♧ Chapter 12 ♧

45K 4.8K 450
                                    

Aku makan dalam diam dan sesekali melihat Taehyung yang terlihat gelisah.

"Kau punya sesuatu yang ingin kau katakan padaku ?" Aku bertanya padanya.

"Uh, tidak," katanya, namun ekspresinya meneriakkan bahwa ia perlu bicara soal itu.

Aku meletakkan alat makanku. "Beritahu aku," kataku, menatap lurus ke dalam matanya.

"Oke pertama," katanya, "Kau serius soal menolongku ?"

"Iya ?" Jawabku.

"Soohyun akan mengejarku tidak peduli ada apa. Artinya dia akan melakukan caranya sendiri dan memastikan tidak ada seorangpun yang akan menghentikannya."

"Uhuh.." Aku mendengarkannya penuh perhatian.

"Jadi, kapanpun dan di manapun, dia mungkin melakukan apapun padamu, kau adalah targetnya. Kau harus berhati-hati dan kuat untuk ini, Hyejin," katanya, dan aku melihat sedikit kekuatiran di matanya.

"Baiklah, aku kuat kau tahu," kataku padanya, merenggangkan otot lenganku bercanda.

"Heyy, aku serius," ia terus paranoid, "Saat aku kerja, kau dengan urusanmu. Itulah saat dia mungkin memangsamu."

"Terserah, Kim Taehyung," kataku, "Kenapa aku harus takut pada orang yang putus asa dan menyedihkan."

Ia mulai tertawa, "Itulah Hyejinku."

Aku tersenyum, "Jangan khawatir, aku tahu bagaimana menjaga diriku sendiri,"

"Aku tidak bilang aku khawatir padamu." Kata Taehyung padaku.

"Yah benar, terserah." Aku memutar bola mataku dan melanjutkan menyantap makananku.

***

Setelah menghabiskan makan siang kami, kami pulang karena aku butuh istirahat. Aku pergi ke kamarku lalu berbaring di tempat tidurku dan aku masih sakit namun aku merasa perlahan membaik setelah dirawat.

Lalu aku menghabiskan sisa soreku dengan tidur atau bermain ponsel. Biasanya, aku ada di kamarku sepanjang sore.

Tiba-tiba, menjelang malam, pintu kamarku terbuka, dan Taehyung berjalan masuk seperti biasa, membuatku tersentak.

"Taehyung, Taehyung," aku mendesah, "Kapan kau belajar untuk tidak menerobos masuk ke kamarku seperti itu."

"Tidak akan pernah," ia menyeringai. "Omong-omong bisa kau membantuku memilih setelan yang harus aku pakai ?" Tanyanya, menunjukan setelan hitam di satu tangannya dan sebuah setelan putih di tangan lainnya.

Aku menaikkan alisku, "Pakaian formal untuk apa ?"

"Dad mengundangku untuk makan malam perusahaan, dan aku harus hadir karena dia bilang jika aku tidak datang, aku tidak akan mendapat bayaranku," katanya, dan aku terkikik.

"Money face," aku menggodanya.

"Cepatlah, monkey face," katanya ketus. What a good comeback, huh.

Aku berjalan ke arahnya untuk melihat dengan lebih baik. "Yang putih membuatmu terlihat keren tapi karena aku tahu kau, kau akan menjatuh makananmu di manapun kau makan dan mengotori pakaianmu jadi kau harus memilih setelan hitam."

"Aish," ia memandangku, "Well, baik, aku akan memakai ini."

Ia keluar dari kamarku untuk berganti lalu kembali. "Bisa kau membantuku dengan dasiku ?"

Aku tertawa perlahan. "Kau tidak bisa menyimpul dasi ?" Aku bertanya dan ia menggelengkan kepala. "Oh ya, bahkan sejak Sma, dasimu tidak pernah terpasang benar di lehermu."

Mr Arrogant [Buku 2] ➳ KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang