Part 3

10.9K 487 9
                                    

Happy Reading !!

Raka yang sedang bergelung dengan selimut tebalnya di kagetkan dengan adanya ketukan pintu di kamarnya.

Raka membuka kedua matanya dengan malas, dia mendesis siapa lagi yang mencoba mengganggu istirahatnya.

"Masuk" ucap Raka dengan suara seraknya.

Pintu terbuka dan menampilkan sosok Fabian, sepupu Raka yang sedang tersenyum dengan lebar. Raka langsung mendudukkan dirinya sambil mengucek kedua matanya dengan pelan.

"Wah bro lo baru bangun?" Tanya Fabian kemudian mendudukkan dirinya di tepi ranjang.

"Gue ngantuk banget, jarang banget kan gue dapet libur kayak sekarang." Ucap Raka sambil menyibak selimut tebalnya.

"Lo tetep gak berubah dari dulu. Seharusnya sekarang lo nyiapin diri buat nanti malem." Ujar Fabian.

Raka mendesis kemudian bangkit dari tempat tidurnya.

"Kenapa sih lo?" Tanya Fabian yang merasa aneh dengan sikap Raka.

Raka menoleh dan memandang Fabian dengan tatapan memohon.
"Lo gantiin posisi gue dong Bi. Gue gak bisa tunangan sama Laura."

Fabian menganga mendengar penuturan Raka.
"Mana bisa gue gantiin lo, yang ada kita berdua bakal di cincang sama om Benny," Fabian bergedik ngeri, membayangkan kemarahan omnya saja dia sudah ketakutan.

"Memangnya kenapa sih, gue denger Laura wanita yang sangat cantik. Seharusnya lo seneng."

Raka meremas rambutnya dengan frustasi, kemudian mendudukkan dirinya di samping Fabian.
"Lo tau kan gue udah punya Aira. Mana bisa gue tunangan sama Laura."

Fabian menghela nafas, dia lupa kalau Raka sudah mempunyai kekasih, jelas saja Raka menolak bertunangan dengan Laura. Fabian memang sudah tau hubungan Raka dengan Aira sejak lama, dia paham pasti saat ini sepupunya sedang bimbang. Tapi dia sendiri tidak bisa membantu Raka.
"Gue ngerti, tapi mau gimana lagi om Benny gak mungkin bisa di bantah."

Raka menghembuskan nafas dengan kasar. Ya, dia sangat tau kalau papanya tidak mudah di bantah. Sekarang yang bisa dia lakukan hanya pasrah.

"Gue gak nyangka papa bisa bikin keputusan kayak gini." Ucap Raka dengan putus asa.

Fabian menepuk pelan pundak Raka.
"Percaya deh, mungkin om Benny pengen yang terbaik buat lo."

Dengan kasar Raka menyingkirkan tangan Fabian yang bertengger di pundaknya.
"Terbaik? Yang ada ini malah bencana buat gue."

"Gue ngerti ini pasti berat buat lo," Fabian mendesah pelan, ia melirik Raka lewat ekor matanya. "Tapi mau gimana lagi" ujarnya sambil mengangkat kedua bahu.

Raka menghela nafas panjang, Fabian benar tidak ada yang bisa dia perbuat. Acara pertunangannya sudah di depan mata.

"Gue jadi penasaran kayak apa sih calon tunangan lo yang katanya cantik itu?" Tanya Fabian sambil menaik turunkan kedua alisnya.

Raka mencebikkan bibirnya ketika mendengar kalimat yang di lontarkan Fabian. Ia memutar bola matanya dengan malas.
"Nanti malem lo juga tau."

"Apa lo sama sekali gak tertarik sama calon tunangan lo yang katanya cantik itu?" Fabian menatap Raka dengan tatapan menggoda.

Raka mendesis dengan pelan. matanya ia picingkan, "Ya gue akui dia memang cantik, tapi gue udah punya Aira. Mana mungkin gue tertarik sama dia."

Fabian menganggukkan kepala.
"Gue harap lo tetap konsisten dengan ucapan lo." Ucap Fabian dengan penuh arti.

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang