Part 33

9.1K 317 2
                                    

Doddy POV

Aku melihatnya menaiki panggung dengan anggun. Ia melihat ke arahku. Aku memberinya senyuman dan mengangguk. Dia mulai memimpin orkestranya.

Dalam hati aku senang, ia bisa mendapatkan impiannya. Menjadi musisi yang sudah cukup dikenal oleh dunia musik

Aku terhanyut dalam penampilan warga negara Indonesia di orkestra ini. Tak sedikit warga Korea dan turis lain ikut menyaksikan festival ini. Mereka banyak memuji penampilan anak bangsa. Dalam hati aku sangat bangga, aku bangga Indonesia sudah dikenal wonderful oleh bangsa lain.

Aku juga bangga, istriku telah menaiki singgasana kesuksesan karirnya yang ia cari selama ini. Bila diingat perjuangan Vita mendapat singgasana ini, itu tidaklah mudah. Vita menyelesaikan skripsi lumayan lama. Tapi begitu ia sukses, rasanya tidak dapat terbayangkan.

Penampilan di tutup oleh hormat dari para pemain orkestra. Para hadirin berdiri memberikan tepuk tangan paling meriah untuk anak-anak darah Indonesia ini.

"Kau tau? Dulu Vita hanyalah gadis kecil yang suka menggangguku. Tak kusangka ia sudah sebesar ini. Bahkan ia lebih sukses dariku. Aku bangga", tutur Seung Ho. Aku tersenyum, "Aku juga bangga. Tapi sebagai suaminya, aku juga harus bisa sesukses dia. Aku harus menafkahi istriku juga bukan?", ujarku. Seung Ho mengangguk. Kami kembali duduk.

Lalu diadakan Bincang-Bincang bersama Vita. Ya, Vita adalah narasumber dalam sesi Bincang-Bincang tersebut. Berbagai pertanyaan dilontarkan untuk Vita dan di jawab lancar oleh Vita. Sesekali, Vita membumbuinya dengan guyonan yang membuat hadirin tertawa.

"Apakah ada orang-orang yang membuatmu sesukses ini? Maksudnya, orang-orang yang memotivasimu", salah seorang wartawan bertanya.

"Hm, ya. Tentu saja, orang tua saya, keluarga saya, semua mendukung karir saya. Tak jarang mereka mengirim video semangat agar saya tetap semangat. Tapi saya sangat ingin ber-terimakasih pada suami saya, Doddy yang sudah rela menunggu saya bertahun-tahun. Bahkan selama masa penantiannya, aku sama sekali tidak membalas telfon dan pesan yang ia berikan. Ia juga tetap mengirimi pesan agar aku tetap semangat dan mengerjakan pekerjaan dengan baik. Kami memiliki banyak masalah yang rumit, tapi Tuhan sepertinya ingin melihat kami bahagia. Saya harap hubungan kita tidak akan berakhir. Thanks for everything, dear", Vita mengakhiri bicaranya dengan menunjuk ke arahku. Aku ikut bertepuk tangan dan menggumam, 'I Love You' padanya.

Selesai festival, kami masih terdiam di taman. "Makasih ya". Vita menaikan alisnya heran, "Untuk?". "Untuk semua yang udah kita lalui. Makasih udah tetep mencintaiku. Aku emang gak romantis, tapi aku punya cara sendiri untuk kamu", tuturku.

Vita tersenyum, "Ya. Kamu emang gak romantis, nyebelin, jelek. Tapi Allah masih aja nyuruh hati aku untuk tetep stay sama kamu". Aku tertawa, "Kamu muji apa gimana sih".

"Hah, jadi kalian disini", Seung Ho menepuk pundak kami. "Aish, kau merusak suasana Seung Ho-ya", gerutu Vita. Seung Ho menunjukkan cengiran khas miliknya. "Bagaimana? Apa sukses?", tanyaku. Ya, tadi dia bilang akan mengutarakan perasaannya pada Ani.

"Hmm, aku sudah resmi menjadi kekasihnya. Kau tau? Ku kira ia akan menolakku", ujar Seung Ho.

"Bener? Wah kamu gak ada niatan traktir kita?", tanyaku bercanda. "Haish. Kalau kau saja sih tidak apa apa, tapi istri hyeong makannya sebakul", keluh Seung Ho. "Heh bilang apa coba ulang?", Vita mengepalkam tangannya di depan wajah Seung Ho.

Seung Ho hanya nyengir, "Semoga kisah cintaku dengan dia tidak berujung tragis", doa Seung Ho. Kami meng-aamiin kan ucapan Seung Ho.

Vita POV

Aku melepas satu persatu hiasan di rambutku. Aku menghapus make up dan mengganti bajuku. Aku merebahkan badanku di sofa sambil merenggangkan badanku. "Aigo, lelahnya", gumamku.

What Is Love? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang