21. Three Points

288 16 4
                                    

Tinaa Pov

Aku menatap pintu ruang kepala sekolah yang besar dan tinggi.

"Ini ruangannya.. apa yang akan kamu lakukan Yuki ? Kamu tidak akan keluar bukan ?" Hara menanyakan tentang apa yang akan aku lakukan. Aku hanya membisu tidak dapat mengatakan apa pun.

"Yuki jawab!" Paku meneriakiku, aku melihatnya dengan ekor mataku.

"Aku hanya ingin memastikan saja, kalian berdua lebih baik pulang.. pasti orang tua kalian menunggu..," ucapku lirih.

"Orang tua ? Oh iya ! Ibu kita pasti menunggu! Semangat ya Yuki !" ucap Paku sambil menarik tangan Hara menjauh. Aku hanya terdiam dan melihat mereka menjauh.

Sekarang, hanya ada aku dan pintu besar ini. Aku mengetuknya pintu tersebut, tak lama kemudian terdengar seseorang untuk menyuruhku masuk. Perlahan aku membuka pintu tersebut dan memasuki ruangan. Pandanganku terpaku pada meja yang terdapat papan nama " Kim Greeneth sebagai kepala sekolah ", setelah itu aku melihat orang yang duduk di kursi kerja.

"Maaf mengganggu bapak, tapi saya punya pertanyaan,"

"Sudah kuduga kamu akan datang," aku mendengar suara dari arah belakangku. Suara yang mirip dengan Akash.

"Rencanamu sungguh busuk Akash," ucapku sambil menoleh padanya. Lalu aku melihat orang yang sekaramg duduk du hadapanku. "Pak saya tidak terima dengan ini, bagaimana mungkin anak peraih nilai teringgi masuk kelas F. Saya ingin Anda merobaknya kembali,"

"Tidak mungkin, walaupun aku terkejut karena kata pamanmu kamu juga setuju dengan keputusan ini. Tapi tetap saja pamanmu sudah memberikan surat dari Pemerintah yang telah mengizinkan rencana ini, asalkan tidak mengganggu nilaimu dan juga peringkat aslimu. Mungkin saat ujian nanti peringkatmu akan 100 kebawah, tapi itu hanya tipuan untuk laporan pada ayahmu yang sakit,"

Entah mengapa saat aku mendengarkan hal itu, aku mengingat perkataan Hara

....Memangnya apa salahnya masuk ke kelas F ? Kita juga anak pintar yang mengalahkan ribuan peserta yang berlomba untuk masuk...

Aku tersenyum mengingat kejadian itu. Lalu aku meminta ijin untuk pergi dan mengajak Akash. Aku masih marah kepada Akash, tapi dia benar ini demi ayahku.

"Aku senang sekali melihat anak yang genius sepertimu, tidak banyak berbicara dan mudah mengerti perkataan orang," senyum melekat di wajahku saat dia mengucapkan hal itu.

"Aku mohon jika ada 2 orang laki - laki masuk ke sini dan menanyakan hal tentang Yuki, tolong jawab seperti yang aku katakan tadi," Akash mendadak mengatakan hal itu. Entah mengapa aku merasa dia mengatakan sesuatu hal tentang Ranvi. Apakah itu benar ?

______________________--_______________________

Rin Pov

Aku tidak menduga dipanggil menjadi peringkat pertama dan harus membaca pidato. Bukannya aku tidak siap, tapi cara yang dilakukan sekolah ini sangatlah licik dan aku tidak menyukainya. Bahkan aku saat berjabat tangan dengan staff sekolah membuatku sangat muak.

Aku tidak melihat papan yang berisi nama dan kelas, karena aku yakin aku masuk kelas A. Mataku mencari ibu dikerumunan orang dan aku menemukannya baru saja keluar dari aula. Aku menghampirinya dan tampaknya wajahnya memancarkan kebahagiaan.

"Rasanya senang sekali melihatmu menjadi peringkat pertama. Ibu tidak menduganya, padahal ibu ingin melihat orang yang aslunya akan mendapat peringkat pertama hahaha," ucapnya penuh dengan kebahagiaan yang mengerikan. Apa dia tidak merasakan keterpurukanku ?

"Ibu senang sekarang ?"

"Iya,"

"Ibu senang jika anak ibu terinjak harga dirinya ?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 31, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Mirror Rule ( ON REVISI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang