0. Prolog (Re-write)

3K 481 71
                                    

" Ammi  apa yang akan kita lakukan ? " tanya gadis kecil itu. Dia mulai bangun dari tempat tidur dan membangun kesadarannya yang masih tersisa. Dilihat seorang wanita yang sedang memandang ke arah dua gaun mewah berwana merah.

Seakan tidak mendengar ucapannya , wanita itu mendekati gadis kecil itu dan berkata..

" Sepertinya ini cocok untukmu..,Cepat mandi, kita harus bersiap,"

Gadis kecil itu hanya bisa berdiam diri dan mengikuti kemauan wanita yang tidak lain adalah ibunya. Ya, dia tahu keluarganya sangat kekurangan akhir – akhir ini, karena itu dia mulai menanyakan bagaimana ada baju mewah di rumahnya. Dia sangat yakin baju itu berbahan sutra, sama seperti yang kemarin dia pakai..

"Mungkin ada acara, tapi dua kali secara beruntun... ?" batin gadis itu.

Pikirannya melayang pada hari kemarin.Dia ingat betul bahwa kemarin dia memakai gaun mewah yang lain, dengan taburan riasan di wajah mungilnya dan memang banyak orang yang datang kerumahnya saat itu.

" Tidakkah dia masih terlalu muda ? " ucap seorang wanita yang tidak dia kenal. Wajahnya terlihat lebih muda dari ibunya.

" Aaah.. bahkan jika dilihat anakmu juga begitu muda.. mungkin jaraknya hanya 4 tahun dari anakmu..," jawab ibunya dengan senyuman.

"Pakaian mewah, banyak orang yangdatang untuk menemuiku.. mungkin melihatku... mereka terlihat seperti sebuah kelarga.. acara keluarga tapi mengapa mereka membawa hadiah yang banyak, baju , sepatu, perhiasan, beras? Mungkin mereka saudara ibu, tapi aku tidak pernah melihat mereka. Mereka melihat aku begitu muda.. berarti mereka bukan keluarga besarku..," batin gadis kecil itu sambil berjalan menuju kamarnya.

"Atau mungkin..," lanjutnya. Dia menggelengkan kepalanya dengan kuat " Tidak mungkin kemarin acara Thiruman poruttam paartal ... ibu tidak mungkin tega melakukannya, bukankah begitu ? "

Perasaan gadis kecil itu kalang kabut, dia tidak bisa berpikir dengan jernih lagi. Sekarang yang dia ketahui hanyalah mengetahui secara langsung dari ibunya.

"Mungkin pemikiranku salah," batin gadis kecil itu.

Hampir 30 menit berlalu bahkan sebuah kata tidak keluar dari mulut gadis kecil itu. Keringat dingin yang bercucuran dari dahinya dapat menunjukkan betapa gelisah dia saat itu. Sedangkan ibunya dengan taburan rias yang sama menghiasi wajah mungil anaknya. Gadis itu memandang refleksinya pada kaca.

" Ammi..apa ammi sayang padaku ? " ucap gadis kecil itu sambil menatap dalam mata wanita yang dia yakini sebagai ibunya.

" Pertanyaan macam apa itu ? Tentu saja sayang...,"

" Lalu mengapa ammi membiarkanku pergi dengan keluarga lain?" tidak terasa setetes air mata jatuh menuruni pipi gadis kecil itu.

Wanita itu terdiam sejenak, dilihat anaknya dalam diam

" Ibu memang menduga ini terjadi....tahu dari mana ?"

"Perpustakaan sekolah, aku yakin sesaat lagi aku akan melakukan upacara mangni (bertukar cincin seperti bertunangan ) .. bukankah anak ammi sangat pintar sekali ?"

Bahkan wanita itu tidak menjawab pertanyaan anaknya.

"Aku tidak mau..., " lanjut gadis kecil itu diiringi tangis yang semakin menjadi – jadi.

" Semua ini karena ayahmu jika tidak ... ibu tidak akan pernah melakukan ini..., " dengan sigap dia memegang bahu anaknya.

" Ammi sudah memilih keluarga yang tepat, dan ammi yakin semua keinginanmu akan terpenuhi ! "

The Mirror Rule ( ON REVISI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang