Bab 20: Sakit

15.2K 1.1K 74
                                    

Bab 20: Sakit

Dipagi hari yang cerah, Hanna tengah terlelap dengan wajah yang begitu damai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dipagi hari yang cerah, Hanna tengah terlelap dengan wajah yang begitu damai. Tak terasa matahari sudah memunculkan cahayanya masuk ke dalam celah celah jendela kamarnya.

Hanna mengerjap ngerjapkan matanya menggeliat seperti bayi dan mencoba untuk mengumpulkan kesadarannya.

"Ssshhh.... kepala gue pusing banget." rintihnya pelan.

Hanna melihat ke arah sebelahnya, Hanin sudah tak ada. Ia pun memutuskan kembali memejamkan mata karena tak mampu bangun. Badannya juga terasa sangat tak enak saat ini.

Hanin yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan pakaian sekolahnya berdecak kesal melihat Hanna masih saja rebahan dikasurnya.
Mengapa sahabatnya itu sangat kebo sekali? pikirnya.

"Hanna bangunnnn!!!" teriak Hanin menghampiri Hanna yang tidur dengan seluruh tubuhnya ia selimuti seraya mengguncang guncangkan tubuhnya.

Hanin menghela nafas kasar saat Hanna tidak juga bergerak dari kasurnya, ia menyingkap selimut yang menutupi tubuh Hanna. Mata Hanin membelalak seketika.

"HANNA KAMU KENAPA?!" pekiknya saat melihat wajah sahabatnya yang begitu pucat.

Hanin panik bercampur heboh dengan tangan yang mengguncang guncangkan tubuh panas Hanna. Mulutnya tak berhenti mengocehkan kata kata yang memekakkan telinga.

Mata Hanin berubah sendu seketika saat Hanna sedari tadi hanya bungkam dengan mata yang terpejam.

"Inalillahiwainaillaihi raji'un!"

Perkataan Hanin kali ini sukses membuat Hanna langsung membuka matanya, ia menatap Hanin tak terima, "Gue demam bukan mati, goblok!"

Hanin mengeluarkan cengiran khasnya, "Lagian kamu segala hujan-hujanan kemarin, liat kan sekarang akibatnya?!"

"Bacot." Hanna menyaut malas.

"Jadi kamu hari ini gak sekolah?" tanya Hanin mengalihkan.

"Sekolah. Gue gak bisa sehari aja tanpa Juan," cetus Hanna mencoba untuk bangun.

Hanin mendelik, "Alay, tai. Udah sekarang mending kamu istirahat aja dirumah, biar nanti aku yang izinin." ujarnya menahan Hanna yang ingin beranjak dari kasur.

"Gue mau dirumah aja asal lo turutin permintaan gue."

"Hah? permintaan apa?" Hanin mengerutkan dahinya.

Hanna menyeringai senang, "Lo harus samperin keluarga Anderson dan bujuk Juan buat jenguk gue! Oh iya, lo pulang ke rumah harus telat supaya gue bisa berduaan sama Juan."

"What—"

"Eits! tanpa penolakan! atau lo mau biarin gue sekolah dengan keadaan menyedihkan kayak gini?"

Fuckgirl Career ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang