Part 18

7.3K 360 15
                                    

Laura sudah kembali ke rumahnya sejak dua hari yang lalu. Semenjak kejadian di kolam renang, Raka kembali menampilkan sikap dinginnya. Namun, itu tidak masalah bagi Laura. Dia sudah terbiasa menghadapi sikap Raka yang berubah-ubah.

Saat ini Laura sedang bersiap jogging pagi, sudah lama sekali rasanya dia tidak berolah raga. Dengan semangat Laura menuruni tangga, hari ini dia bebas, mamanya masih belum pulang sejak kemarin karna urusan yang entah apa itu, Laura tidak ingin tau. Dia bisa bebas melakukan apapun hari ini tanpa omelan sang mama.

Laura bukannya tidak menyukai Salma. Hanya saja dia merasa kalau Salma selalu mengekang kehidupannya dan terlalu ikut campur. Apalagi dengan berbagai aturan yang Salma terapkan untuk Laura. Ada kalanya dia ingin menjadi diri sendiri, bebas tanpa kekangan siapapun.

Dengan berlari kecil Laura menyapa para tetangga yang berlalu lalang dihadapannya. Udara pagi ini sangat sejuk, sayang sekali kalau sampai ia melewatkannya.

Laura menyeka keringatnya merasa sudah cukup lelah, dia memutuskan beristirahat ditaman yang terletak disekitar komplek.

Suasana cukup ramai mengingat hari ini adalah hari libur. Banyak para orang tua yang mengajak serta anak-anaknya. Melihat pemandangan itu mau tidak mau membuat Laura tersenyum kecil. Dia jadi teringat sosok Renaldi, papanya yang sudah lama meninggal. Dia dan sang papa juga sering jogging pagi ketika hari libur.

"Pa, Laura ingin es krim." Laura menunjuk pedagang es krim yang ada dihadapan mereka.

"Laura mau es krim?" Tanya Renaldi dengan lembut.

"Hmm...boleh kan pa?" Laura memandang sang papa dengan tatapan memohon.

"Boleh lah sayang, apa sih yang enggak buat anak papa yang cantik ini." Jawab Renaldi sambil membelai pelan kepalanya.

Laura tersenyum lebar, dia memilih duduk dibangku panjang sambil menunggu papanya datang.

Tak lama setelah itu Renaldi datang dengan dua es krim rasa coklat yang ada ditangannya.

"Ini sayang,"

Laura menerimanya dengan mata berbinar. Mereka berdua memakan es krim dengan sesekali tertawa bersama.

Tanpa terasa setetes air bening itu jatuh. Mengingat kenangannya bersama Renaldi membuat Laura tidak bisa menahan kesedihannya. Dia merindukan sang papa, sangat merindukannya.

Semenjak kematian Renaldi Laura seakan kehilangan panutannya. Begitu juga Salma. Mamanya berubah, tidak ada lagi mamanya yang bersikap hangat, Salma saat ini adalah sosok yang berbeda bukan lagi seperti dulu.

Entah ada apa Laura tidak mengerti, mungkin mamanya terlalu merasa kehilangan. Salma selalu menuntutnya menjadi wanita kuat. Selalu mengajarkannya untuk mencapai apa yang mereka inginkan.

Laura tau Salma masih begitu mencintai papanya, bahkan sampai saat ini pun Laura sering melihat Salma memegang foto papanya dengan pandangan sedih. Kematian papanya membuat mereka berdua berubah.

Laura menyeka air matanya, dia tidak boleh bersedih, apapun keadaannya sekarang dia harus bisa menjalaninya. Ini sudah takdir bukan?

*****

Ditempat lain Raka sedang menuntun Aira keluar dari lift apartemennya. Saat ini Raka sedang menyiapkan kejutan ulang tahun untuk kekasihnya. Dia ingin membuat Aira tersenyum bahagia malam ini. Raka sudah sering membuat Aira bersedih, dia berharap untuk malam ini usahanya berhasil.

"Kita sebenarnya mau kemana sih?" Tanya Aira yang penasaran, matanya tertutup sebuah kain, membuatnya tidak bisa melihat apapun.

"Emh...mau kemana ya? Nanti kamu akan tau sendiri sayang." Jawab Raka dengan lembut.

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang