3. Run Away

767 196 20
                                    

         Aku melihat alamat rumah mata - mata ibuku di Jepang. Kenapa harus alamat mata - mata ? kenapa tidak langsung rumah ayah ? Aku menghembuskan nafas yang panjang.

         Sayap pesawat menembus awan yang bergerombol. Aku memegangi kepalaku yang rasanya sakit sekali. Tidak akan mudah menemukan ayahku, jika aku harus menemui mata - mata ibuku. Terlebih lagi, ada pelayan dari keluarga suami. Aku bertaruh dia akan menanyaiku macam - macam tentang hal ini.

          " Maaf, jika boleh saya tahu kertas apa yang nyonya pegang, " sudah kutebak. Orang ini penuh dengan rasa penasaran. Aku hanya terdiam sambil melihat kertas itu lagi. Tiba - tiba terdengar pemberitahuan untuk membuka sabuk pengaman. Aku pun membuka sabuk pengamanku.

          " Ini bukan apa - apa. Ngomong - ngomong siapa namamu ? "

          " Saya Durja, nyonya ,"

          " Apa kamu yakin ? Untuk seorang wanita namamu terdengar aneh , hahahahahaha.. " tawaku. Tapi hanya tawaku saja yang terdengar, Durja hanya diam dan menatap diriku. Karena salah tingkah aku kembali diam dan menatap keluar jendela. Akhirnya aku memakai sabuk pengamanku kembali dan tidur.

           "Nyonya ayo bangun kita sudah sampai, " ucap Durja membangunkanku.

           " Kita sudah berada di Jepang ya ? "

           " Iya nyonya, "

          Sesudah turun dari pesawat, Durja menuntunku untuk masuk ke dalam pesawat. Dia tidak membiarkanku untuk mengambil koperku sendirian , jadi aku hanya duduk dan melihat bagaimana orang berkulit putih berjalan lalu lalang di depanku. Aku tidak bisa membayangkan lagi bagaimana kehidupanku di Jepang ini.

          " Nyonya mari saya antar ke mobil, " tiba - tiba saja Durja membangunkanku dari lamunanku. Aku mengikutinya dan aku melihat limosin terpakir di luar bandara. Durja membukakan pintu untukku dan aku masuk.

          " Durja kita akan pergi kemana ? " tanyaku.

          " Kita akan pergi ke rumah yang di sediakan nyonya besar di Jepang, Anda akan tinggal di sana , "

          " Baiklah jadi aku- " sebentar, aku ke Jepang karena ayahku. Aku akan membantu Ayahku, jadi aku akan tinggal di rumah ayahku. Tapi sebelum itu aku harus menemui mata - mata ibuku. Aku mengeluarkan kertas dari tasku aku membaca lagi alamat yang tertera di kertas yang ke pegang.

           " Semoga tidak susah untuk mencarimu, " tekadku dalam hati. Aku harus mencari cara agar bisa keluar dari kendaraan ini. Aku melihat jalanan di Jepang penuh dengan salju dan penuh dengan orang berjualan makanan. Makanan ! Iya, akhirnya ada ide muncul dari kepalaku.

           " Nyonya apa ingin makanan itu ? " kata Durja. Tanpa aku bertindak Durja sudah membuka jalan untukku kabur.

           " Iya Durja, aku ingin makan itu ! " aku asal menunjuk makanan apa saja yang terlewat di jendelaku. Lalu Durja mengatakan bahasa yang tidak ku mengerti pada sang supir. Dia pun turun dan berkata

           " Nyonya tunggu disini saya akan membeli makanan itu untuk nyonya, " aku melihat Durja turun dan dia membeli makanan yang aku minta. Ini adalah kesempatan yang baik dengan cepat aku membuka pintu limosin dan berlari secepat mungkin. Durja dan sang supir yang menyadarinya segera mengejarku.

          "Tunggu nyonya jangan pergi ! " teriak Durja.

         Aku hanya bisa melangkahkan kaki kecilku untuk melewati lautan manusia. Entah mengapa banyak sekali manusia yang bergerombol di tempat ini.

The Mirror Rule ( ON REVISI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang