♧ Chapter 30 ♧

39.9K 4K 321
                                    

"Jadi, semuanya baik-baik saja sekarang?" Seojun bertanya lagi padaku. 

"Ya," Aku tersenyum lebar, mengelap konter, "Aku sangat lega."

Ia turut tersenyum, meraih gelas kopinya dari Jinyoung. "Aku harus check up sekarang, sampai jumpa lagi!" kata Seojun, lalu meninggalkan kafe.

Aku menoleh pada Jinyoung dan tersenyum kecil padanya, ingin melanjutkan pekerjaanku sebelum ia berbicara, "Apa kau habis menang lotre? Kemarin kau tampak kelelahan tapi sekarang kau sangat gembira."

Aku terkekeh, "Aku cuma dalam mood yang baik."

"Kenapa? Karena kau kembali bersama suamimu?" Jinyoung bertanya, dengan senyum menggoda.

"Ya, bisa dibilang begitu," aku tersenyum malu, mengambil pel dan mulai mengepel lantai.

Ia terkekeh, kembali melanjutkan pekerjaannya.

Kami berdua tetap diam saat melakukan pekerjaan kami. Orang-orang datang dan pergi, semuanya  seperti hari biasanya, kecuali aku yang tidak kelelahan sama sekali. Mungkin aku hanya merasa gembira untuk kebaikanku sendiri. Ketika pukul lima sore, perlahan jumlah pengunjung berkurang lalu kuputuskan untuk beristirahat di sudut kafe.

"Ini untukmu," Jinyoung memberiku segelas Ice Americano. Ia duduk di depanku, kemudian menyesap kopinya sebelum memandangku sekali lagi, "Boleh aku bertanya sesuatu?"

"Apa itu?"

"Apa kau masih akan kerja di sini setelah enam bulan?" tanyanya, dan aku menelan ludah.

"Aku tidak tahu ..." kuaduk minumanku dengan sedotan, "Sebenarnya, aku kerja di sini karena beberapa alasan antara aku dan suamiku."

"Ahh ..." Ia mengulum bibirnya, tahu bahwa pada akhirnya aku akan pergi, "Lalu, bagaimana dengan pernikahanmu? Apa kau benar-benar akan bercerai setelah enam bulan?"

Aku bahkan tidak tahu.

Kugigit bibir bawahku, tidak yakin bagaimana harus menjawabnya, "Aku tidak masalah tetap bersamanya, y-yah dia sudah membuat pengakuan-"

Matanya terbelak dan ia tersenyum, "Sungguh? Itu bagus!"

Dengan sikap malu-malu kuselipkan anak rambutku ke belakang telinga, "Terima kasih banyak, Jinyoung eonni. Kau selalu mendukungku dan memberiku saran. Sekarang kau sudah seperti saudara bagiku."

"Bukan apa-apa. Ayo beres-beres, shift kita hampir selesai," Jinyoung berdiri, mulai membersihkan kafe dan aku mengikutinya.

***

Aku tiba di apartemen dan melihat sekilas jam di dinding. Sudah hampir pukul tujuh malam yang artinya Taehyung akan segera pulang.

Sedikit kubersihkan rumah sebelum mandi, kemudian dengan semangat menunggu Taehyung di ruang tamu sambil menonton televisi.

Lalu ponselku bergetar dan segera kuambil ponselku di coffe table  memeriksa siapa yang mengirimiku pesan. Ada sedikit kecewa ketika membacanya.

"Hyejin ah, aku makan malam di rumah orangtuaku, jadi aku akan telat pulang hari ini." -Taehyung.

Alisku bertaut. Kenapa mereka mengundang Taehyung tanpa diriku? Kuhela napas, mengetik pesan balasan untuknya.

"Oke baiklah, langsung pulang saat kau selesai." -Hyejin.

"Kenapa? Kau akan merindukanku?" -Taehyung.

Kuputar bola mataku, tersenyum sangat lebar saat mengiriminya pesan.

"Tentu saja tidak, aku lebih suka kau tidak ada." -Hyejin.

"Oke, aku tidak akan pulang kalau begitu, aku akan pergi dengan gadis lain." -Taehyung.

Alisku berkerut. Anak ini.

"Kim Taehyung sialan, berhenti main-main. Go have your dinner, see you later." -Hyejin.

Kuletakkan ponselku dan menonton televisi, sebelum ponselku bergetar lagi.

"Cuma itu yang mau kau katakan?" -Taehyung.

Aku berpikir sejenak, dan tiba-tiba tersenyum lebar.

"Love you?" -Hyejin.

Aku menunggu balasannya.

"I love myself too. See you later." -Taehyung.

Aku tertawa, meletakkan ponselku. Memangnya apa yang kuharapkan dari Taehyung?

Waktu berlalu dan aku masih tetap di sofa, menonton televisi hingga ketiduran.

Dan saat tengah malam mendadak aku terbangun, kupikir Taehyung sudah pulang, namun keadaan di sekitarku sangat hening. Aku beranjak dari sofa, mencari di setiap sudut apartemen kecil ini melihat jika saja Taehung ada namun sayangnya, ia belum pulang. Aku bingung.

Segera kuraih ponselku. Tidak ada panggilan tak terjawab. Tidak ada pesan. Tak ada apapun. Aku mulai tidak tenang. Pikiranku mulai membayangkan hal-hal yang tidak diinginkan terjadi pada Taehyung. Dengan tangan yang bergetar, segera kucari kontaknya dan menghubunginya. Aku menahan napas dengan gugup menunggu ia mengangkatnya.

Ia tidak menjawab.

Itulah saat ketika aku mulai cemas, segera kucoba menghubungi orangtuanya namun mereka juga tidak mengangkatnya.

Soohyun pasti mengungkapkan semuanya. Pikirku.

Langsung kuambil kunci dan bergegas keluar rumah di tengah malam, menuju ke rumah mertuaku.

Untungnya aku bisa mendapatkan taksi. "Ahjussi, tolong lebih cepat," aku terus memberitahu supir untuk lebih cepat. Mataku kembali berair saat menghubungi Taehyung dan tidak dijawab.

Beberapa menit kemudian aku sampai di rumah mereka, sebuah mansion mewah. Aku terus menekan bel, berharap gerbang akan terbuka untukku.

Tapi yang ada, seorang wanita pertengahan 50-an yang kuyakini pembantu mereka, menghampiri gerbang dan memandangku, "Iya? Anda mencari siapa?"

"Saya istri Taehyung, apa Taehyung ada di dalam?" Dengan segera aku bertanya.

Matanya melihat ke arah lain untuk sesaat, sebelum ia bicara, "Anda harus pergi sekarang, saya minta maaf."

Mataku terbelak dan tanganku mengguncang gerbang , hampir histeris, "Ahjumma, kenapa? Aku perlu menemuinya. Dia seharusnya sudah pulang sekarang!"

"Tolong pergi, Nyonya Kim tidak akan senang melihat anda di sini. Saya minta maaf," ia memberitahuku dengan lembut, "Jika anda tidak pergi saya takut saya harus memanggil keamanan."

"Tolong biarkan aku masuk," kataku, menunduk. Ia menghela napas, kemudian meninggalkanku.

"Ahjumma! Ahjumma!" Aku menjerit, namun ia tidak meresponku.

Aku mulai terisak di depan gerbang, namun tak ada seorang pun datang menolongku.

Rasanya seperti duniaku hancur menjadi kepingan. Di mana dia? Kenapa aku tidak bisa menemuinya? Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Segalanya membuatku gila dan ini semua karena satu insiden ceroboh.

Dengan mata berair, aku pergi melewati jalan yang sunyi, tidak yakin apa yang harus kulakukan selanjutnya.

Kuhela napas, menatap ponselku dan menghubungi seseorang. Dia segera mengangkatnya.

"Halo? Seojun?"

●●●

Ara's note:
Roller coaster feeling guys :v Gw gak tahu kenapa authornya hobi banget kayak gini.

Trus, niat yang kemarin ... sepertinya gak bisa terlaksana ._. Mianhaeyo.

Btw, six chapter left.

Translate : Ara

26 Agustus 2016

Mr Arrogant [Buku 2] ➳ KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang