Apakah ini kebetulan ataukah...
Aku melihat wajah tuan Furukawa, lalu aku melihat wajah Rin.
" Astaga ! " teriakku kaget. Semua orang di situ sontak ikut terkaget dan menanyakan mengapa aku berteriak. Terkecuali Rin dan juga adik kecilnya.
" Wajah paman dan Rin tidak mirip, " ucapku polos.
Nyonya Furukawa melihatku dan tertawa terbahak bahak. Bagaimana tidak ? Tuan Furukawa sangatlah pendek dan juga gemuk. Sedangkan anaknya bak model yang tinggi sekali serta tampan.
" Tenang saja banyak orang yang mengatakan seperti itu, lagian pula memang anakku semua mirip ibunya. Jika tidak mereka semua yidak akan setampan dan secantik itu, " ucap Tuan Furukawa sambil terkekeh.
" Ah.. bukan begitu, ngomong - ngomong apa Yuki pernah bertemu dengan anakku ? " tanya Nyonya Furukawa.
" Sudah bibi, bukannya tadi pagi saat ak- "
" Bukan anakku yang terkecil, tapi yang sulung, Rin . Tidak pernah ada orang yang bertemu pertama kali memanggilnya Rin , " ucapnya.
" Kami pernah bertemu, dia memakai baju tradisional seperti orang kebingungan mencari rumah pamannya. Sepertinya saat itu kamu baru datang pertama kali ke Jepang, " serobot Rin.
Aku dan Akash sudah sepakat untuk beralasan pada ayah, bahwa Akash menjemputku di bandara dan membawaku ke Ikki Bakery.
" Bukannya kamu di jemput Akash dan ke toko roti ayah ? " ucap ayaku polos sambil melihat kearahku. Ya Tuhan aku harus berbohong seperti apa ?
" Astaga hari itu ? Aku sedang berjalan - jalan di tengah kota untuk membeli baju baru. Aku kesasar karena masih belum bisa bahasa jepang. Akhirnya aku bertemu Rin, dia menawarkan bantuan padaku. Untungnya saat itu aku membawa secarik kertas alamat paman, jadi aku memintanya untuk mengantarku, "
" Kamu sudah tahu tidak bisa bahasa jepang, kenapa pergi sendiri ? Baka ! " ucap Kurome kasar sambil memakan sushi di hadapannya.
" Maaf kan kesalahan anakku, dia memang seperti ini kepada orang asing, " ucap tuan Furukawa.
" Ah biasa saja dia masih anak kecil, " ucap ayahku sambil terkekeh.
" Suamiku kenapa kamu harus bilang Yuki orang asing ? "
" Bukan begitu sayang, bagi anak kita yang terkecil, semua orang yang belum akrab dengannya adalah orang asing. Kamu kan tahu sendiri , "
" Baiklah.. tapi jika dilihat - lihat.Jika Rin bertemu dengan Yuki lagi, seperti jodoh saja , " ucap nyonya Furukawa dambil menatapku.
..... seperti jodoh saja... seperti jodoh saja.... seperti.... jodoh... saja.... jodoh... jodoh... JODOH ?!
Perkataan itu seperti menggema di telingaku , merasuk di kepalaku dan terekam . Kata - kata itu di ulang terus dalam memoriku.
Seketika hal itu mempengaruhi makanan yang sedang aku telan. Makanan itu berhenti di kerongkonganku. Menahanku untuk bernafas. Aku mencoba untuk mengeluarkannya. Sontak seluruh orang menatapku.
Nafasku sesak karena tersedak. Aku mencoba untuk memukul dadaku. Nyonya Furukawa sudah gempar sendiri. Dia meminta maaf karena perkataannya membuatku seperti ini.
Tiba - tiba saja aku berdiri dan ayahku mencoba untuk menepuk pundakku tapi tidak berhasil. Semua orang semakin gempar, terutama nyonya Furukawa menyogoiku dengan air putih, tapi tak berpengaruh.
Mendadak Rin memelukku dari belakang. Dia menekan perutku dengan cepat. Semakin lama , semakin keatas, keatas, keatas.
Buuuuuuh !
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mirror Rule ( ON REVISI )
RomansaPenuh dengan kehaluan ku :) Highest rank : #587 in Romance -29 Agustus 2016-