Aku semakin kesulitan bernapas. Aku berusaha sebisa mungkin lepas darinya tapi aku tidak bisa, terutama di saat sedang ketakutan.
Ia sudah setengah telanjang dan aku langsung menutup mataku, tidak dapat berpikir jernih lagi.
Whatever happens, happens.
Ia tidak sabaran dan akhirnya merobek lengan bajuku. Ia memutar kepalaku ke salah satu arah, lalu kurasakan napasnya menerpa leherku. Ia mendekat, lebih dekat dan kurasakan bibirnya menyentuh tenggorokanku. Aku bergedik ketakutan serta jantungku berhenti berdetak. Air mataku terus mengalir dan aku tak berdaya untuk mendorongnya, ia terlalu kuat untukku.
Aku berteriak lagi dan menerima pukulan lain darinya. "JIKA KAU TIDAK DIAM AKU AKAN-"
"MENYINGKIR DARINYA BANGSAT!" Mataku langsung terbuka dan Tuhan tahu betapa leganya aku karena seseorang datang untuk menolongku.
Seojun tersentak, namun ia masih memegang bahuku kuat-kuat, matanya nyalang menatap orang yang menghampiri kami.
Dalam beberap detik, Taehyung mengirim Seojun tanah dengan sebuah pukulan kemudian memukulnya berulang kali hingga babak belur.
Taehyung mencengkram lehernya, menekannya ke tanah, "BERANINYA KAU MENYENTUHNYA!"
Aku berdiri di sudut, masih dengan kaki yang gemetaran saat memandang mereka. Aku ingin membawa Taehyung kabur dari sini namun di saat yang sama aku ingin melihat Taehyung menghabisi Seojun karena apa yang sudah ia perbuat padaku.
Wajah Seojun memerah, sudah kepayahan. Ia berhasil mendorong Taehyung lalu dengan cepat berdiri dan kabur. Taehung baru akan mengejarnya, namun ia ingat aku masih berdiri kaget dan tidak bisa ditinggalkan.
Ia bergegas menghampiriku, langsung menarikku ke dalam pelukannya, "Tak apa, tak apa, aku di sini."
Aku langsung memeluknya sangat erat karena itulah yang kuperlukan untuk menenangkan diriku dari situasi mendadak tadi. Bisa kurasakan jantungnya berdetak sangat cepat dan ia masih terengah-engah.
Pelukannya semakin erat saat ia melayangkan kecupan di puncak kepalaku serta membisikkan kata-kata menenangkan seperti, 'Tak apa', 'Aku denganmu', 'Aku di sini'.
Setelah beberapa menit, ia sedikit berayun masih sambil berpelukan. Ketika ia sadar aku sudah mulai berhenti menangis, ia perlahan melepas pelukannya untuk menatapku. Ia menggunakan ibu jarinya untuk menghapus air mataku kemudian memegang tanganku, mengatakan, "Aku minta maaf."
Aku bingung kenapa ia minta maaf padaku tapi aku bahkan tidak bisa menjawabnya karena aku tak dapat berpikir jernih untuk bicara.
Ia merangkulku, lalu perlahan menuntunku ke tempat ia memarkirkan mobilnya. Saat akhirnya kami di dalam, ia langsung menyalakan mesin mobil dan melajukan mobilnya ke rumah.
***
Aku duduk di ranjang, masih dengan pikiran yang kosong.
Taehyung datang dan duduk begitu dekat di sebelahku. Ia memberiku segelas air, kemudian meletakkan tangannya melingkari pinggangku. Ia terus menatapku intens, merasa bersalah untuk alasan yang tidak kuyakini apa.
Aku minum dan setelah itu meletakkan gelas di meja yang ada di sebelah ranjang. Aku berbalik untuk memandangnya sebelum akhirnya aku bicara, "Aku minta maaf, tidak seharusnya aku-"
"Tidak," ia memotong kalimatku, "Aku minta maaf. Aku seharusnya menjemputmu lebih cepat. Aku seharusnya menemanimu kerja."
Kuhela napas, mengubur wajahku di antara kedua tanganku.
"Si bajingan sialan itu," Taehyung mengertakkan giginya. Ia menarikku dekat dengannya, "Kau berhenti sekarang."
"Akan kuurus ini nanti," kataku, menyandarkan kepalaku di bahunya.
"Aku akan bicara pada manajermu malam ini," katanya tegas, "Kau tidak akan kerja lagi besok. Kau tidak akan meninggalkan rumah, kau akan tetap di rumah denganku."
Kubiarkan ia melakukan apa yang ingin ia lakukan, karena aku bahkan tidak bisa mengatur pikiranku saat ini. Ia menangkup pipiku, kemudian membuat kepalaku menoleh untuk menatapnya. Ia memandang sudut bibirku, rahangnya mengeras, "Lee Seojun sialan."
Ibu jarinya menyentuh luka yang ada di sudut bibirku, mengumpat di bawah nafasnya. "Biar kubersihkan," katanya dan baru akan berdiri mengambil kotak P3K tapi aku menghentikannya.
"Aku baik-baik saja, tetaplah di sini," kataku, menatap ke dalam bola mata cokelat gelapnya yang menenangkan.
Kami tetap diam, memeluk satu sama lain. Aku yakin banyak yang tengah berlalu dalam pikirannya, sama sepertiku. Aku tidak percaya aku dikhinati oleh orang yang sama lagi.
●●●
◇ Translate : Ara
11 September 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr Arrogant [Buku 2] ➳ KTH
FanficTERJEMAHAN BAHASA INDONESIA | © WTKFICS Matanya berbisik 'Apa kita pernah bertemu?' "Lee Hyejin?" Panggilnya, dan secara tiba-tiba aku teringat kenangan kami. Lama tidak bertemu, Kim Taehyung.