♧ Chapter 32 ♧

40.6K 4.5K 229
                                    

Sudah berhari-hari sejak terakhir kali aku melihat Taehyung dan aku berusaha menghubunginya namun seperti biasa, ia tidak pernah menjawab.

Kumulai pagiku dengan sarapan kilat, duduk sendiri. Mataku masih bengkak karena menangis semalam. Sampai kapan aku akan terus hidup seperti ini?

Kuhela napas, bersiap-siap kerja meskipun aku takut meninggalkan rumah.

Aku turun dari sepedaku dan memarkirkannya di dekat kafe. Ketika aku baru mau masuk, seorang wanita yang tidak asing keluar dari kafe. Mataku terbelak, dan instingku membuatku mencengkram pergelangan tangannya.

“Aw!” Ia meringis, melayangkan tatapannya padaku, “Kau gila?!”

“Soohyun,” aku memanggilnya, masih mencengkram erat pergelangan tangannya.

“Yah Lee Hyejin! Lepaskan aku!” Ia mencoba melepaskan tangannya dariku.

Perlahan kulepas pergelangan tangannya, “Aku perlu bicara denganmu.

“Soal apa? Aku sangat sibuk.” Ia mencoba melangkah tapi aku berdiri di depannya. Ia tidak punya pilihan selain mendengarkanku.

“Masuk,” kataku serius, dan awalnya ia enggan namun akhirnya ia melakukan seperti yang kukatakan.

Jinyoung melihatku dan Soohyun memasuki kafe dan ia ingin menyapaku, namun ia tidak melakukan itu saat tahu aku sedang ada urusan serius.

Aku duduk di bangku dan Soohyun duduk di depanku, memutar bola matanya, “Cepat, aku tidak punya waktu untukmu.”

“Di mana Taehyung?” Aku langsung bertanya padanya, dan ia tidak dapat menjawab untuk sedetik.

“Aku tidak tahu,”  katanya.

“Berhenti bohong!” Kunaikkan suaraku, “Aku tahu kau yang mengatakan semuanya pada orangtuanya. Kenapa kau selalu mengejar Taehyung? Ada banyak pria di luar sana, dan kau harus mengejar Taehyung?!”

Soohyun menyedekapkan tangannya, tersenyum licik padaku. Aku jadi semakin frustrasi, kesabaranku semakin menipis. “Cuma itu yang mau kau katakan padaku?” Soohyung bertanya, dan aku sudah sangat ingin menamparnya.

Bisa kubilang Jinyoung ingin kemari untuk menenangkanku, tapi ia hanya dapat memperhatikanku dari jauh. Untungnya tak ada seorang pun di kafe saat ini.

“Kau itu bodoh," Soohyun mencercaku, dan aku merasa tidak nyaman. “Kau bilang aku mengejar Taehyung? Yang ada lebih seperti kau mengambilnya dariku.”

Ia tidak tahu apapun soal masa laluku, ‘kan.

Ia mencondongkan wajahnya, matanya tak sekali pun meninggalkanku, “Let me tell you what, idiot. Go ahead, have him. Miliki dia semaumu.”

Aku bingung dengan kata-katanya, dan aku tak dapat merespon.

“Aku bahkan tidak mencintainya,” katanya dan pikiranku berputar-putar, bingung.

“Apa yang kau bicarakan? Jadi kenapa kau ...?” Kutakutkan alisku bingung.

“Kau tidak tahu bagaimana rasanya sendirian. Aku benci melihat orang lain bahagia, karena aku bahkan tidak dapat tersenyum tanpa merasa sesak. Dunia tidak adil.” Suaranya mulai pecah. Aku tidak berkedip saat memperhatikan matanya berkabut.

Bahkan orang licik pun memiliki kekurangan mereka sendiri.

“Aku bahkan tidak tahu apa arti hidupku lagi. Aku tidak bisa mempercayai siapapun. Aku takut untuk hidup, tak ada yang pernah mengerti aku,” rahangnya mengeras saat ia berbicara.

Tiba-tiba ia tertawa garing. “Orangtuaku mengorbankan kekayaannya untuk menolong orangtua Taehyung dalam bisnis mereka. Aku melihat orangtuaku menderita hanya untuk menolong orang yang tak tahu terima kasih, orang yang penuh dengan kesombongan ketika mereka berhasil!” Ia mulai mengeluarkan amarahnya, dan tidak bisa mencegah tangisnya, “Dan sekarang ... orangtuaku telah meninggal.”

Mr Arrogant [Buku 2] ➳ KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang