Sinar mentari bergerak menelusup di celah-celah tirai, menerangi ruangan yang tadinya redup. Perlahan kubuka mataku lalu menoleh ke sisi lain tempat tidur dan melihat Taehyung tak ada di sebelahku. Alisku mengernyit, laki-laki tidak mungkin bekerja saat akhir pekan.
Akhirnya aku beranjak dari tempat tidur dan melakukan sedikit perenggangan selagi menguap sebelum menoleh ke arah boks bayi kecil kami. Aku tersenyum lebar, berjalan dengan hati-hati melihat bayi berusia tiga bulan yang tersenyum lebar dalam tidurnya yang begitu damai.
Dengan hati-hati kuusap puncak kepalanya dan mendaratkan kecupan di keningnya, lalu kudengar suara dentingan logam dari panci dan wajan yang berasal dari dapur. Menghela napas, akhirnya kulangkahkan kaki ke luar kamar. Aroma pancake berasal dari dapur saat kuhampiri Taehyung yang sedang mencoba bersih-bersih.
“Ah, kau sangat sibuk pagi-pagi begini.”
Ia tersentak, terkejut saat mendengarku, “Tidak seharusnya kau sudah bangun.”
Terkekeh, kulanjutkan langkahku menghampiri pria yang wajah dan tangannya tertutupi oleh tepung serta beraneka bahan makanan. “Apa yang kau lakukan?” tanyaku, menolongnya membereskan kekacauan di konter dapur namun ia memegang kedua tanganku dan menariknya agar menjauh.
“Berhenti melakukan apa pun, kau mengacaukan kejutannya.” Ia menggeram.
“Kejutan?” Alisku mengernyit dan tersenyum padanya, “Kenapa?”
“Yah... ini anniversary pertama kita.” Ia bergumam, memalingkan wajahnya dengan canggung di saat ia menggaruk tengkuknya. Meskipun ia terlihat seperti orang yang dingin di luar, sejujurnya Taehyung adalah orang paling perhatian yang pernah kutemui, dan ia tidak pernah gagal membuat jantungku berdetak cepat ketika memikirkan soal itu.
“Sungguh? Aku lupa.” Aku berpura-pura.
“Sejak kapan kau ingat hal penting.” Ia memutar bola matanya dan berbalik ke arah kompor, membalik pancake.
“Sejak kapan kau ingat hal penting.” Aku melempar kembali pertanyaannya dan menyeringai, mengagumi sisi lain dari Taehyung yang sedang menyiapkan sarapan.
“Sejak kau merusak rencanaku, dan kau melupakan anniversary kita, bisa kau sekarang mandi saja sebelum kita sarapan,” katanya, matanya tidak menoleh padaku saat ia pergi mencuci tangannya.
“Kenapa kau begitu marah, young man?” Aku tertawa sebelum berjalan ke belakang Taehyung, memeluknya erat, “Bagaimana aku bisa lupa? Happy anniversary, Taehyung.”
Aku melepasnya saat akhirnya ia berbalik menoleh padaku dan segera memeluk pinggangguku, menarikku lebih dekat padanya. Ia menatap intens ke dalam mataku, dan bisa kubilang kalau ia berusaha keras menahan senyumnya.
“Kau beruntung karena kau begitu cantik untuk ditolak,” kata Taehyung sebelum menangkup wajahku lalu mendaratkan kecupan lembut di bibirku, “Happy anniversary, Hyejin.”
Aku menatapnya, dan sadar kalau ia masih menatap bibirku, yang mana membuat kupu-kupu mulai beterbangan di perutku. Ia harus mengalihkan pandangannya dariku dan melepaskanku sebelum mengurus pancake yang nyaris hangus.
“Apa yang sedang putri kecil kita lakukan?” Ia bertanya dan tepat setelah itu, aku mendengar suara keras yang merambat melalui dinding.
“Sekarang, dia terbangun dan menangis,” kataku sebelum bergegas ke kamar untuk menenangkan bayi kami.
***
Setelah sarapan, Taehyung dan aku tidak punya apa pun untuk di lakukan selain bermain dengan putri kecil kami yang sangat berharga. Apa pun yang ia lakukan membuat kami takjub, dan setiap keributan atau suara yang ia buat menjadi melodi di telinga kami. Aku tersenyum pada putri kami saat jemari kecilnya menggenggam jari kelingkingku. Ia benar-benar seperti boneka, dengan senyum menawan yang mirip dengan ayahnya. Taehyung terkekeh saat putri kecil kami tersenyum begitu manis, memainkan pipi putri kecil kami yang lembut seperti bola kapas.
Taehyung mengangkatnya hati-hati dari tempat tidur dan menggendongnya , menyenandungkan lullaby di telinganya. Aku ingin menikmati setiap moment ini, mengangumi sisi lain Taehyung yang berubah menjadi ayah yang begitu manis saat ia menunduk menatap putri kecil kami penuh kasih sayang. Hal itu mengingatkanku waktu pertama kalinya ketika Taehyung menggendongnya di saat aku susah payah melahirkannya. Binar yang ada di matanya saat ia menatapku bangga masih melekat dalam benakku.
Taehyung bersandar di headboard, dan aku mendekat duduk di sebelahnya. Ia melingkarkan tangannya di pundakku sedangkan tangan satunya masih menggendong bayi kami. Ia menatapku, tak dapat menghapus senyum yang tercetak di wajahnya. Ia tak perlu mengatakan sepatah kata pun, ia hanya mendaratkan kecupan di puncak kepalaku. Hanya itu yang kuperlukan untuk merasa dicintai olehnya, dan aku tak pernah melupakan kisah yang menuntun kami menjadi kami yang sekarang.
●●●
Ara's note:
Fyi, gw kaget sama epilognya dan jujur gw kurang srek 😂
Maaf, maaf. Gw lupa kalo epilognya pendek begini, tahu begini gw paksain buat langsung lanjut 😂😂 Padahal hampir sebulan nih epilog baru gw kerjain. Tapi bukannya epilog gitu? Buat meninggalkan sesuatu yang berkesan? ☺ Maafin gw yah. Dan fix, book 2 selesai sampai di sini.
Happy birthday Chimchim thayang, dan gw belum sempat nonton comeback stage mereka 😑
13 Oktober 2016
Translated : Ara
![](https://img.wattpad.com/cover/68196081-288-k899137.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr Arrogant [Buku 2] ➳ KTH
FanficTERJEMAHAN BAHASA INDONESIA | © WTKFICS Matanya berbisik 'Apa kita pernah bertemu?' "Lee Hyejin?" Panggilnya, dan secara tiba-tiba aku teringat kenangan kami. Lama tidak bertemu, Kim Taehyung.