♧ Chapter 18 ♧

45.3K 4.3K 308
                                    


"Jung Soohyun."

Nama itu mulai membuatku merasa seolah terbakar api dan lenyap.

"Apa?" aku bersikap setenang mungkin, "Dia ada di bagian yang sama denganmu?"

"Iya. Kau tahulah Ayahku tidak akan mengatakan tidak padanya," Taehyung berkata, dengan berat menghela napas.

"Ya, kau baik-baik saja dengan itu?" tanyaku.

"Kehadirannya saja sudah membuatku muak," katanya.

"Kau tidak akan memintaku untuk bergabung dengan perusahaan juga, 'kan?" tanyaku. Sedikit berharap bahwa ia mau aku bergabung dengan perusahaan, namun di saat yang sama aku memikirkan pekerjaan yang sudah aku dapatkan.

"Tentu saja tidak," katanya dan aku menghela napas secara perlahan, "Bagaimana jika Soohyun bertingkah dan kau berada dalam masalah dengannya."

"Oh," reaksiku, tanpa jiwa.

Aku menyandarkan kepalaku di meja, "Aku hancur."

"Jangan terlalu banyak berpikir dan makan saja mie mu. Miemu mulai menjadi dingin," kataku padanya.

"Sangat mudah untuk kau katakan, bodoh. Aku akan menderita bekerja dengannya selama enam bulan sampai dia meninggalkan Seoul," ia menggeram, "Apa kau tidak akan cemburu?"

Aku memandangnya dan mengernyit bingung, "Kenapa aku akan cemburu?"

"Ya, kau tahu, Soohyun akan lebih sering melihatku daripada kau," katanya, rasa puas tercetak di wajahnya.

"Dan kenapa aku harus cemburu? Bukankah itu bagus, tidak ada kau," jawabku, menyeringai.

Ia berpura-pura terkesiap. "Taehyung sakiiiit," katanya, meletakkan tangannya tepat di jantungnya dan berpura-pura mendramatisir seolah ia terkena tembakan.

Aku menertawakan kebodohannya, "Yah, berhentilah bersikap bodoh dan makan."

"Aku tidak mau memakannya lagi, terlalu banyak air," katanya, berdiri dari tempatnya.

Aku mengernyit, "Hey! Tapi aku sudah membuatnya untukmu!"

"Too bad," godanya, memeletkan lidahnya padaku, "makan itu sendiri."

Taehyung berlari ke kamarnya. "KIM TAEHYUNG!" Aku berteriak, namun ia bahkan tidak menoleh padaku. Aku menghela napas, dengan pahit menyeruput mieku yang sudah menjadi dingin.

***

Malam itu, aku duduk sendiri di kamarku, men-scroll ponselku. Lalu aku teringat sesuatu.

Aku akan mulai bekerja besok.

Aku tersenyum, bersemangat. Aku menghampiri almari dan mengambil apron dan topi yang diberikan padaku siang tadi. Aku memakainya, lalu memperhatikan diriku di cermin. Kelihatan baik.

Tiba-tiba, seseorang mengetuk pintuku. Terkejut, dengan cepat aku melepas apron dan topi, menyembunyikannya di balik selimutku, lalu melompat ke tempat tidur, berpura-pura bahwa aku tengah beristirahat.

Kenop pintu berbunyi dan pintu terbuka, "HALLLOO! Aku mengetuk pintu sebelum masuk!"

"Apa yang kau lakukan di sini? Keluar," kataku pada Taehyung membungkus diriku dalam selimutku.

"Kenapa? Kau telanjang?" ia menyeringai sambil berjalan ke arah tempat tidurku.

"YAAH! Tidak! Dan jangan berjalan lebih jauh lagi, kau tidak bisa melewati garis merah," aku memperingatkannya.

Langkahnya tertahan di belakang perekat merah itu. Ia menunduk menatap itu, sebelum kembali padaku.

"Kenapa kau belum melepas garis merah pembatas bodoh ini," katanya dan memutar bola matanya.

Mr Arrogant [Buku 2] ➳ KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang