Saat aku berada di Ikki Bakery, aku menceritakan semua perkataan Ranvi malam itu pada Akash dan dia langsung menghancurkan handphone pemberian Ranvi, lagi.
" Aku akan mengurusnya, tenang saja belajarlah yang giat, kamu harus masuk ke SMA Gakuen, " ucapnya menenangkanku, lalu dengan refleks aku memeluknya.
" Paman.. aku takut ayahku..bagaimana jika- "
Akash memegang bahuku dan melepaskan pelukanku. Dia menatap mataku dalam - dalam.
" Aku sudah bilang tadi, aku akan mengurusnya ! Jangan menangis ! Nanti dikirain ayahmu , aku mengganggumu, " ucapnya sambil membawa pecahan handphoneku dan pergi bekerja.
Mendengarkan Akash mengucapkan hal itu membuatku semangat belajar dengan giat. Aku tidak memikirkan hal lain, walaupun ada tetangga yang memintaku untuk mengantarkan pesanan roti ayahku. Difikiranku aku harus lulus tes.
Setiap malam aku harus belajar bahkan aku membatasi waktu tidurku hanya 2 jam dalam sehari. Semua pendaftaranku di urus oleh Akash. Aku mulai bertanya - tanya siapa ayahku yang sebenarnya, karena Akash mengurusi semua keperluan pendaftaran sekolahku.
Bukan itu saja bahkan Ijasah, status kewarganegaraan, pengurusan pemindahan dan juga identitas palsu bahwa aku belum menikah, itu semua diurus oleh Akash.
Tak terasa hari tes tiba, ayah meminta Akash untuk mengantarku ke SMA Gakuen dan dia bersedia.
Musim semi masih berjalan di bulan Februari, aku menapaki jalanan yang mulai ramai.
" Apa kamu siap mengikuti ujian ? " tanya Akash. Aku hanya menggangguk pelan dan menunduk. Fikiranku teringat akan perkataan Ranvi, dan juga keadaan ayahku.
Langkahku terhenti, itu bukan kemauanku tapi hal itu karena Akash yang memegang kerah bajuku.
" Jangan perlakukan aku seperti hewan ! " teriakku sambil mencoba melepaskan tangannya dari kerahku bagian belakang.
" Jika aku bisa memperlakukanmu seperti hewan, kenapa aku tidak bisa mengurus masalahmu dengan Ranvi ? " tanya Akash.
" Aku tahu kamu ingin membandingkan permasalahan ini, tapi ini tidak ada hubungannya dengan kerah bajuku ! " aku masih mencoba untuk melepaskan tangannya dari kerahku. Tapi tetap saja tidak bisa kulakukan.
" Ternyata kamu tidak tahu apa yang aku maksudkan , " suara Akash tiba - tiba menjadai serius. Dia meninggikan kaitannya pada kerahku dan otomatis aku ikut berjinjit.
" Apa yang kau lakukan !!! LEPASKAAAAN !! " jujur saja aku malu mengucapkan hal itu di tempat yang ramai. Tapi aku tidak punya pilihan lain, jika tidak leherku akan terus kesakitan.
" Aku akan lepaskan, jika kamu memenuhi satu syaratku, "
" Iya ! Cepat lepaskan ! " setelah aku mengucapkan hal itu Akash melepaskanku. Dengan cepat aku berbalik kearahnya dan hendak menampar pipinya tapi apa daya dia lebih cepat untuk memegangi tanganku.
" Kamu masih tidak paham ? Semua orang punya kelemahan, dan kelemahan itu kita andaikan sebagai kerahmu... "
_______________________--______________________
Mataku meneliti setiap jengkal soal yang aku pegang. Aku memahami semua itu dan mulai mengerjakannya. Tanganku dengan cepat menyilang tanpa rasa ragu. Semua ini berkat Akash,dia membangkitkan semangatku yang pudar.
Waktu berbunyi, saatnya untuk berhenti mengerjakan soal tersebut dan aku merasa puas dengan jawabanku.
Rasanya aku ingin sekali melihat - lihat ruang sekolah tapi aku mengingat kembali janjiku pada Akash agar pulang secepatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mirror Rule ( ON REVISI )
RomansaPenuh dengan kehaluan ku :) Highest rank : #587 in Romance -29 Agustus 2016-