Tinaa Pov
Aku mengatupkan kedua tanganku di bibir kecilku. Di fikiranku merasa salah jika aku bercumbu dengan Ranvi ? Ini bukan masalah karena aku suka atau tidak.
" Kenapa kamu tidak mau berciuman denganku ? Apakah cowok itu yang merubahmu ? " entah pertanyaan apa itu. Tapi hal itu membuatku benar - benar ketakutan
" Sebenarnya... di rumah... , " ucapku perlahan.
Sial ! Aku lupa jika Akash memasang CCTV di rumah. Aku benar - benar bingung harus menjawab Ranvi seperti apa. Jika aku memberi tahunya ada CCTV di rumah ini. Hal itu akan membuatnya lebih berhati - hati. Itu juga akan membuatnya mengungkit kejadian malam tahun baru.
" Kenapa kamu diam ? Di rumah apa apa ? " tanya Ranvi sambil membuka pintu rumah dan masuk ke dalamnya. Dia menyalakan lampu dalam rumahku dan melihat setiap inci ruang tersebut.
" Hei ! Buka sepatumu ! " teriakku padanya saat Ranvi memasuki rumah dengan sepatunya.
" Bari tahu aku kenapa kamu mendorongku atau jawablah pertanyaanku tadi. Lalu aku akan membuka sepatuku , "
Aku memutar bola mataku. " Pertama, aku tidak berubah karena cowok manapun. Kedua mendorongmu karena- "
" Karena apa ? Di rumah ada siapa ? " potong Ranvi yang tidak sabar menunggu jawabanku.
" Di rumah... aku ingin sikat gigi ! " semoga ini adalah jawaban yang masuk akal.
" Mau sikat gigi ? "
" Iya ! Saat di rumah tetanggaku.. bibi di sana sangat baik padaku. Aku makan banyak sekali jajan dan aku berniat untuk sikat gigi di rumah.. aku malu kamu menciumku menda-"
" Hahahahahaha , " tawa Ranvi memecah konsentrasiku untuk berbohong. Dia melangkah ke arahku dan mendekatkan wajahnya di telingaku. " Kamu kira aku percaya ucapanmu ? "
" Kenapa kamu-" Ranvi memotong pembicaraanku dengan ciumannya.
" Jangan malu... aku cinta kamu apa adanya , "
" Walaupun kita menikah dengan dijodohkan ? Walaupun aku menjadi aset utang keluargaku ? Walaupun aku menjadi aset perusahaan milik keluargamu ? " aku benar - benar tidak yakin dia mencintaiku apa adanya.
" DIAM ! Jangan berkata seperti itu lagi ! " teriak Ranvi. Aku terpaku mendengar kata - katanya. Kakiku melangkah ke ruang makan dan mengambil gelas. Ranvi mengikutiku dari belakang dan saat aku hendak mengambil air. Dia memelukku dari belakang.
" Maafkan aku.. , "
" Bukankah kamu berfikiran sama jika aku adalah aset- "
Ranvi membalik badanku dan menatapku dengan dalam.
" Bisakah kamu tidak mengatakan hal itu ? "
Kepalaku menunduk dan aku terdiam untuk sesaat. Bagaimana mungkin aku tidak membicarakan hal itu ? Perjodohan itu yang merubah hidupku ! Bahkan aku muak dan ingin lari dari semua itu. Perjodohan gila ini, hutang, aset dan harga diri. Bisakah aku keluar dari semua ini ?
" Cepatlah.. apa yang mau kamu tanyakan ? " ucapku seraya melepaskan tangannya dari bahuku.
Ranvi menatapku dan berbalik menuju sofa untuk duduk.
" Kenapa kamu keluar dari rumah tetanggamu, dengan memakai baju... seragam... Dari mana kamu dapat seragam itu ? Bahkan kamu belum pernah bersekolah di Jepang , "
Aku menegak airku dan menaruh gelasku di meja. Lalu aku menghampiri Ranvi.
" Pertama aku sudah berkata kepadamu, bibi tetangga sebelah sangatlah baik dan aku makan jajan di sana. Kedua, salah satu syarat untuk tes di sana adalah memakai seragam sekolah dan ayahku yang membelikan seragam ini , "
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mirror Rule ( ON REVISI )
RomancePenuh dengan kehaluan ku :) Highest rank : #587 in Romance -29 Agustus 2016-