15. Kiss Me

344 35 7
                                    

Aku menegakkan kembali kepalaku dan hanya 1 kata yang keluar dipikiranku saat itu ' istri '. Senyum mengembang di wajahku. Di jaman sekarang, ada pernikahan dini ? Di Jepang ? Tapi Yuki berasal dari India, dan di sana masih ada budaya pernikahan dini.

Kenapa aku jadi memikirkan hal ini ? Aku menggosok kepalaku, rasanya aneh jika aku memikirkan Yuki.

" Aku kira kamu akan tidur.. "

" Astaga ! " ucapku setengah kaget mendengar suara Yuki. Aku mencari sumber suara tersebut dan aku menemukan Yuki sedang duduk di kursi belajarku.

" Kamu mikirin apa ? Sepertinya... kamu sedang memikirkan sesuatu yang berat , " ucap Yuki seraya melangkah kearahku.

" Bukannya kamu sudah keluar ya ? Lalu siapa yang menutup pintu ? "

" Aku... aisssh kamu mencoba mengalihkan pembicaraan ? Kenapa kamu memegangi kepalamu ? Atau jangan - jangan kepalamu pusing ? "

" Bukan itu kepa- "

" Aku tahu bagaimana perasaanmu... disaat sakit dan harus mengikuti ujian. Aku yakin kamu keterima ! Semangat ! Cheer up ! " potong Yuki sambil menaikkan kedua ujung bibirku dengan tangannya hingga membuat suatu senyuman di wajahku.

Aku melihatnya keluar, dan aku pastikan dia benar - benar keluar dari kamarku. Dan aku tidak akan memberitahukan yang terjadi malam itu padanya. Apa aku juga harus menjauhinya ?

_______________________--______________________

Tinaa Pov

Kakiku mulai melangkah keluar dari kamar Rin. Aku menyandarkan kepalaku ke pintu dan menghembuskan nafas yang panjang. Rin akan melindungku, apakah itu benar ?

" Yuki ? Apa anakku sudah siuman ? " tanya nyonya Furukawa yang melihatku turun dari tangga. Dia membawa nampan yang berisi bubur dan juga susu.

" Sudah bi, sikapnya aneh sekali.. lebih baik bibi tidak mengganggunya , " ucapku sambil membawa nampan itu kembali ke dapur.

" Jangan repot - repot Yuki, aku bisa sendiri , "

" Tidak apa apa bi, aku pamit mau ke rumah dulu , " ucapku pada nyonya Furukawa sambil membungkuk.

" Baiklah... , " ucap nyonya Furukawa membiarkan aku pergi. Akupun melangkahkan kakiku menuju pintu keluar.

" Ano.. Yuki ? Kamu yakin tidak mau lebih lama di sini ? " tanya nyonya Furukawa. Langkahku terhenti dan aku berbalik.

" Bukan itu, ini sudah malam sudah waktunya aku pulang , " aku hendak berbalik menuju pintu.

" Yuki kamu yakin ? "

" Yakin bi , "

" Yakin ? "

" Yakin bi, "

" Yakin ? Yakin ? Yakin ? Yakin ? " tanya nyonya Furukawa berkali - kali. Sudahlah kesabaranku sudah hampir hilang.

" Eto... ada orang mencurigakan di luar, dia memakirkan mobil sportnya... tapi yang membuat mencurigakan dari tadi dia melihat rumahmu... karena itu lebih baik kamu disini , " penjelasan dari nyonya Furukawa membuatku mengarah pada Ranvi.

" Tidak apa - apa bi, dia adalah salah satu kenalakanku dari India , " ucapku di iringi senyuman kecil dari wajahku. Akupun melangkahkan kaki pergi dari rumah keluarga Furukawa.

Baru saja aku keluar, mata ini mendapatkan pemandangan yang tidak aku inginkan. Ranvi menoleh ke arahku. Matanya terbelalak, dengan cepat dia menghampiriku.

" Aku sudah menunggu dari tadi... , " Ranvi memelukku dengan sangat erat dan aku hanya diam, tidak melakukan apapun.

Setelah beberapa lama dia mengendurkan pelukanku dan menatap ke arah rumah tempatku berada tadi.

The Mirror Rule ( ON REVISI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang