Part 13

11.5K 477 4
                                    

Vita POV

"Permisi, Kak Vita sama Kak Lisa. Kakak dipanggil sama Pak Doddy diruangannya"

Seorang junior memanggilku saat aku baru saja melangkahkan kakiku keluar kelas.

"Oh, iya makasih ya dek". "Ngapain dia manggil?", tanya Lisa. Aku mengedikkan bahu. Kami berjalan menuju ruangan Doddy.

"Kenapa lo manggil?", tanya Lisa. "Dhavin, Mama, Papa pergi ke Australia sore ini. Mereka mau ngurus rumah sakit disana. Dhavin kan mau jadi CEO disana, jadi lo pulang sama gue", kata Doddy membereskan dokumen dokumen. "Serius lo?! Kok Dhavin ga bilang gue", kata Lisa.

"Eh gue adeknya aja kaga tau. Yaudah ntar lo ikut nganter aja deh ya", ajakku ke Lisa. Dia mengangguk. Lisa duluan pulang karena sudah dijemput. Setelah sekolah sepi, aku dan Doddy pulang.

Sekilas aku melihat cincinnya masih di jari Doddy. "Guru guru lain gak ada yang curiga tentang cincin itu?", tanyaku pelan. "Bu Diana curiga. Heran dah itu orang matanya", kata Doddy. "Terus lo bilang apa?", tanyaku.

"Gue bilang kalo cincin ini dari keluarga", katanya santai. Aku mengangguk. Sampai dirumahku  Doddy ikut masuk. "Eh ada Doddy", sapa Mama dan Papa. "Iya Ma", kata Doddy sambil menyalami tangan Mama dan Papa.

Terbesit rasa senang di hatiku. Rasanya damai melihat Doddy dengan orang tuaku. Mereka sangat berharga untukku.

"Ntar jam berapa Pah?", tanya Doddy. "Jam 5 pesawatnya. Ini masih jam 1 kan? Nanti jam 3 kita berangkat", kata Papa. "Papa kok gak bilang sih?", kataku kesal. "Kak Dhavin mana?", tanyaku. "Ya namanya juga mendadak, dia lagi ngurus cuti sebentar", kata Mama.

"Kamu diam disini aja Dy, biar gak cape. Ntar tidur di kamar sebelah Vita", kata Mama. "Oh iya Ma", kata Doddy. Mama menunjuk ke atas dengan dagunya. Aku mengangguk.

Aku ke atas diikuti oleh Doddy. "Disini, lo tidur aja dulu. Ntar gue bangunin", kataku. Doddy mengangguk dan masuk ke dalam kamar. Aku juga masuk ke dalam kamar.

Setelah menutup pintu, seulas senyum terbentuk dibibirku. Aku menjatuhkan diriku ke kasur. "Rasanya berdekatan sama orang yang kita suka itu sesuatu banget", gumamku. Aku pun memberi tahu Lisa bahwa kita akan ke bandara pukul 3. Lalu aku ketiduran dan terbangun pukul setengah 3.

Aku tergesa gesa ke kamar mandi untuk mandi. Setelah mandi, aku memakai jeans panjang, sweater tosca dan menyambar ponselku. Saat keluar, ternyata Doddy juga baru mandi. Dan Lisa sudah ada dibawah bersama Kak Dhavin dan kedua orang tuaku.

"Lah baru bangun lo Vit", sapa Lisa. Aku mengangguk. "Udah semua kan? Hayuk lah ntar kalo macet gimana?", ajak Kak Dhavin. Kami memakai mobil Avanza.

Doddy menyupir, Papa di sisi kiri supir. Aku, Lisa, dan Mama ditengah. "Oh gitu, gue sendiri disini. Oke fix", kata Kak Dhavin cemberut.

Dijalan kami mengobrol banyak. "Oh jadi Lisa sekarang jadi sama Dhavin nih", kata Mama menggoda. "Hehe iya tante. Gak nyangka kan tan? Sama sih, aku juga gak nyangka", kata Lisa. Lisa memang sudah lumayan dekat dengan keluargaku.

"Hati hati sama Dhavin Lis, dia kan sibuk lah Pak Dokter. Ntar kalo lo mau jalan sama gue aja", kata Doddy nimbrung.

"Apaan sih?!", gerutuku bersamaan dengan Kak Dhavin. "Jiah cemburu nih Mbak Vita. Tenang Vit, aku padamu", kata Doddy. Aku bergidik. Kami tertawa bersamaan.

"Lo hati hati ya disini. Kerjain pr. Jangan males", kata Kak Dhavin padaku. Aku mengangguk, "Huaaa Kak Dhaviiinnn", aku mulai menangis dan memeluk Kak Dhavin. "Ah lo mah masih aja kalo gue tinggal gini nangis. Malu sama umur dek", kata Kak Dhavin.

"Lo jagain adek gue bro. Lecet dikit gue tebas lu", kata Kak Dhavin sedikit mengancam. "Iyaa buset dah", kata Doddy. Kami pun berpelukan ria dengan Mama dan Papa.

What Is Love? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang