy mengurut tengkuknya.

Mama ikut ke kamar mandi, "Jangan-jangan kamu----", kata kata Mama terputus. "---isi lagi", lanjut Mama. Aku membelalakan mataku. "Maksud Mama?", tanyaku. "Ya iya, isi", kata Mama. Doddy terkejut, "terus kita harus apa Ma biar tau?", tanya Doddy. "Beli testpack cepetan", kata Mama.

Aku sudah punya segera mengeluarkannya dari kotak obatku. Aku mengeceknya dan menunggunya setengah jam. Aku mengambilnya, melihatnya, dan bergegas mencari Doddy.

Aku menghampiri Doddy yang sedang mencuci mobil. "Dy, ini testpacknya", aku menyerahkannya pada Doddy. Ia mengelap tangannya pada kain dan mengambilnya. Terdapat 2 garis di testpack itu.

"Doddy, i'm pregnant!"

------------------------------------------------------

What Is Love? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang