Tinaa Pov
Hari terus berganti, banyak daun bertebangan di bawa oleh bayu. Angin timur mulai menghembuskan udara dinginnya, diperpindahan musim dingin ke musim gugur. Aku berharap di bulan Maret ini akan ada sebuah anugrah dari dewi keberuntungan untukku. Terutama karena sudah 1 bulan aku melalui tes untuk masuk ke SMA Gakuen dan hari ini adalah pengumuman apakah aku berhasil atau tidak.
Mataku hanya bisa menatap keluar jendela dan jantungku hanyak bisa berdetak semakin cepat di setiap detiknya. Entah mengapa semangatku kian menurun tiap harinya, terutama karena aku mulai menyadari bahwa sainganku adalah dari SMP yang terkenal dan sangat baik. Setiap malam aku tidak bisa tidur dan aku hanya berdoa.
Aku melihat jam di dinding kamarku, waktu menunjukkan pukul 09.00 pagi. Dengan cepat aku keluar dari kamarku dan menuju ke ruang pengintaian tempat di mana Akash berada sekarang.
"Paman apakah ada pemberitahuan dari panitia," dia hanya terdiamsaat aku bertanya seperti itu.
"Aku akan ke bawah,pasti ayahmu sudah bertanya - tanya..," raut Akash mulai cemas. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Dia berdiri dengan membawa laptopnya pergi, wajahnya tidak bisa aku artikan.
"Paman apa yang terjadi-,"
"Akan aku beritahu nanti.. sudahlah," dia mulai menuruni tangga, satu persatu dengan lemahnya. Aku mengikutinya dan terus menanyai Akash dengan kalimat,
"Apa yang terjadi ?"
"Beritahu aku, ya ?"
"Apa ini hal buruk ?"
"Ayolah Paman beritahu aku!"
Ayahku yang mendengar keributan, datang menemui kami. Mata Akash bertemu dengan mata ayahku dan dengan seketika dia menunduk.
"Apa anakku tidak diterima? Baiklah... daftarkan saja ke sekolah negeri terdekat. Aku memohon bantuanmu Akash, " aku melihat ayah dengan wajah tenangnya. Apa yang terjadi ? Bagaimana wajah itu bisa bersemayam di dirinya ? Apa dia tidak merasa khawatir ? Ayah memelukku dengan hangatnya.
"Dari lama aku sudah tahu kamu akan gagal... aku akan pergi ke toko. Akash kamu di sini temani anakku," Akash hanya menggangguk perlahan.
Tidak bisa ku bayangkan, ketakutanku selama sebulan ini benar terjadi. Setelah ayahku pergi, kepalaku merasa berputar dan mataku tidak bisa fokus. Aku hampir ambruk, tapi ketika itu terjadi Akash menopang tubuhku.
"Paman.. apa benar aku tidak diterima?" Lalu Akash menyodorkan laptopnya dan aku melihat sebuah e-mail dari panitia.
"Hasil akan diberi lewat surat. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya. Terimakasih"
Mataku terbelalak melihat tulisan itu. Hasil akan diberi lewat surat ? Bukankah pengumumannya, melewati e-mail? Apa ada yang salah ? Jangan -jangan..
"Yang dikirim lewat surat adalah yang gagal.." ucapku perlahan.
"Baka! Bahkan aku belum menjelaskan padamu.. astaga .. seharusnya aku tidak menyuruhmu mengerjakan dengan baik tes tersebut,"
"Maksudmu apa ? Aku tidak mengerti?"
"Inilah faktanya.. hanya 3 yang tertinggi dari tes masuk yang hanya diberi surat. Jika ayahmu sampai menerimanya, aku tidak tahu harus bebuat apa lagi untuk menenangkannya, "
Setelah mendengar hal itu, aku tidak tahu harus berbuat apa. Apakah aku harus bersedih karena hal ini ataukah aku harus tersenyum dibawah penderitaan ayahku. Apa yang akan aku pilih ? Pusing di kepalaku mulai menghilang dan mayaku mulai fokus kembali.
"Lalu apa yang akan kamu lakukan?" tanyaku pada Akash. Awalnya dia hanya terdiam dan menatapku.
"Aku akan menunggu.. jika benar kamu adalah orang yang mendapat peringkat tertinggi.. aku akan melancarkan rencanaku,"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mirror Rule ( ON REVISI )
RomancePenuh dengan kehaluan ku :) Highest rank : #587 in Romance -29 Agustus 2016-