Pecahan - pecahan memori yang masih tertanam di ingatanku, berusaha merangkak keluar dari kepalaku. Di dalam bus yang aku tumpangi, aku lebih sering menatap tanah yang tandus dan mulai mengingat kejadian yang terjadi padaku 9 tahun yang lalu. Atau mungkin aku akan memulai dari kejadian 11 tahun yang lalu. Aku masih ingat suara pecahan gelas yang menggema di rumahku saat itu.
11 April 2003 Mumbai, India
PRAAAAANG !!!!Ibuku melempar piring tepat ke arah pintu sesudah ayahku memasuki rumah.
"Apa - apaan kamu ini ?! Mabuk dan suka bermain judi !! Apa ini bisa mengubah kenyataan bahwa perusahaanmu bangkrut ! " teriak ibuku.
"Dasar wanita b*ngs*t ! Diamlah aku ini kepala keluarga ! Bukan pesuruhmu ! Jadi aku yang mengatur semuanya di keluarga ini !" balas ayahku.Seperti inilah hari - hari yang aku lalui saat kecil hanya ada teriakan dan kekerasan dalam rumahku. Setiap akhir pertengkaran dari kedua orang tuaku. Selalu saja ibu akan menyiksaku dan kedua kakakku. Hampir setiap hari kami bertiga menangis menahan rasa perih akibat luka yang dibuat oleh ibuku.
21 Agustus 2005 Mumbai, IndiaPagi - pagi buta, aku mendengarkan ibuku menangis tepat di samping ranjangku. Dia mulai meminta maaf padaku. Aku hanya mendengar samar - samar suaranya.
" Ibu minta maaf........ ini hanya untuk membayar hutang ayahmu............. semuanya akan baik - baik saja......... pasti........ ibu sayang...... "
Hanya itu yang bisa kudengar, rasanya aku ingin membelai rambutnya, menghapus air matanya tapi kantuk merayapi tubuhku dan aku mulai tertidur." Tinaa,ayo bangun, " aku mendengar suara ibu membangunkanku. Dia tampak menyembunyikan sesuatu dariku dan saat itu aku tidak tahu hal itu.
Jika aku mengetahuinya lebih awal, jika saja saat itu aku mengetahuinya. Pasti aku akan pergi melarikan diri. Mungkin karena pemikiranku yang masih kecil, dan ketidakberdayaanku membuatku seperti ini.
" Iya. Memangnya ada apa bu ? " tanyaku.
" Ayo cepat mandi, kita harus pergi ke sebuah acara , "Sesudah aku mandi, aku mengikuti sebuah ritual di rumahku. Banyak sekali wanita menari, musik tradisional di lantunkan dengan sangat indah. Banyak sekali ritual yang dilakukan dan yang paling kusukai adalah saat tanganku dihias, rasanya senang sekali.
23 Agustus 2005 Mumbai, India
Hari itu aku memakai baju merah tua, dan aku juga memakai tudung menunggu di kamarku sendirian. Aku merasa ketakutan untuk berada dikamarku sendirian.
Hingga aku diarak di ruang tengah rumahku. Aku masih ingat betul api menyala di depanku dan puji - pujian dilantunkan. Lalu yang aku ingat hanyalah memutari api itu dengan seseorang lelaki di depanku. Kami berdua mengucapkan kalimat - kaliamat secara bergantian.
Setelah acara itu berakhir, aku harus menginap di rumah orang yang sama sekali tidak aku kenal. Rasanya aku mau menangis, aku ingin berteriak. Aku hanyalah anak kecil yang masih membutuhkan orang tua. Tetapi kenapa aku harus berakhir seperti ini ?
--
Aku mengingat semua itu, air mataku mulai meluap dan mengalir di pipiku. Aku mengepalkan tanganku. Hutang yang ditanggung orang tuaku membuatku melakukan semua ini. Demi melunasi hutangnya, anak sendiripun dijual ?
Bis pun berhenti tepat di depan rumah yang penuh dengan kenangan buruk. Seorang penjaga membukakan gerbang.
" Selamat datang nyonya, Anda sudah ditunggu nyobya besar sedari tadi, " ucapnya.
" Oh , " jawabku sambil berlalu.
" Apakah dia sudah sekaya ini karena menjualku ? " tanyaku dalam hati.
Di teras aku melihat seorang wanita tua meminum secangkir teh yang hangat. Dengan perlahan dia mulai menoleh ke arahku. Senyuman mulai mengembang di pipinya yang mulai mengeriput. Tapi aku tahu itu hanya senyuman palsu.
" Tinaa anakku, aku sudah menunggumu da-"
" Cukup basa - basinya, ada apa kamu memanggilku kemari ? " dengan cepat aku memotong perkataannya.
" Apakah karena kamu jauh dariku, kamu jadi tidak sopan seperti ini ? "
" Itu point kedua, sikapku seperti ini karena kamu menjualku ! " teriakku.
" Apa ?! aku hanya- "
" Hanya ?! Bukan hanya tapi kamu sudah mengahancurkan hidupku ! Seharusnya aku hidup dengan kasih sayang orang tua. Hanya karena tindakanmu aku hidup menjadi menantu orang, untung saja mereka masih memperbolehkan aku sekolah, "
" Tinaa maafkan- "
" Langsung ke intinya saja untuk apa kamu menyuruhku datang kemari, " lagi - lagi aku memotong perkataannya.
" Kamu tahu bahwa ibu dan ayahmu sudah berpisah. Tetapi ibu masih mencintainya, jadi ibu mengirim mata - mata untuknya. Sekarang ayahmu berada di Jepang dan berita terakhir yang ibu dapatkan ayahmu mengalami kecelakaan. Hal itu membuatnya amnesia tetapi tidak sepenuhnya, yang dia ingat hanya karirnya dan juga dirimu, " ucap ibuku perlahan.
" Jadi ? "
" Maukah kamu ke Jepang untuk membantu ayahmu ? " tiba - tiba ibuku berlutut dihadapanku.
" Aku mohon memang ibu sudah menjualmu untuk melunasi semua hutang keluarga kita. Tapi dia ayahmu, setidaknya tolong fikirkan dia, "
Aku hanya melihat ibuku. aku mengarahkan tanganku untuk membelai rambutnya tapi aku tarik kembali tanganku. Di otakku sudah memproses kepergianku ke Jepang untuk menghindari perjodohan gila yang dibuat ibuku dan aku menyetujui permintaan ibuku.To be continued......
Maaf kalau alurnya aneh ,
Jangan lupa vote, dan comment untuk support
☺😊😀😁😃😄😆
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mirror Rule ( ON REVISI )
RomancePenuh dengan kehaluan ku :) Highest rank : #587 in Romance -29 Agustus 2016-