19. Opening Ceremony (1)

194 22 6
                                    

Akash Pov

Mata kami saling bertemu dan dia sedang memikirkan usulanku.

"Rasanya itu tidak mungkin.. sama saja kita melakukan pembohongan publik dan pemerintahan pasti tidak akan menyetujuinya.. terutama adalah nama sekolah yang jadi taruhannya....,"

Aku menyodorkan sebuah amplop, dan dia membukanya. Dia membaca setiap kata yang terdapat di kertas yang memang sengaja aku masukkan ke dalam amplop tersebut.

"Kalau menurut Anda tidak mungkin, aku akan memasukkan Yuki ke sekolah lain," aku beranjak berdiri dari kursi tempatku duduk.

Mendengar perkataanku yang seperti itu membuatnya memegang kepalanya. Dia berkali - kali menghembuskan napas yang panjang. Aku tahu ini di luar prosedur yang telah ditetapkan, tapi jika ini tetap berlanjut, tugasku akan gagal di Jepang. Lagi pula aku sudah membawa kunci untuk mencapai tujuanku.

"Baiklah aku akan mengaturnya... Aku harap Yuki memang setuju dengan hal ini.. lagi pula memang dia sangat jenius. Sekolah ini tidak mungkin melepaskan dia begitu saja,"

Bibirku hanya tersenyum miring, jika aku memberitahu kepada Tinaa tentang ini. Dia pasti tidak menerimanya. Hanya ini satu - satu cara.

"Terimakasih," setelah mengucapkan hal itu. Kakiku melangkah pergi dari ruangan menuju kembali ke rumah.

______________________--_______________________

Tinaa Pov

1 bulan telah berlalu dari penguman tes, dan hari ini adalah upacara penyambutan siswa baru. Selama 1 bulan ini aku juga belum mengetahui apa rencana Akash dan hari ini juga aku mengetahuinya secara tak langsung. Ingatanku kembali di saat aku menyiapkan diriku tadi...

"Rasanya seragam ini terlalu tebal," ucapku sambil melihat diriku memakai seragam di kaca. Di sana aku melihat pantulan diriku yang memakai kemeja putih yang dipadukan dengan rompi bewarna cream dengan dasi bewarna merah yang melingkar di kerahku dan juga rok kotak - kotak bewarna merah yang sangat minim bahan, tidak lupa aku juga memakai jas bewarna hitam .

Aku mulai bertanya - tanya pada diriku. Bukankah ini aneh sekali jika seragam ini terlalu tebal ? Bahkan di India kami memakai 1 kemeja, Mengapa di Jepang seragamnya harus berlapis - lapis ?

"Ini namanya ekstra tebal,"

Krieeet..

Kepalaku refleks menuju ke arah pintu kamarku yang terbuka dan aku melihat ayahku berdiri di sana tersenyum padaku.

"Lihat anakku yang cantik,"ucap ayahku sambil membenarkan dasiku dan mengancingkan setiap benih jasku. Matanya yang terlihat lesu tidak mengimbangi dengan senyuman yang terekam di wajahnya. Itu semua terlihat seperti dibuat - buat.

"Maaf... ayah tidak bisa hadir.. lagi - lagi ada pesanan.. tapi tenang saja Akash mengusulkan bahwa dia akan menjagamu, tenang saja dia paman yang baik. Dia juga baru saja membeli kamera polaroid merek Canon yang terbaru, jadi dia bisa memfotomu di sana... dibisa memfotomu di bawah pohon sekolah.. mungkin juga bisa di depan gerbang..," ucapnya sambil menatapku, seakan dia memberikan kepercayaan kepadaku agar menurut kepadanya.

"Baik ayah..,"

"Kalau begitu.. ayah akan pergi dulu," mataku menatap punggungnya menjauh hingga hilang tertelan pintu.

Apa ini rencana Akash ? Begini juga baik, aku akan membaca pidato sebagai perwakilan siswa tanpa ada masalah apapun. Tapi mendengar ayahku mengatakan hal itu, seperti kutukan tersendiri bagiku.

Sekali lagi aku memperhatikan diriku di depan kaca, melihat bagaimana seragam ini menempel di tubuhku. Aku mencoba mengatur napas sebaik mungkin, dan tersenyum.

The Mirror Rule ( ON REVISI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang