Perasaanku sungguh senang hari ini. Entah mengapa permintaan ibuku menjadi sebuah gerbang untukku pergi dari kenyataan ini. Aku berjalan ke halte bus aku mulai menunggu datangnya bus dan mulai berkhayal apa saja yang akan aku temui saat aku nanti di Jepang.
Aku sudah sering melihat di film - film, bagaimana bunga sakura di sana mulai bermekaran dan tersebar di jalanan. Aku sangat suka sekali melihatnya.
Mataku sudah bisa membayangkan salju yang jatuh dari langit. Bagaimana orang - orang berpakaian harajuku berlalu - lalang . Aku tidak bisa berhenti membayangkannya.
Ketika aku kembali dalam dunia nyata aku mendapati seorang lelaki dengan jas hitam berdiri tepat di depanku.
" Kenapa kau tersenyum, apakah ibumu memberi kabar baik padamu ? " tanyanya. Aku melihat sekelilingku dan tak jauh dari sana terdapat sebuah limosin.
" Jika aku tahu kau akan ke mari, aku tidak akan naik bis. Ayo balik ke rumah , " kataku aku berdiri dari tempatku dan berjalan ke arah limosin, tetapi dia menarik tanganku dan berkata.
" Kamu mengalihkan pembicaraan kita, setidaknya jawablah pertanyaanku dulu, "
" Nanti kamu juga akan tahu, "
Dia memegang kedua bahuku dan membalikan badanku. Wajahnya sungguh menyerankan. Apa aku sudah membuat dia marah ?"Aku adalah suamimu, jadi berhak tahu apa yang sudah terjadi padamu, " katanya. Aku hanya menatapnya. Kebohongan, aku harus berbohong. Menjadi wanita yang suka berbohong aku dapat berbohong di berbagai situasi.
Air mataku meluap, aku menceritakan semua dari aku masuk ke rumah ibuku hingga ibu memintaku untuk ke Jepang. Aku melihat perubahan wajahnya dan dia tersenyum smirk. Sial apa dia tahu yang sebenarnya ?
" DASAR PEMBOHONG, KAMU KIRA AKU TIDAK AKAN TAHU BAHWA KAMU SENANG SEKALI UNTUK KABUR DARI RUMAHKU !! " suaranya tiba - tiba meninggi dan itu membuat bulu kudukku naik, dia menarikku untuk masuk ke dalam mobilnya. Aku menangis memohon ampun tetapi dia tetap membisu.
Dia membiarkan aku masuk terlebih dahulu, dengan memegangi tanganku dia masuk secara perlahan. Dia menghembusakan nafas yang panjang dan perlahan melepaskan tanganku. Limosin mulai berjalan di tengah tanah yang tandus , aku membuang wajahku ke arah jendela dan melihat betapa banyak unta yang melintas dengan pemiliknya.
" Aku minta maaf karna aku marah dan bersikap kasar kepadamu. Tapi apakah kamu tahu di rumahku ayah, ibu dan saudara - saudara ribut karna kepergianmu. Mereka menelfonku dan menanyaiku tentang keberadaanmu.
Terpaksa aku berbohong bahwa kamu bersamaku, padahal aku sedang mengadakan meeting. Aku terpaksa pergi dan mencarimu, akhirnya aku menelfon rumah ibumu dan ibunu bercerita tentang kecelakaan ayahmu-" perkataannya berhenti. Dia mencoba mengatur pernafasannya, dia menghembuskan nafas yang panjang.
" Jika mereka tahu kamu pergi sendiri tanpaku, mereka tidak akan pernah mengizinkanmu untuk pergi, " lanjutnya.
" Ranvi, memangnya keluargamu pernah memperbolehkan aku pergi ? Bahkan waktu aku menawarkan diriku untuk membeli sayuran di pasar tidak boleh. Seumur hidupku aku hanya boleh pergi saat aku bersekolah. Aku perlu bebas Ranvi , tidak terkekang oleh ikatan seperti ini, " ucapku.
" Sayang sekali, padahal keluargaku sangat bersikap baik padamu. Mereka sangat menyayangimu karna itu mereka tidak memperbolehkanmu pergi , "
" Benarkah ? Bukankah keluargamu tidak memperbolehkanku pergi hanya karna hutang keluargaku yang terlalu banyak ? " ucapku dengan suara parau. Aku benar - benar menangis sekarang. Perlahan mataku memberat karena semalaman aku tidak tidur. Mataku mulai memaksaku untuk tidur, entah lah aku sangat capai sekali.
--
Ranvi Pov
Aku tahu istriku memang tidak nyaman berada di rumahku. Tadi pagi aku menerima telefon dari keluargaku. Mereka benar - benar cemas akan kepergian istriku, terutama ibuku. Dia sangat cemas, sampai dia tidak ingin makan karena kepergian istriku.
Tapi mengapa istriku ingin sekali pergi dari rumahku. Aku tahu dia sangat suka berjelajah dan tidak suka berdiam di rumah. Setiap pulang sekolah pasti dia dan juga adik - adikku akan pergi bermain sampai sore.
Aku menoleh ke arah istriku dia sedang tertidur pulas. Dia sangat cantik saat tertidur, ku belai rambutnya dan kukecup keningnya.
" Jika kamu ingin ke Jepang, aku akan membuat benci sekali untuk tinggal keJepang, "
Tak terasa aku sudah sampai di rumahku, aku membopoh, istriku dengan perlahan dan membawanya masuk ke dalam rumah. Di dalam sudah terkumpul satu keluargaku.
" Bagaimana kamu bisa membawa istrimu secara diam diam ! Aku sangat khawatir jika menantuku di culik orang atau dia akan kecelakaan, " ucap ibuku.
" Kamu membuat kita khawatir saja Ranvi, " ucap ayahku.
" Sebelum kalian semua memarahiku biarkan aku membawa istriku ke kamarnya, " Ucapku. Aku membawa istriku ke kamarnya di lantai dua dan kembali lagi ke lantai bawah untuk menemui keluarga.
" Mari kita lanjutkan, " ucapku.
" Kenapa kamu membawanya pergi ? " tanya ibuku.
" Dia ingin ke rumah ibunya, karena dia ditelfon ibunya, "
" Ada masalah apa sampai ibunya menelfonnya ? " tanya ayahku. Aku menceritakan permintaan ibu istriku. Semua wajah anggota keluargaku berubah. Mereka mulai terdiam. Ibuku yang awalnya berdiri kemudian dia duduk di sofa dan berkata.
" Baiklah kirim dia ke Jepang, " ucap ibuku.
" Tidak bu, aku tidak bisa hidup tanpa dirinya. Lagi pula dia adalah jaminan dari hutang orang tuanya. Itu akan merugikan ibu jika dia pergi ! " sanggahku.
" Dengarkan saja ibumu, Ranvi. Pasti dia punya rencana untuk hal ini, " ucap ayahku. Aku tidak akan membiarkan ini terjadi tidak akan.
--
Tinaa Pov
Aku tidak menyangka aku di perbolehkan untuk ke Jepang oleh mertuaku. Aku melfon ibuku untuk memberinya kabar ini. Dia bersyukur akan hal itu dan juga mendoakaan keselamatanku.
Pada malam itu juga aku akan pergi ke Jepang. Ada sesuatu yang menjanggal di hatiku. Mengapa tidak ada seorangpun keluargaku mengantar kepergianku ? Hanya ada seorang pelayan yang menuntunku untuk mengurus kepergianku. Aku mencoba menanyakan ketiadaan keluargaku.
" Permisi, "
" Ya nyonya, "
" Kenapa keluargaku tidak ada yang mengantar kepergianku ? "
" Maaf saya tidak tahu nyonya , "
" Lalu kenapa hanya kamu yang mengantar kepergianku ? "
" Maaf nyonya tugas saya bukan untuk mengantar kepergian nyonya tapi juga untuk mengawasi nyonya saat di Jepang , "
Mulutku hanya menganga, aku kira aku bisa bebas dari mata keluarga suamiku. Ternyata tidak dan perpisahan ini tidak ada gunanya. Batinku hanya bisa mengatakan.
" Tidaaaaaaaaaaak !!!!! "
To be continued....
Hayooo tebak bagaimana kehidupan Tinaa di Jepang.
Akankah dia bisa bebas dari pelayan keluarganya.
Mari kita tunggu episode selanjutnya.Jangan lupa vote, dan comment sangat aku butuhkan.
Terimakasih ☺😊😀😁😄😆
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mirror Rule ( ON REVISI )
RomancePenuh dengan kehaluan ku :) Highest rank : #587 in Romance -29 Agustus 2016-