Part 9

8.6K 403 14
                                    

Happy Reading !

Bara menatap wanita yang ada dihadapannya dengan terkejut. Wanita cantik yang sedang berurai air mata itu adalah wanita yang ia temui di coffe shop. Bara tidak menyangka akan bertemu lagi dengannya, ini sungguh kebetulan yang manis. Tapi kenapa dia dalam keadaan yang kacau dan berurai air mata? Apa yang terjadi sampai membuatnya seperti ini?

"Biar saya periksa kaki anda." Bara mengulurkan tangannya membantu meluruskan kaki Laura, terlihat ada luka di lutut wanita cantik itu, ia juga memeriksa pergelangan kaki Laura, ada memar disana.

"Lebih baik kita obati dulu luka anda, dimobil saya ada kotak P3K. Anda tidak keberatan kalau saya membantu memapah anda?" Tanya Bara sedikit ragu.

Laura mengangguk dia memang tidak akan sanggup berjalan.

Bara segera berdiri membantu Laura berjalan. Sesaimpainya di mobil dia memperhatikan sekeliling berharap menemukan tempat untuk mengobati luka wanita cantik itu, tidak mungkin kalau dia harus mengobatinya didalam mobil.

Pandangan Bara tertuju pada bangku yang berada dibawah pohon yang sedikit rindang. Setelah mengambil kotak obatnya ia kembali memapah Laura.

Bara mendudukkan Laura dibangku tersebut. "Biar saya obati dulu."

Laura meluruskan kakinya agar Bara bisa dengan mudah mengobati lututnya.

"Tahan ya, mungkin akan sedikit perih." Bara memberikan obat antiseptik dilutut Laura.

"Aww...." Laura bergerak menjauhkan lututnya karna merasa perih namun Bara menahannya.

"Jangan bergerak dulu." Ujarnya dengam lembut. Laura memandang Bara, meniliti penampilannya dari atas sampai bawah. Tampan dan gagah itulah yang ada difikarannya saat ini. Dengan hidung mancung dan bibir tipisnya semakin mempertegas ketampannya.

"Sudah selesai." Suara Bara membuyarkan lamunan Laura. Dia mengerjap dengan gugup, ya ampun kenapa dia dengan lancangnya memperhatikan lelaki yang ada dihadapnnya saat ini.

"Terimakasih." Ujar Laura dengan senyum tulusnya.

"Kalau memar yang ada dipergelangan kaki anda, sebaiknya dibawa kedokter saja. Saya tidak paham kalau masalah memar seperti itu."

Bara berdiri dari posisinya memilih untuk tidak duduk disamping Laura. Dia kembali memperhatikan Laura, dengan jarak yang sedekat ini mampu membuatnya melihat dengan jelas wajah cantik Laura.

"Kalau boleh tau nama anda siapa?"

Laura mendongak menatap Bara. "Nama saya Laura."

Jadi nama perempuan cantik yang da dihadapannya ini Laura. "Nama yang bagus."

Laura tersenyum manis. "Terimakasih emhh..."

"Bara. Nama saya Bara."

"Terimakasih Bara."

"Kalau boleh tau kenapa anda tadi menangis?" Bara bukan ingin lancang tapi sungguh dia penanasaran kenapa sampai Laura menangis.

Laura bingung harus menjawab apa. "Saya tadi hanya kelilipan saja." Dia tidak mungkin mengatakan kalau baru saja dia memergoki tunagannya berselingkuh kan?

Alasan yang konyol, pikir Bara. Namun Bara tidak ingin menangggapi dia memilih diam saja. Dia paham Laura pasti tidak akan memberitahukan kepada orang yang baru dia kenal.

Dering ponsel Laura menginterupsi percakapan mereka berdua. Laura mengambil ponselnya, melihat id caller yang terpampang diponselnya.

"Sesil..."

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang